HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Kamis, 2024/06/06 12:42 WIB
Hadiri Sidang Cerai Perdana, Anji dan Wina Kompak Hitam-hitam
-
Rabu, 2024/06/05 11:55 WIB
Tak Larang Leya Pacaran, Ferry Maryadi Beri Peringatan ke Rizwan Anak Sule
-
Jumat, 2024/06/07 16:16 WIB
Selain Ayu Ting Ting, Artis Indonesia Ini Masuk 100 Wanita Tercantik Dunia 2024
-
Kamis, 2024/06/06 19:16 WIB
Akhirnya Tengku Dewi Putri Gugat Cerai Andrew Andika
-
Selasa, 2024/06/04 11:43 WIB
Diduga Lakukan Penggelapan, Tiko Aryawardhana Suami BCL Dilaporkan Eks Istri
-
Rabu, 2024/06/05 11:20 WIB
Meggy Wulandari Nge-gas Disebut Dapat Aset Usai Bercerai dari Kiwil
|
Thread Tools |
9th October 2009, 08:43 |
#1
|
Addict Member
|
Surauku Telah Roboh!
Senin, 05/10/2009 10:20 WIB
Kita menjadi sangat sedih. Kita menitikkan air mata. Kita menjadi berduka, ketika melihat akibat gempa di kota Padang dan sekitarnya. Konon, ribuan orang masih terperangkap dalam rerentuhan bangunan. Lebih perih lagi dengan kabar hampir 400 orang penduduk di tiga desa Padang Pariaman yang terkubur hidup-hidup, ketika saat berlangsung pesta pernikahan. Mengapa harus sedih? Mengapa harus menitikkan air mata? Mengapa harus berduka? Manusia menjadi sangat tersentuh dengan peristiwa yang secara visual dirasakan langsung. Dapat menyentuh seluruh esensi perasaan. Bangunan porak-poranda. Gedung-gedung, rumah, sekolah, rumah sakit, dan masjid-masjid ikut runtuh. Tangisan orang-orang yang kehilangan.Kehilangan sanak-famili,harta benda, dan segalanya, yang pernah mereka miliki. Tapi, pernahkah kita bersedih, ketika melihat Surau (masjid) yang sedikit jamaahnya, saat shalat tiba? Hanya orang-orang tua, yang sudah hampir uzur, yang pergi ke Surau, dan jumlahnya tidak sampai satu shaf. Anak-anak muda sudah jarang ke Surau. Mereka hanya duduk-duduk di dekat Surau, saat adzan tiba berkumandang. Tak tergerak hatinya untuk shalat. Padahal, Islam akan tegak bila para pemeluknya menegakkan shalat. Bila pemeluknya sudah tidak lagi melaksanakan shalat, pertanda agama itu akan roboh, dan pemeluknya akan ikut roboh. Bila kita berkunjung ke Sumatera Barat, dan Sumatera, pada umumnya, keadaan itu, dan begitu sedikitnya orang-orang melaksanakan shalat di Surau. Tidak ada cerita lagi, anak-anak di Sumatera Barat, yang tidur di Surau di malam hari, dan mengaji serta mnghafal Al-Qur’an, seperti dahulu kala. Mereka banyak tak lagi mengenal Kitabullah Al-Qur’anul Karim. Pemerintah daerah mewajibkan anak-anak belajar Al-Qur’an, karena sudah banyak anak-anak yang tidak lagi pandai membaca Al-Qur’an. Konon, dahulu di Sumatera Barat, ada ungkapan, yang memiliki akar sejarah, yaitu, ‘Adad bersendi syara’, dan syara’ bersendi Kitabullah’. Masihkah, Kitabullah (Al-Qur’an) menjadi pegangan, sandaran, dan rujukan hidup, serta pedoman hidup, terutama dikalangan masyarakat Sumatera Barat? Pernahkah kita bersedih, jika anak-anak muda jauh dari agama Islam, dan tidak faham dengan Islam? Sekarang tak ada lagi, ulama, fuqaha, dan orang-orang yang ‘tafaqu fiddin’ (mendalami agama), yang lahir dari Sumatera Barat. Generasinya Buya Hamka, Buya Sutan Mansyur, Buya Malik Ahmad, Buya Zas, Buya Datok Palimo Kayo, Isa Anshari, dan Mohammad Natsir, sudah tidak tumbuh lagi. Orang-orang yang terdidik, dan memiliki pemahaman Islam serta komitment terhadap Islam, yang baik, sudah tidak tumbuh lagi. Sekarang, yang ada hanya kaum ‘pedagang’, yang menjadi generasi baru dikalangan masyarakat ‘Minangkabau’, semangat mengumpulkan menumpuk-numpuk harta, itulah yang menjadi kecenderungan baru. Mereka semuanya sibuk dengan urusan harta dan dunia, tapi mereka tidak mau lagi mengenal akhirat, dan kematian. Mereka terus mengumpulkan dan menumpuk harta, setiap hari dan waktu, tanpa lagi mengingat Rabbnya. Di pasar-pasar, toko-toko, dan perusahaan-perusahaan, yang memberikan kenikmatan kehidupan dunia, dan melalaikan mereka, sampai melalaikan shalat. Pernahkah kita bersedih, ketika melihat anak-anak muda di kota Padang dan sekitarnya, yang wanitanya tidak lagi menutup aurat mereka? Pergaulan bebas melanda kehidupan mereka. Mereka yang mulai makmur, dan menikmati melimpahnya materi menjadi sangat bebas. Tempat-tempat wisata menjadi saksi atas berubahnya kehidupan mereka. Di malam minggu, pesisir kota pelabuhan Teluk Bayur, menjadi saksi atas bentuk-bentuk kemaksiatan, mereka berengkerama antara laki dan perempuan yang bukan muhrim, dan mereka lupakan kepada Rabbnya. Di kota Padang, mall, plaza, hotel berbintang, serta kafe, menggantikan Surau bagi anak-anak muda. Di kota tempat-tempat yang menjadi kunjungan wisata, dan didatangi turis asing, seperti kota yang dekat dengan Danau Maninjau, tempat lahirnya Buya Hamka, konon sudah berani pedagang, yang memiliki rumah makan, menjual minuman keras (bir). Tidak takut lagi dengan syara’ (hukum agama). Konon, kalangan masyarakat Padang, yang sudah makmur ekonominya, orang tua menjadi sangat ‘malu’, kalau anaknya masih menggunakan bahasa Minang. Dikalangan masyarakat, diantara orang tua, banyak yang memberi nama anaknya, yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama (Islam) yang mereka peluk, misalnya mereka memberi nama anak-anak mereka diantaranya, seperti Samuel, David, John, Edward, Oktovianus, Henry, dan lainnya. :wataw: Sepertinya, menjadi ‘malu’ atau ‘takut’ memberi nama dengan kata-kata yang memiliki keterkaitan dengan Islam. Mereka menjadi terasing dengan agama mereka. Konon, juga orang-orang yang sudah kaya diantara menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah nashara, karena gengsi. Belakangan ini, terdapat pula, diantaranya, kalangan terdidik dari ‘Minang’, yang ikut dalam gerakan liberal, dan diantaranya telah ada, konon, yang berani menikahkan orang yang berbeda agama. Orang-orang ini yang disebut generasi ‘kosmopolitan’, menjadi genarasi baru dari rantau ‘Minang’, yang ada di Jakarta, dan disebut penganut faham ‘pluralis’, dan merasa generasi yang paling modern, dan berhasil meninggalkan budaya mereka, yang mereka anggap ‘kolot’. Mengapa kita hanya menangisi bangunan yang porakporanda, dan kematian yang menimpa penduduknya? Mengapa kita tidak menangisi terhadap mereka yang sudah jauh dari Rabbnya, dan meninggalkan agamnya Islam? Mengapa kita tidak menangisi generasi yang sudah jauh dari agamanya Islam, dan menjadi porakporanda akhlaknya, perlilakunya kehidupannya, yang akan lebih menghancurkan lagi bagi kehidupan. Tidak ada artinya kerusakan dan kehancuran akhlak, disbanding dengan gempa yang porakporandakan itu. Sebelumnya, mereka hanya disibukkan dengan urusan dunia, dan tidak lagi mengingat kematian, dan hari akhirat. Ketika datang peristwa yang menyentakkan kesadaran, mereka menangis, mereka tidak dapat menerima kenyataan. Padahal, semua kehidupan di dunia pasti akan berakhir, termasuk kehidupan manusia itu sendiri. Wahai manusia, hiduplah sesukamu dalam keadaan sehat, di bawah naungan istana-istana yang megah, dan segala keinginanmu terpenuhi, di waktu pagi dan petang. Tapi, “Apabila nafas sudah mulai tersengal, tinggal satu-satu di dada, saat itulah kamu tahu pasti, bahwa dahulu kamu tidak hanya terpedaya dengan kehidupan dunia”. Betapa sedihnya hati ini, melihat Surauku telah roboh. Bukan karena dahsyatnya hentakan gempa, tapi Surau itu telah ditinggalkan ummatnya. Wallahu ‘alam. sumber: http://eramuslim.com/editorial/surauku-telah-roboh.htm |
|
9th October 2009, 23:14 |
#2
|
Addict Member
|
Ada komentar lain tentang "Robohnya Surau Kami"
Protes, Kenapa Bencana di Sumbar? "BANYAK orang protes gempa 7,6 SR, pada 30 September pukul 17.16 dikaitkan Surat 17 Ayat 16 Alquran; Tuhan akan membinasakan suatu negeri karena keingkaran orang-orang yang hidup mewah di negeri itu, kenapa terjadi di Sumbar, bukan di Jakarta yang serba mewah?" ujar Umar. "Warga Sumbar banyak yang miskin, taat beribadah!" "Jawabnya di cerpen pujangga Sumbar, A.A Navis, Robohnya Surau Kami," timpal Amir. "Baca dari sini!" Umar baca--Haji Saleh yang jadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. "O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadah, paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala. Tak sesat sedikit pun kami membacanya. Tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tak diingini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke surga seperti janji dalam Kitab-Mu." "Kalian di dunia tinggal di mana?" tanya Tuhan./ "Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku."/"O, di negeri yang tanahnya subur itu?"/"Ya, benarlah itu, Tuhanku." "Tanahnya yang mahakaya-raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya bukan?"/"Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami."/"Di negeri di mana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa ditanam?"/"Benar. Itulah negeri kami!"/"Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain yang mengambilnya, bukan?"/"Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau."/"Engkau rela tetap melarat bukan?"/"Benar. Kami rela sekali, Tuhanku." "Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?"/"Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala."/"Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya, bukan?"/"Ada, Tuhanku." "Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu tetap melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Aku beri kau negeri yang kaya-raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembahku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka."/Semua jadi pucat pasi. *** http://www.lampungpost.com/cetak/ber...09100806154715 |
|
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer