HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Senin, 2024/05/06 11:51 WIB
Beredar Alasan Cerai Ria Ricis
-
Senin, 2024/05/06 11:09 WIB
Sule: Mahalini Diizinkan Berpindah dan Nikah Secara Agama di Jakarta
-
Kamis, 2024/05/03 11:37 WIB
Heboh Gugatan ke Ruben Onsu di PN Jaksel, Ini Klarifikasi Sarwendah
-
Kamis, 2024/05/03 11:32 WIB
Ria Ricis Resmi Cerai dari Teuku Ryan, Ini Isi Putusannya
-
Minggu, 2024/05/05 13:16 WIB
Ruben Onsu Tanggapi Soal Kabar Pisah Rumah dengan Sarwendah
-
Senin, 2024/05/06 12:22 WIB
Arafah Rianti Dekat dengan Steven Wongso, Belum Kepikiran Menikah
|
Thread Tools |
27th June 2014, 00:03 |
#21
|
Addict Member
|
Di India Karna dikenal sebagai ksatria yang dermawan sejak kecilnya walaupun di besarkan keluarga kusir yang serba kekurangan.
Namun karena keluarga Kurawa sangat memerlukan tenaga Basukarna, terutama pada saat menghadapi Baratayuda kelak, masalah Dewi Surtikanti itu tidak diperpanjang lagi. Apalagi kemudian Prabu Salya menjanjikan akan menikahkan Duryudana dengan Dewi Banowati, adik Surtikanti. Adipati Awangga itu juga sangat membenci Dewi Drupadi. Kebencian Basukarna pada Dewi Drupadi disebabkan karena peristiwa berikut ini: Ketika Prabu Drupada, raja Pancala (di pewayangan Pancala disebut Cempalaradya) hendak men-carikan jodoh bagi Dewi Drupadi, Basukarna adalah salah seorang pesertanya. Setelah para peserta lain gagal mengangkat gendewa pusaka, Karna ternyata sanggup. Namun pada saat itu Dewi Drupadi berseru dengan nyaring: "Saya adalah putri raja besar, tidak akan mungkin saya menikah dengan pria berdarah sudra (orang biasa, bukan bangsawan)." Kata-kata Dewi Drupadi ini amat menyakitkan hati Basukarna. Ketika permainan dadu antara pandawa dan Kurawa. Karna yang masih menyimpan sakit hati kepada Drupadi mengumumkan bahwa seorang wanita yang bersuami lima tidak pantas disebut sebagai istri, melainkan *******. Karna sempat pula berguru pada seorang brahmana sakti bernama Rama Parasu alias Rama Bargawa Sesudah mewariskan berbagai ilmunya, barulah Rama Bargawa sadar bahwa Karna sebenarnya bukan dari golongan brahmana, melainkan seorang ksatria. Guru Karna yaitu Parasurama Brahmana gagah berumur panjang tersebut memiliki pengalaman yang buruk dengan kaum ksatriya. Untuk itu, Karna harus menyamar sebagai brahmana muda agar bisa mendekatinya. Dengan cara tersebut Karna berhasil menjadi murid Parasurama. |
27th June 2014, 00:03 |
#22
|
Addict Member
|
Penyamaran Basukarna ini terbongkar manakala Rama Bargawa tidur berbantal paha muridnya. Saat itu seekor ketonggeng, sejenis kalajengking berbisa, menyengat paha Basukarna. Namun untuk menjaga jangan sampai gurunya terbangun, dengan sekuat tenaga Karna menahan rasa sakit yang alang kepalang itu, sehingga keringatnya bercucuran. Rama Bargawa justru terbangun ketika peluh Karna menetes ke wajahnya.
Sewaktu tahu apa yang terjadi, sadarlah Sang Guru bahwa muridnya itu tentu berasal dari golongan ksatria. Hanya seorang ksatria yang tangguh sanggup menahan rasa sakit yang demikian hebat. Karena merasa ditipu, dengan marah Rama Bargawa mengucapkan kutukannya : Kelak dalam Baratayuda, pada saat yang genting yang menentukan hidup atau mati, Karna akan lupa bunyi mantera ilmu Bramastra. Dan, kelak ternyata, kutukan itu akan terbukti. Kutukan kedua diperoleh Karna ketika ia mengendarai keretanya dan menabrak mati seekor sapi milik brahmana yang sedang menyeberang jalan. Sang Brahmana pun muncul dan mengutuk Karna, kelak roda keretanya akan terbenam ke dalam lumpur ketika ia berperang melawan musuhnya yang paling hebat. Batara Surya datang menjumpainya dan menceritakan siapa sebenarnya Basukarna sesungguhnya. Batara Surya juga memperingatkan agar Karna waspada, sebab Batara Endra, ayah Arjuna akan datang menemuinya dan membujuknya dengan berbagai cara guna melemahkan Karna. |
27th June 2014, 00:04 |
#23
|
Addict Member
|
"Ingatlah Karna, dari aku sejak lahir engkau telah kuwarisi Anting Mustika dan Kotang Kerei Kaswargan. Anting Mustika berkhasiat akan mengingatkan engkau bilamana ada bahaya mengancam, sedangkan dengan Kotang Kerei Kaswargan engkau akan kebal terhadap senjata apa pun. Jangan sampai kedua pusaka itu lepas dari tanganmu, siapa pun yang memintanya." Ketika itu Basukarna menjawab: "Ayahanda, ... itu tergantung pada siapa yang memintanya. Jika seorang brahmana datang meminta, sebagai seorang ksatria tentu pantang bagi hamba untuk menolaknya, walaupun yang diminta itu langsung menyangkut keamanan jiwa hamba ..."
Apa yang diperingatkan oleh Batara Surya memang terjadi. Esok harinya, dua hari menjelang Baratayuda berlangsung Batara Endra datang menjumpainya dalam ujud seorang brahmana tua. Seperti yang diduga oleh Batara Surya, saat itu brahmana tua yang sebenarnya penjelmaan Batara Endra meminta Anting Mustika dan Kotang Kerei Kaswargan. Tanpa menanyakan, apa alasan brahmana itu memintanya, dengan hati teguh dan ikhlas Karna menjawab: "Bilamana Bapa Brahmana memang menginginkan, ambillah. Namun hamba tidak memiliki kemampuan melepaskan kedua pusaka pemberian Ayahanda Batara Surya ini dari tubuh hamba. Hanya seorang dewa saja yang akan sanggup melepaskannya ..." Brahmana tua itu menjawab: "Jangan khawatir, ksatria mulia. Hamba sendiri yang akan melepaskannya." Karena brahmana itu memang penjelmaan dewa, dengan mudah ia melepaskan kedua pusaka andalan Basukarna. Namun, pada saat itu sebenarnya hati kecil Endra terharu dan heran menyaksikan ketulusan hati Karna. |
27th June 2014, 00:05 |
#24
|
Addict Member
|
Rasa simpati itu menyebabkan Batara Endra - yang masih dalam ujud brahmana, berkata: "Karna, engkau sungguh seorang ksatria sejati yang berbudi luhur. Sudah sepantasnya jika ksatria agung seperti Tuanku memiliki senjata pamungkas yang ampuh. Karenanya, sebagai ganti barang yang hamba ambil, terimalah pemberian hamba berupa anak panah Wijayacapa."
Basukarna: "Hamba telah menyerahkan dengan ikhlas kedua barang yang Bapa Brahmana minta. Bilamana Bapa Brahmana juga memberikan senjata pamungkas itu dengan ikhlas, dengan senang hati hamba akan menerimanya." Demikianlah, hari itu Karna kehilangan dua pusaka yang merupakan perisai dirinya, tetapi mendapat pusaka pengganti sebuah senjata pamungkas. Sehari menjelang Baratayuda, Karna akhirnya berperang dipihak Kurawa sebagai ksatria yang membela negaranya dari penjajah bukan sebagai pembela keangkara murkaan. Diperang baratayuda Karna berhasil membunuh gatotkaca dengan kuntawijayandanu sewaktu Gatotkaca memporakporandakan barisan prajurit Kurawa dan membunuh beberapa adik Duryudana, penguasa Astina itu mulai khawatir. Di tengah pertempuran, Duryudana mencari Basukarna dan memintanya untuk menghadapi Gatotkaca. Semula Adipati Karna menolak karena ia sedang mencari cari Arjuna. Duryudana lalu meng-ingatkan, bahwa perang ini bukan perang pribadi. Ia minta agar Basukarna melupakan dulu dendam pribadinya, dan lebih memikirkan kemenangan bagi seluruh Kurawa. Karena desakan Duryudana ini, Basukarna terpaksa menghadapi Gatotkaca. Putra Bima itu memang berhasil dikalahkannya, namun dengan demikian ia kehilangan Kunta Wijayandanu. |
27th June 2014, 00:06 |
#25
|
Addict Member
|
Ketika ibunya meminta Karna bersatu dengan adik2nya Pandawa. Karna berkata “ibu,, anak mu akan tetap 5, tapi aku atau Arjuna yang akan mati, jika aq mati anakmu tetap 5, dan jika Arjuna mati anak mu juga akan tetap 5.
Ibu,, dan aku berjanji tidak akan membunuh adik2 ku yang lain kecuali Arjuna. Itu sudah menjadi sumpah ku pada duryudana untuk membunuh Arjuna di medan perang nanti. Walau aku tahu Arjuna adalah adik kandungku.” Ketika perang Baratayuda di mulai Kresna berkata pada Karna “bagaimana jika perang tanding antara kamu dan adik mu Arjuna terjadi?” maka Karna berkata “biarkanlah yang maha kuasa melindungi Arjuna”. Karna meminta ibunya kunti agar tidak memberitahukan jati dirinya pada saudaranya 5 pandawa. kemudian Karna melawan arjuna. dia naik kereta yang disaisi oleh mertuanya prabu salya. saat berhasil melumpuhkan panah yang dipegang arjuna Karna siap melepaskan panahnya namun ditampik prabu salya supir keretanya sendiri. karena sangat menyayangi arjuna dan juga dendam atas segala penghinaan karna yang menikahi anaknya secara sembunyi dan menjadikannya sais kereta karna, Menurut salah satu versi Ma-habarata di India, Basukarna gugur karena siasat licik Kresna. Waktu itu salah satu roda kereta perang Karna terperosok ke dalam lumpur. Karna lalu melepaskan seluruh senjatanya, turun dari kereta, kemudian mencoba mendorong kereta itu untuk membebaskan roda kereta yang terbenam di lumpur. Pada saat itu Kresna memberi isyarat, agar Arjuna melepaskan anak panahnya. Jadi, Karna terpanah dalam keadaan tidak bersenjata; sesuatu yang sebenarnya terlarang dalam Baratayuda. seketika arjuna bangkit dan memanah tepat di dada Karna hingga tewas. |
27th June 2014, 00:07 |
#26
|
Addict Member
|
Dalam perang Baratayudha, Karna berperang dengan Arjuna, saudara sendiri, hingga Karna mati dalam perang sebagai kesatria.
Tewasnya Adipati Karna dalam perang Baratayuda dianggap utama karena ia mati dalam perang untuk membela negeri astinapura, setia hingga mati, tak memandang bermusuhan dengan saudara sendiri. |
Last edited by cindils; 27th June 2014 at 00:10.. |
27th June 2014, 11:19 |
#27
|
Addict Member
|
Sangkuni, atau yang dalam ejaan Sanskerta disebut Shakuni
adalah seorang tokoh antagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan paman para Kurawa dari pihak ibu. Sangkuni terkenal sebagai tokoh licik yang selalu menghasut para Kurawa agar memusuhi Pandawa. Antara lain, ia berhasil merebut Kerajaan Indraprastha dari tangan para Pandawa melalui sebuah permainan dadu. Dalam pewayangan Jawa, Sangkuni sering dieja dengan nama Sengkuni. ketika para Kurawa berkuasa di Kerajaan astina, ia diangkat sebagai patih. Dalam pewayangan Sunda, ia juga dikenal dengan nama Sangkuning. Menurut versi Mahabharata, Sangkuni berasal dari Kerajaan Gandhara. Ayahnya bernama Suwala. Pada suatu hari adik perempuannya yang bernama Gandari dilamar untuk dijadikan sebagai istri Dretarastra, seorang pangeran dari astinapura yang menderita tunanetra. Sangkuni marah atas keputusan ayahnya yang menerima lamaran tersebut. Menurutnya, Gandari seharusnya menjadi istri Pandu, adik Dretarastra. Namun karena semuanya sudah terjadi, ia pun mengikuti Gandari yang selanjutnya menetap di istana astinapura. Di bawah asuhan Sangkuni, para Kurawa tumbuh menjadi anak-anak yang selalu diliputi rasa kebencian terhadap para Pandawa, yaitu putra-putra Pandu. Setiap hari Sangkuni selalu mengobarkan rasa permusuhan di hati para Kurawa, terutama yang tertua, yaitu Duryodana. |
27th June 2014, 11:20 |
#28
|
Addict Member
|
Pada suatu hari Suman berhasil mengadu domba antara Pandu dengan muridnya yang berwujud raja raksasa bernama Prabu Tremboko. Maka terciptalah ketegangan di antara Kerajaan astina dan Kerajaan Pringgadani. Pandu pun mengirim Gandamana sebagai duta perdamaian. Di tengah jalan, Suman menjebak Gandamana sehingga jatuh ke dalam perangkapnya.
Suman kemudian kembali ke astina untuk melapor kepada Pandu bahwa Gandamana telah berkhianat dan memihak musuh. Pandu yang saat itu sedang labil segera memutuskan untuk mengangkat Suman sebagai patih baru. Tiba-tiba Gandamana yang ternyata masih hidup muncul dan menyeret Suman. Suman pun dihajar habis-habisan sehingga wujudnya yang tampan berubah menjadi jelek. Sejak saat itu, Suman pun terkenal dengan sebutan Sengkuni, berasal dari kata saka dan uni, yang bermakna “dari ucapan”. Artinya, ia menderita cacad buruk rupa adalah karena hasil ucapannya sendiri. Peristiwa Perebutan Minyak Tala Versi pewayangan selanjutnya mengisahkan, setelah Pandu meninggal dunia, pusakanya yang bernama Minyak Tala dititipkan kepada Drestarastra supaya kelak diserahkan kepada para Pandawa jika kelak mereka dewasa. Minyak Tala sendiri merupakan pusaka pemberian dewata sebagai hadiah karena Pandu pernah menumpas musuh kahyangan bernama Nagapaya. Beberapa tahun kemudian, terjadi perebutan antara para Pandawa melawan para Kurawa yang ternyata juga menginginkan Minyak Tala. Dretarastra memutuskan untuk melemparkan minyak tersebut beserta wadahnya yang berupa cupu sejauh-jauhnya. Pandawa dan Kurawa segera berpencar untuk bersiap menangkapnya. Namun, Sengkuni dengan licik lebih dahulu menyenggol tangan Drestarastra ketika hendak melemparkan benda tersebut. Akibatnya, sebagian Minyak Tala pun tumpah. Sengkuni segera membuka semua pakaiannya dan bergulingan di lantai untuk membasahi seluruh kulitnya dengan minyak tersebut. Sementara itu, cupu beserta sisa Minyak Tala jatuh tercebur ke dalam sebuah sumur tua. Para Pandawa dan Kurawa tidak mampu mengambilnya. Tiba-tiba muncul seorang pendeta dekil bernama Durna yang berhasil mengambil cupu tersebut dengan mudah. Tertarik melihat kesaktiannya, para Kurawa dan Pandawa pun berguru kepada pendeta tersebut. Sengkuni yang telah bermandikan Minyak Tala sejak saat itu mendapati seluruh kulitnya kebal terhadap segala jenis senjata. Meskipun ilmu bela dirinya rendah, namun tidak ada satu pun senjata yang mampu menembus kulitnya. |
27th June 2014, 11:22 |
#29
|
Addict Member
|
Maka, permainan dadu yang kedua pun terjadi kembali. Untuk kedua kalinya, pihak Pandawa kalah di tangan Sengkuni. Sebagai hukuman, mereka harus menjalani hidup selama 12 tahun di dalam hutan, dan dilanjutkan dengan menyamar selama setahun di suatu negeri. Jika penyamaran mereka sampai terbongkar, mereka harus mengulangi kembali selama 12 tahun hidup di dalam hutan dan begitulah seterusnya.
Kematian Sangkuni di Kurukshetra oleh Bima versi Jawa. Setelah masa hukuman selama 13 tahun berakhir, para Pandawa kembali untuk mengambil kembali negeri mereka dari tangan Kurawa. Namun pihak Kurawa menolak mengembalikan Kerajaan Indraprastha dengan alasan penyamaran para Pandawa di Kerajaan Wirata telah terbongkar. Berbagai usaha damai diperjuangkan pihak Pandawa namun semuanya mengalami kegagalan. Perang pun menjadi pilihan selanjutnya. Pertempuran besar di Kurukshetra antara pihak Pandawa melawan Kurawa dengan sekutu masing-masing akhirnya meletus. Perang yang juga terkenal dengan sebutan Baratayuda ini berlangsung selama 18 hari, di mana Sengkuni tewas pada hari terakhir. Menurut versi Mahabharata bagian kedelapan atau Salyaparwa, Sengkuni tewas di tangan Sadewa, yaitu Pandawa nomor lima. Pertempuran habis-habisan antara keduanya terjadi pada hari ke-18. Sengkuni mengerahkan ilmu sihirnya sehingga tercipta banjir besar yang menyapu daratan Kurukshetra, tempat perang berlangsung. Dengan penuh perjuangan, Sadewa akhirnya berhasil memenggal kepala Sengkuni. Riwayat tokoh licik itu pun berakhir. Kisah versi asli di atas sedikit berbeda dengan Kakawin Bharatayuddha yang ditulis pada zaman Kerajaan Kadiri tahun 1157. Menurut naskah berbahasa Jawa Kuna ini, Sengkuni bukan mati di tangan Seadewa, melainkan di tangan Bima, Pandawa nomor dua. Sengkuni dikisahkan mati remuk oleh pukulan gada Bima. Tidak hanya itu, Bima kemudian memotong-motong tubuh Sengkuni menjadi beberapa bagian. Kisah tersebut dikembangkan lagi dalam pewayangan Jawa. Pada hari terakhir Baratayuda, Sengkuni bertempur melawan Bima. Kulitnya yang kebal karena pengaruh Minyak Tala bahkan sempat membuat Bima menjadi pusing karena tidak bisa mengalahkan Sengkuni. Penasihat Pandawa selain Kresna, yaitu Semar muncul memberi tahu Bima bahwa kelemahan Sengkuni berada di bagian dubur, karena bagian tersebut dulunya pasti tidak terkena pengaruh Minyak Tala. Bima pun maju kembali. Sengkuni ditangkap dan disobek duburnya menggunakan Kuku Pancanaka yang tumbuh di ujung jari Bima. |
27th June 2014, 11:50 |
#30
|
Addict Member
|
RINGKASAN SABHAPARWA, BUKU YG MEMUAT INTRIK-INTRIK JAHAT SANGKUNI DAN KURAWA DALAM RANGKA MEMBINASAKAN PANDHAWA LIMA.
Sabhaparwa adalah buku kedua Mahabharata. Buku ini menceritakan alasan mengapa sang Pandawa Lima ketika diasingkan dan harus masuk ke hutan serta tinggal di sana selama 12 tahun dan menyamar selama 1 tahun. Di dalam buku ini diceritakan bagaimana mereka berjudi dan kalah dari Duryodana. Ringkasan isi Kitab Sabhaparwa : 1. Niat licik Duryodana dan Sangkuni Semenjak pulang dari Indraprastha, Duryodana sering termenung memikirkan usaha untuk mendapatkan kemegahan dan kemewahan yang ada di Indraprastha. Ia ingin sekali mendapatkan harta dan istana milik Pandawa. Namun ia bingung bagaimana cara mendapatkannya. Terlintas dalam benak Duryodana untuk menggempur Pandawa, namun dicegah oleh Sangkuni. Sangkuni berkata, “Aku tahu Yudistira suka bermain dadu, namun ia tidak tahu cara bermain dadu dengan akal-akalan. Sementara aku adalah rajanya main dadu dengan akal-akalan. Untuk itu, undanglah dia, ajaklah main dadu. Nantinya, akulah yang bermain dadu atas nama anda. Dengan kelicikanku, tentu dia akan kalah bermain dadu denganku. Dengan demikian, anda akan dapat memiliki apa yang anda impikan”. Duryodana tersenyum lega mendengar saran pamannya. Bersama Sangkuni, mereka mengajukan niat tersebut kepada Dretarastra untuk mengundang Pandawa main dadu. Duryodana juga menceritakan sikapnya yang iri dengan kemewahan Pandawa. Dretarastra ingin mempertimbangkan niat puteranya tersebut kepada Widura, namun karena mendapat hasutan dari Duryodana dan Sangkuni, maka Dretarastra menyetujuinya tanpa pertimbangan Widura. 2. Pandawa dan Korawa main dadu Drupadi dihina di muka umum saat Pandawa dan kalah main dadu dengan Korawa Dretarastra menyiapkan arena judi di Hastinapura, dan setelah selesai ia mengutus Widura untuk mengundang Pandawa bermain dadu di astinapura. Yudistira sebagai kakak para Pandawa, menyanggupi undangan tersebut. dengan disertai para saudaranya beserta istri dan pengawal, Yudistira berangkat menuju Hastinapura. Sesampainya di Hastinapura, rombongan mereka disambut dengan ramah oleh Duryodana. Mereka beristirahat di sana selama satu hari, kemudian menuju ke arena perjudian. Yudistira berkata, “Kakanda Prabu, berjudi sebetulanya tidak baik. Bahkan menurut para orang bijak, berjudi sebaiknya dihindari karena sering terjadi tipu-menipu sesama lawan”. Setelah mendengar perkataan Yudistira, Sangkuni menjawab, “Ma’af paduka Prabu. Saya kira jika anda berjudi dengan Duryodana tidak ada jeleknya, sebab kalian masih bersaudara. Apabila paduka yang menang, maka kekayaan Duryodana tidaklah hilang sia-sia. Begitu pula jika Duryodana menang, maka kekayaan paduka tidaklah hilang sia-sia karena masih berada di tangan saudara. Untuk itu, apa jeleknya jika rencana ini kita jalankan?” Yudistira yang senang main dadu akhirnya terkena rayuan Sangkuni. Maka permainan dadu pun dimulai. Yudistira heran kepada Duryodana yang diwakilkan oleh Sangkuni, sebab dalam berjudi tidak lazim kalau diwakilkan. Sangkuni yang berlidah tajam, sekali lagi merayu Yudistira. Yudistira pun termakan rayuan Sangkuni. Mula-mula Yudistira mempertaruhkan harta, namun ia kalah. Kemudian ia mempertaruhkan harta lagi, namun sekali lagi gagal. Begitu seterusnya sampai hartanya habis dipakai sebagai taruhan. Setelah hartanya habis dipakai taruhan, Yudistira mempertaruhkan prajuritnya, namun lagi-lagi ia gagal. Kemudian ia mempertaruhkan kerajaannya, namun ia kalah lagi sehingga kerajaannya lenyap ditelan dadu. Setelah tidak memiliki apa-apa lagi untuk dipertaruhkan, Yudistira mempertaruhkan adik-adiknya. Sangkuni kaget, namun ia juga sebenarnya senang. Berturut-turut Sahadewa, Nakula, Arjuna, dan Bima dipertaruhkan, namun mereka semua akhirnya menjadi milik Duryodana karena Yudistira kalah main dadu. 3. Drupadi dihina di muka umum Dursasana yang berwatak kasar, menarik kain yang dipakai Dropadi, namun kain tersebut terulur-ulur terus dan tak habis-habis karena mendapat kekuatan gaib dari Sri Kresna Harta, istana, kerajaan, prajurit, dan saudara Yudistira akhirnya menjadi milik Duryodana. Yudistira yang tidak memiliki apa-apa lagi, nekat mempertaruhkan dirinya sendiri. Sekali lagi ia kalah sehingga dirinya harus menjadi milik Duryodana. Sangkuni yang berlidah tajam membujuk Yudistira untuk mempertaruhkan Drupadi. Karena termakan rayuan Sangkuni, Yudistira mempertaruhkan istrinya, yaitu Dewi Drupadi. Banyak yang tidak setuju dengan tindakan Yudistira, namun mereka semua membisu karena hak ada pada Yudistira. Duryodana mengutus Widura untuk menjemput Drupadi, namun Widura menolak tindakan Duryodana yang licik tersebut. karena Widura menolak, Duryodana mengutus para pengawalnya untuk menjemput Dropadi. Namun setelah para pengawalnya tiba di tempat peristirahatan Dropadi, Dropadi menolak untuk datang ke arena judi. Setelah gagal, Duryodana menyuruh Dursasana, adiknya, untuk menjemput Dropadi. Dropadi yang menolak untuk datang, diseret oleh Dursasana yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Dropadi menangis dan menjerit-jerit karena rambutnya ditarik sampai ke arena judi, tempat suami dan para iparnya berkumpul. Dengan menangis terisak-isak, Dropadi berkata, “Sungguh saya tidak mengira kalau di Hastina kini telah kehilangan banyak orang bijak. Buktinya, di antara sekian banyak orang, tidak ada seorang pun yang melarang tindakan Dursasana yang asusila tersebut, ataukah, memang semua orang di Hastina kini telah seperti Dursasana?”, ujar Dropadi kepada semua orang yang hadir di balairung. Para orangtua yang mendengar perkataan Dropadi tersebut tersayat hatinya, karena tersinggung dan malu. Wikarna, salah satu Korawa yang masih memiliki belas kasihan kepada Dropadi, berkata, “Tuan-Tuan sekalian yang saya hormati! Karena di antara Tuan-Tuan tidak ada yang menanggapi peristiwa ini, maka perkenankanlah saya mengutarakan isi hati saya. Pertama, saya tahu bahwa Prabu Yudistira kalah bermain dadu karena terkena tipu muslihat paman Sangkuni! Kedua, karena Prabu Yudistira kalah mempertaruhkan Dewi Dropadi, maka ia telah kehilangan kebebasannya. Maka dari itu, taruhan Sang Prabu yang berupa Dewi Dropadi tidak sah!” Para hadirin yang mendengar perkataan Wikarna merasa lega hatinya. Namun, Karna tidak setuju dengan Wikarna. Karna berkata, “Hei Wikarna! Sungguh keterlaluan kau ini. Di ruangan ini banyak orang-orang yang lebih tua daripada kau! Beliau semuanya tentu tidak lebih bodoh daripada kau! Jika memang tidak sah, tentu mereka melarang. Mengapa kau berani memberi pelajaran kepada beliau semua? Lagipula, mungkin memang nasib Dropadi seperti ini karena kutukan Dewa. cobalah bayangkan, pernahkah kau melihat wanita bersuami sampai lima orang?” Mendengar perkataan Karna, Wikarna diam dan membisu. Karena sudah kalah, Yudistira dan seluruh adiknya beserta istrinya diminta untuk menanggalkan bajunya, namun hanya Dropadi yang menolak. Dursasana yang berwatak kasar, menarik kain yang dipakai Dropadi. Dropadi berdo’a kepada para Dewa agar dirinya diselamatkan. Sri Kresna mendengar do’a Dropadi. Secepatnya ia menolong Dropadi secara gaib. Sri Kresna mengulur kain yang dikenakan Dropadi, sementara Dursasana yang tidak mengetahuinya menarik kain yang dikenakan Dropadi. Hal tersebut menyebabkan usaha Dursasana menelanjangi Dropadi tidak berhasil. Pertolongan Sri Kresna disebabkan karena perbuatan Dropadi yang membalut luka Sri Kresna pada saat upacara Rajasuya di Indraprastha. Pandawa dibuang ke tengah hutan Melihat perbuatan Dursasana yang asusila, Bima bersumpah kelak dalam Bharatayuddha ia akan merobek dada Dursasana dan meminum darahnya. Setelah bersumpah, terdengarlah lolongan anjing dan serigala, tanda bahwa malapetaka akan terjadi. Dretarastra mengetahui firasat buruk yang akan menimpa keturunannya, maka ia segera mengambil kebijaksanaan. Ia memanggil Pandawa beserta Dropadi. Dretarastra berkata, “O Yudistira, engkau tidak bersalah. Karena itu, segala sesuatu yang menjadi milikmu, kini kukembalikan lagi kepadamu. Ma’afkanlah saudara-saudaramu yang telah berkelakuan gegabah. Sekarang, pulanglah ke Indraprastha”. Setelah mendapat pengampunan dari Dretarastra, Pandawa beserta istrinya mohon diri. Duryodana kecewa, ia menyalahkan perbuatan ayahnya yang mengembalikan harta Yudistira. Dengan berbagai dalih, Duryodana menghasut ayahnya. Karena Dretarastra berhati lemah, maka dengan mudah sekali ia dihasut, maka sekali lagi ia mengizinkan rencana jahat anaknya. Duryodana menyuruh utusan agar memanggil kembali Pandawa ke istana untuk bermain dadu. Kali ini, taruhannya adalah siapa yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, dan setelah masa pengasingan berakhir (yaitu pada tahun ke-13), yang kalah harus menyamar selama 1 tahun. Pada tahun yang ke-14, barulah boleh kembali ke istana. Sebagai kaum ksatria, Pandawa tidak menolak undangan Duryodana untuk yang kedua kalinya tersebut. Sekali lagi, Pandawa kalah. Sesuai dengan perjanjian yang sah, maka Pandawa beserta istrinya mengasingkan diri ke hutan, hidup dalam masa pembuangan selama 12 tahun. Setelah itu menyamar selama satu tahun. Setelah masa penyamaran, maka para Pandawa kembali lagi ke istana untuk memperoleh kerajaannya. |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer