HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Jumat, 2024/05/20 11:25 WIB
Sarwendah Ungkap Kondisi Terkini Ruben Onsu Usai Dilarikan ke Rumah Sakit
-
Senin, 2024/05/17 11:28 WIB
Ramai Didoakan Balikan dengan Natasha Rizki, Ini Jawaban Bisma Smash
-
Senin, 2024/05/17 14:04 WIB
Enzy Storia Ngeluh Tasnya Tertahan Bea Cukai, Stafsus Sri Mulyani Buka Suara
-
Rabu, 2024/05/19 09:36 WIB
Lagi, Mpok Alpa Kena Tipu Ngaku Rugi Sekitar Rp 2 M
-
Rabu, 2024/05/19 09:31 WIB
Cinta Laura `Bawa Jalak Bali` di Cannes Film Festival
-
Senin, 2024/05/17 14:45 WIB
Narji dan Istri Tanggapi Soal Anaknya yang Jadi Sorotan Saat Wisuda
|
Thread Tools |
21st December 2023, 23:58 |
#5691
|
Mania Member
|
KIAT - SUMITA TOBING, S.H., Ph. D. : "18 TH SUDAH MENJADI WARTAWATI..."
Sumita Tobing, S.H., Ph.D. dikenal sebagai praktisi televisi senior di tanah air. Kiprahnya berawal dari TVRI Stasiun Medan. Kemudian memantapkan diri di TVRI Jakarta dengan jabatan akhir saat itu (1994-red) sebagai staf direktur.
Di samping tetap menjadi praktisi TV, Ita âÃÂàdemikian panggilan akrabnya âÃÂàjuga menjadi dosen, konsultan, dan direktur LPPTI (Lembaga Pendidikan Pelatihan Televisi Indonesia). Bahkan ia (saat itu) sedang mempersiapkan sebuah skenario untuk sebuah sinetron. Tulisan berikut ini merupakan gambaran sekilas sosok Ita beserta kiat-kiat suksesnya sejak ia aktif sebagai wartawan di Medan hingga 1994: LAYAKNYA orang Medan, gaya bicaranya ceplas ceplos dan terkesan tegas dan berani. Tapi, harus dipahami, ceplas-ceplos gaya Ita tentu lain. Sebab, ia seorang doktor di bidang komunikasi, sehingga setipa kata atau kalimat yang diucapkan selalu punya kedalaman makna. Sebagai contoh, ketika kencan dengan Nyata di kampus LPPTI pekan kelima Juli 1994 lalu, disinggung soal penampilannya yang tetap trendy dihubungkan dengan percaya diri. Dengan bijak ia mengeliminirnya bahwa ia menjadi yakin dan percaya diri bukan karena memakai barang-barang mahal. âÃÂÃÂRasa percaya diri saya tidak perlu didukugn dengan pakaian merek ini, jam tangan merek itu, tas merek iniâÃÂæ,âÃÂàkata Ita. Ini hanya satu contoh saja. Selama perbincangan itu, Ita banyak sekali melansir kalimat-kalimat sejenis dalam banyak bidang kehidupan. Di stasiun TVRI Jakarta, Ita adalah satu-satunya karyawan yang beruntung punya jenjang pendidikan tertinggi, doktor. Dalam kondisi demikian, Ita terjebak dalam persoalan psikologis yang sebenarnya tidak perlu. Maksudnya, di mata karyawan lain, Ita mengalami âÃÂÃÂketerpencilanâà àpsikologis sebagai akibat gelar doktor tadi. Hal ini ditandai misalnya, enggan berbicara dengannya. Bisa jadi karena mereka segan dengan gelarnya tadi, atau takut tidak bisa merespon pembicaraan Ita. Padahal, sebagai pribadi, ita bukna tipe wanita yang dmeikian. Ia tetap berusaha sekuat mugnkin untuk ramah dan akrab dengan siapa sjaa. Bahkan kalau sedang di TVRI ia menyempatkan diri untk kongkow-kongkow di kantin TVRI. Di tempat itu ia bisa berakrab diri dengan banyak karyawan dari semua bagian. âÃÂÃÂPada prinsipnya saya baik kepada siapa saja,âÃÂàkatanya. 1994 ini, karier Ita di TVRI cenderung mandek. Menurutnya, tidak ada tempat bagi seorang doktor. Meski demikian, dalam hal bekerja, Ita tetap melakukannya, tanpa merasa tersiksa sama sekali. âÃÂÃÂTugas-tugas misalnya evaluasi, tetap saya kerjakan semampu asya apakah itu dipakai atau tidak, bukan kewenangan saya lagi,âÃÂàdemikian Ita. Sekadar diingatkan, kerja besar Ita setahun terakhir (belakabgan itu) adalah dipercaya untuk memimpin siaran khussu ketika berlangsung KTT Non Blok. Hasilnya? Anda sendiri yang berhak menilai. WARTAWATI Oleh ayahnya yang kerja di PU, Ita dididik menjadi seorang ilmuwan. Atau paling tidak, seorang profesional di bidangnya. Tetpai hati kecil Ita berbicara lain. Ita ingin sekolah sambil kerja. âÃÂÃÂSaya dipengaruhi lingkungan saya,âÃÂàkenangnya merujuk pada ambisi kerja tadi. Dan benar, ketika masih berstatus sebagai mahasiswa di Unviersitas Sumatera Utara, Ita melamar pada sebuah penerbitan di kota itu, yaitu harian Waspada. Kebetulan pula, harian tersebut sedang mencari seorang sekretaris. Iata lantas mencoba berkompetisi setelah membaca pengumuman di lowongan di harian itu juga. Tidak sulit baginya untuk menerobos semua materi âÃÂÃÂtestâÃÂà. Salah satu yang membuat Ita punya nilai plus adalah kemampuan berbahasa Inggris. Sebab, dari TK hingga lulus SD, Ita sekolah di sekolah Inggris. Sehingga untuk yang satu ini, kemampuan Ita tidak perlu diragukan lagi. Tugas-tugas kesekretariatannya dilakoni dengan senang hati. Tugas Ita ketika itu mulai dari mempersiapkan makan siang, rapat-rapat, mengatur waktu dan juga menterjemahkan surat-surat atau bahan teks-teks lain untuk bossnya. Rupanya lingkungan kerjanya sangat mempengaruhi karier beriktu. Terbukti setelah lama duduk manis sebagai sekretaris, Ita tergiur masuk ke bagian redaksi. Di matanya, cara kerja wartawan sangat menyenangkan. âÃÂÃÂWartawan enak dong, bisa ke mana-mana,âÃÂàdemikian kata hati Ita saat itu. Akhirnya, setelah sekian waktu keinginan itu dipendam, Ita diangkat bicara kepada bossnya yang minta pindah di bagian redaksi jadi wartawan. Permintaan itu dikabulkan tanpa melewati tes-tes yang bertele-tele, Ita pindah ke bagian redaksi. Tetapi sebenarnya, ketika menjadi sekretaris, Ita juga sudah âÃÂÃÂmencicipiâà tugas-tugas wartawan. âÃÂÃÂKetika saya menjadi sekretaris, saya sering menterjemahkan tulisan misalnya dari TIME, Newsweek dan lain sebagianya untuk bahan editorial. Saya juga pegang rubrik Tinjauan Pasaran di Singapura,âÃÂàkenangnya. Dukungan yang diberikan pak Muhammad Said âÃÂàboss Ita ketika itu, tidak asja ahnya sebats kesempatan, melainkan juga buku-buku mengenai jurnalistik. Tak pelak lagi, buku-buku koleksi pribadi boss tadi âÃÂÃÂdimakanâÃÂà  oleh Ita. Bidang yang pertama kali digeluti adalah hukum. Bagi Ita, dengan menggeluti masalah hukum, berarti menerapkan ilmuya yang (waktu itu) tengah digeluti. Sesudah itu, Ita dioper ke bagian kriminal sampai akhirnya politik. Ketika menjadi wartawati, umur Ita masih sangat muda, 18 tahun. Bisa dibayangkan umur semuda itu menjadi seorang wartawati. Sudah pasti ia mengalami banyak godaan lelaki seing. Tetapi tekad sudah dibulatkan, Ita tetap konsisten sebagai seorang wartawati. Godaan yang bagaimanapun bentuknya tidak mampu menggoyahkannya. âÃÂÃÂSaya memilih pekerjaan dengan hormat,âÃÂàungkapnya pneuh makna. Ita mengklaim bahwa saat itu ia bekerja pada zaman susah. Ratapan Ita itu terutama ditujukan kepada teknologi cetak. Kemudian yang juga menjadi agenda kesulitannya adalah situasi politik yang panas. âÃÂÃÂSalah menulis bisa fatal!,âÃÂàungkap Ita. Saking asyiknya bekerja, kuliah Ita nyaris berantakan. Untung saja waktu itu sistem yang dipakai tidak mewajibkan mahasiswa ikut kuliah secara ketat, sehingga meski jarang masuk Ita tetap bisa ujian. Bahan untuk ujian biasanya meminjam dari teman-temannya yang rajin masuk dan untuk bisa mendapatkan itu semua, paling banter Ita hanya perlu uang sedikit untuk mentraktir mereka. Karena pola kuliah yang demikian, wajar bila Ita menyelsaikan kuliah tingkat sarjana hampir 11 tahun. Sebenarnya, cita-cita Ita ketika itu kepingin menjadi seorang pengacara, maka dipilihlah fakultas hukum. Cuma ketika ingin bekerja untuk biaya kuliah, Ita pilih yang tidak mengikat betul. Ia memilih di perusahaan penerbitan. Ternyata, Ita sangat menikmatnya hingga saat itu (1994-red). âÃÂÃÂTetapi sampai sekarang (1994-red) keinginan menjadi pengacara tetap ada,âÃÂàtuturnya (waktu itu). Setelah malang-melintang di dunia jurnalistik, Ita melompat ke TV. Kebetulan pula waktu itu TVRI Stasiun Medan dibuka. Seperti ketika masuk ke harian Waspada, Ita dengan gampang melewati semua pentahapan âÃÂÃÂtestâÃÂàyang diwajibkan. âÃÂÃÂSekali lagi keuntungan saya pada bahasa Inggris,âÃÂàkenang Ita. Di TVRI Stasiun Medan, Ita ditempatkan di bagian pemberitaan dan salah satu tugasnya adalah nongol di layar sebagai pembawa berita. Untuk keperluan itu, Ita banyak belajar secara autodidak, misalnya berguru kepada RRI untuk intonasi, pada orang TVRI Jakarta yang kebetulan datang ke Medan dan juga banyak membaca buku. Pendek kata, keterampilan awalnya lebih banyak inisiatif pribadi. Bahkan untuk siaran, Ita menulis, mengedit, dan membaca naskah. Ditulis oleh: Sosiawan (bersambung) Dok. Nyata âÃÂàEdisi 1207/minggu ke-1 Agustus 1994, dengan sedikit perubahan |
22nd December 2023, 00:00 |
#5692
|
Mania Member
|
SPEKTRUM - IDANG RASYIDI: "NGEFANS BUNG RHOMA"
âWALAU penontonnya 30 orang, kami selalu siap main kok,â ungkap Idang Rasyidi. Pernyataan tersebut berkaitan dengan rendahnya apresiasi musik jazz di masyarakat. Pertunjukan jazz memang tidak segebyar musik rock. âSerius kok, kami siap main di mana saja dengan kondisi penonton yang bagaimanapun. Ini namanya bermusik serius, dan saya lebih suka tampil di depan penonton sedikit, tapi berkualitas,â paparnya.
Berbincang-bincang tentang jazz, memang pas dengan Idang. Tapi pria yang kerap tampil dalam acara Salam Canda (RCTI) ini, tidak menutup diri untuk bicara tentang jenis musik lain. âSaya ini tidak fanatik. Musisi-musisi lainnya itu juga teman akrab saya. Dan perlu diketahui bahwa saya ini pengagum berat bung Rhoma Irama. Dia itu musisi yang luar biasa, saya suka karena dia total bermusik,â ungkapnya. Kalau musisi yang tidak total? âJangan sebut dia musisi! Sebab, untuk jadi musisi itu butuh kekuatan mental! Semua orang bisa main musik. Tetapi belum tentu bisa jadi musisi. Betul nggak?â Betul juga, Dang. Ditulis oleh: Baharmi Dok. Nyata, Edisi 1207/minggu ke-I Agustus 1994, dengan sedikit perubahan |
22nd December 2023, 00:01 |
#5693
|
Mania Member
|
SPEKTRUM - ERNA SANTOSO: "SEWOT PADA WARTAWAN"
ERNA Santoso, (belakangan itu) mengikuti jejak almarhum Sofia W.D. dan Ida Farida. Aktris cantik yang (sampai saat itu) sudah 17 tahun (1977 hingga 1994-red) menekuni dunia akting itu, belakangan itu (1994-red) jadi sutradara. Karya perdananya adalah sinetron Jin Mooi dalam 13 episode, dan (belakangan itu) diputar di layar RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia), setiap Senin siang.
âSaya ingin menambah warna dunia penyutradaraan di Indonesia. Selama ini bidang penyutradaraan didominasi kaum pria,â jelas Erna, seakan kruang setuju. Diakui, tentang karier barunya (kala itu) itu, masih banyak kekurangan. âTeresrah masyarakat yang menilai, apakah sinetron karya say aini baik atau jelek? Karena saya sadar, saya baru merangkak. Saya ini ibarat anak yang baru lahir. Untuk itu saya memerlukan kritikan dan saran dari semua pihak,â ungkap Erna Santoso. Namun, kritikan yang didapat Erna, justru kritikan yang memojokkan. Seperti berita di sebuah mingguan terbitan Jakarta, Erna yang juga bertindak sebagi aproduser dainggap mentelatnarkan para pemainnya. Para pemain dan juga penulis skenario diberi honor kecil. Teus (masih menurtu berita tadi) ada pemain yang sakit, tidak diberi tunjangan kesehatan. Kekesalan Erna karena si wartawannya tidak mewawancarainya. âHal itu sanga tmenyakitkan buat saya pribadi,â tutur aktris yang (sampai saat itu) masih tetap cantik itu. Berita bombastis itu tentu saja bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan. âPersoalan honor, dari awal sudah ada komitmen bahwa kemampuan saya segitu. Dan pemain juga penulis skenarionya oke dengan nilai segitu,â tangkis Erna, tanpa menjelaskan berapa honor yang disepakati itu. âSebetulnya, ini bukan masalah yagn besar, tapi kenapa dibesar-besarkan? Tapi kita janji pada produksi berikutnya kita akan kasih honor yang memadai,â kata Erna seakan mengakui kecilnya nilai rupiah yang diberikan. Lalu, ia berharap, âTolong dihargai niat saya untuk menyutradarai. Tanpa dukungan dari teman-teman wartawan, apalah artinya diri ini?,â katanya Erna. Masak ya sih, Er? Ditulis oleh: Zulkarnaen Dok. Nyata, Edisi 1207/minggu ke-I Agustus 1994, dengan sedikit perubahan |
22nd December 2023, 00:08 |
#5694
|
Mania Member
|
PASANGAN K.M. BEY ERRY-PIPIET SANDRA TAK JADI CERAI
TOKOH, TERBANG. Hari Sabtu (15/5/93) pukul 16.00, K.M. Bey Erry melepas istrinya, Ny. Siti Nurul Qomar masuk Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Ny. Siti Nurul, atau yang lebih populer dengan Pipiet Sandra, berangkat haji bersama ibu kandung dan guru mengajinya. Mereka terdaftar dalam kelompok terbang (kloter) 114, yang terbang menuju ke bandara King Abdul Aziz, Senin, 17 Mei 1993, pukul 11.00.
âInsya Allah saya juga akan berangkat dengan kloter yang sama. Hanya, saya kebagian masuk rombongan kedua, berangkat 19 Mei (1993-red) tengah malam. Walaupun keberangkatan saya dan istri tak sama, insya Allah kami akan bertemu di sana,â kata K.M. Bey Erry, yang selama itu dikenal sebagai produser film-film dokumenter dengan PT Ratu Asia Prima Film, dan pimpinan sanggar Keluarga Ratu Asia. âKami berdua ingin memenuhi panggilan dan menjadi tamu Allah. Ini memnang sudah menjadi minat kami sejak lama,â tambahnya. Keberangkatan naik haji bersama ini menimbulkan tanda tanya, sekaligus menjawab bahwa antara kedua insan yang banyak dikenal masyarakat lewat tayangan fragmen-fragmen serial Keluarga Ratu Asia di layar TVRI itu, (waktu itu) masih rukun sebagai suami-istri, tidak bercerai seperti diisukan sejak beberapa bulan belakangan (ketika itu) ini. âSaya tak menceraikan dan tak pernah berpikir untuk menceraikan istri saya,â kata Erry, sambil merentangkan tangannya. âKalau bercerai, kami tak akan berangkat naik haji bersama seperti sekarang (1993-red) ini.â Pasangan yang (sampai saat itu) sudah berumah tangga selama hampir 22 tahun (1971-1993, red) ini, selama 16 tahun (1973-1989) setiap Sabtu sore muncul di layar TVRI lewat acara Cerita Untuk Anak. Dalam lakon itu, ada empat tokoh inti, yaitu pasangan suami-istri, pak dan bu Erry (K.M. Erry dan Dian Anggraini), kak Pipiet (PIpiet Sandra), dan anak pasangan itu, Kiki (Kiki Rizky Amellia). Nama Pipiet Sandra dikenal masyarakat, terutama lewat lakon-lakon ini. Sayang sekali, serial itu terhenti sejak tiga tahun sebelum bacaan ini dimuat Bintang (1989-red). 1993, Keluarga Ratu Asia mengalihkan perhatiannya pada produksi film-film dokumenter dan penyuluhan, serta muncul di TVRI sebulan sekali dalam acara Mimbar Agama Islam, selain juga menggarap sinetron hari-hari besar Islam. Pipiet Sandra sendiri (waktu itu) lebih dikenal sebagai seorang âdubberâ (pengisi suara), khususnya untuk film serial Orin dan Oshin (serial dari Jepang) yang ditayangkan TVRI dan TPI (Televisi Pendidikan Indonesia). Kelompok Keluarga Ratu Asia, selama itu sudah meraih banyak penghargaan. Pada FFI tahun 1981, Kiki terpilih sebagai pemeran anak-anak terbaik lewat film Nakalnya Anak-Anak garapan sutradara Susilo SWD dan Imam Tantowi. Lalu produksi-produksi PT Ratu Asia Prima Film juga meraih penghargaan. Pada FFI tahun 1986 memenangkan piala Widya untuk film dokumenter terbaik (Bukan Salahku yang menampilkan masalah tentang pemeliharaan air untuk kepentingan manusia) dan FFI tahun 1990, kembali meraih piala Widya untuk film dokumenter Demam Berdarah. Tahun 1992 lalu, pabrik film Agfa dan Belgia, juga memberikan pengahrgaan, karen jasanya menggunakan bahan baku film Agfa untuk produksi-produksinya. K.M. Bey Erry sendiri juga pernah meraih penghargaan sebagai penulis skenario terbaik film penyuluhan lewat karyanya Bekal Hari Esok. Pipiet Sandra dan grupnya pernah diidolakan oleh penggemarnya. Karena itu, kerukunan dan penampilannya seperti tergambar dalam lakon-lakon Keluarga Ratu Asia (belakangan itu) dirindukan pemirsa. Setelah pulang dari menunaikan rukun Islam kelima itu nantinya, diharapkan (waktu itu) Keluarga Ratu Asia dapat tampil kembali seperti biasa. (Pihak Bintang waktu itu mengucapkan) selamat menunaikan ibadah haji, semoga menjadi haji mabrur. Ditulis oleh: Ramadhan Syukur Dok. Bintang â No. 117/Th. III/minggu ketiga Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
22nd December 2023, 00:09 |
#5695
|
Mania Member
|
NIKE ARDILLA (TVRI PROGRAMA 1, GITA REMAJA – KAMIS, 20 MEI 1993 Pkl: 21.30 WIB)
UNTUK saat itu (1993-red), rambut pendek Nike Ardilla memang sudah kelihatan biasa. Barangkali malah sudah menjadi ciri khasnya. Tapi saat syuting paket Gita Remaja (GR) yang digarap 9 Februari 1993 lalu, rambut cepak Nike masih gres betul. Tidak heran kalau rambut pendek dan wajah kuyu Nike lalu mengundang bnayak pertanyaan. âÃÂÃÂHabis patah hati, ya, Nik?âÃÂàItu pertanyaan yang tak bisa dihindarinya.
âÃÂÃÂEnak aja, enggak deh ya kalau patah hati!,âÃÂàjawabnya dengan sengit. âÃÂÃÂIni biar wajah Nike kelihatan cakepan dikit,âÃÂàsambungnya lagi. Tapi lagu I DonâÃÂÃÂt Want To Talk About It yang dibawakannya dnegan lemas, juga mengundang protes Ani Sumadi, penata acara paket ini. âÃÂÃÂKalau bisa lagunya diganti, nggak bisa ngangkat suasana,âÃÂàkata Ani Sumadi. Nike terpaksa ganti lagu lain. Kali ini Honkytonk Woman yang dilantunkannya dnegan wajah dipaksakan gembira. Bisik-bisik pun merebak. Konon, saat itu Nike memang sedang pisahan dengan teman dekatnya, makanya wajahnya lesu terus. Betul nggak sih? Ditulis oleh: Turlukitaningdyah Dok. Bintang âÃÂàNo. 117/Th. III/minggu ketiga Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
22nd December 2023, 00:56 |
#5696
|
Mania Member
|
BULAN MEI 1993 INI, IRAMA MASA KINI JADI "IRAMA MASA LALU"
(TVRI PROGRAMA 1 â SABTU, 22 MEI 1993 Pkl: 21.30 WIB)
DERETAN, DANGDUT. Jangan heran bila ada lagu dangdut, pop, bahkan lagu daerah pun bisa masuk di paket ini. Makanya, tajuk paketnya pun Irama Masa Kini (IMK). Maksudnya, inilah paket musik yang menggelar deretan lagu-lagu anyar (era itu), dengan irama (waktu itu) terbaru. Soal deretan lagu yang masuk, nyaris sama seperti yang muncul di paket-paket musik komersial lain. Jadinya, ciri paket musik TVRI satu sama lainnya pun jadi kabur. Yang parah, lalu tak mana membedakan mana paket komersial dan mana yang tidak. Mana paket musik yang bermateri lagu-lagu kaset dan mana yang non-kaset, semuanya berbaur. Kalau tak percaya, lihat saja paket Hiburan yang menggelar deretan lagu di hari libur besar. Semua lagu-lagu kaset (yang waktu itu) terbaru, dengan model tayangan yang cuma mencomot lagu-lagu dari berbagai paket musik komersial, mirip Album Minggu. Padahal itu paket non-komersial, lho. Kalau di IMK deretan lagu-lagu yang muncul lagu kaset semua, memang betul. Memang pake tmusik komersial kok. Ajang di mana TVRI dihalalkan mencari dana. Makanya tak tanggung-tanggung, satu paket pun bisa muncul belasan lagu. Dan itu arinya makin banyak rupiah yang bisa dikeruk. Dana yang terkumpul, salah satunya ya untuk membiayai paket-paket non-komersial yang (waktu itu) masih dipertahankan macam Telerama, misalnya. Kembali ke soal IMK. Kali ini menggelar 13 lagu. Tentu saja dengan jenis lagu yang berbeda-beda. Ada PMR yang melantunkan Banjir Malam Minggu, atau Ismi Aziz dengan Kasih. Lalu muncul sejumlah nama anyar (era itu), Uli Novita, Zul Anggora, Ovie Rani dan Indah Andarini, serta Wiwiek Kariman. Dari nama-nama tenar, muncul Ervina dengan Merinding Bulu Romaku tergolong lagu lama. Atau Endang Treswati dengan Ayo Mama. Juga Merry Andani dengan CIntaku Padamu yang entah dibawakan dengan versi dangdut atau disko. Lalu Ramona Purba dengan Jalan Sore-Sore. Kalau sekadar menilik judulnya, lagu itu memang kelihatannya lagu-lagu yang pernah dibawkaan penyanyi lain. Barangkali juga disiasati dengan irama yang berbeda. Kalau iramanya juga tak berganti sih, bisa-bisa paket musik ini (waktu itu) berganti judul jadi Irama Masa Lalu. Nggak lucu khan? Ditulis oleh: Turlukitanindyah Daftar lagu-lgau (di Irama Masa Kini edisi 22 Mei 1993): Banjir Malam Minggu â PMR Plus Pacarku Pelit â Wiwiek Iarman Merinding Bulu Romaku â Ervina Kasih â Ismi Aziz Ayo Mama â Endang Treswati Cintaku Ngepol â Gosip 58 Mana Tanggung Jawabmu â Indah Andarini Goresna Cinta â Ovie Rani Cintaku Padamu â Merry Andani Relakah â Zul Anggora Goyang Dangdut â Uli Novita Jalan Sore-Sore â Ramona Purba Dok. Bintang â No. 117/Th. III/minggu ketiga Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
22nd December 2023, 00:59 |
#5697
|
Mania Member
|
MESKI TINGGI BADANNYA TAK MEMENUHI SYARAT, MARLA MARAMIS MEMANG MOOI...
SAKIT, SUSTER. âOo, ibu Mooi itu to, ibu Maria Maramis memang âmooiââ¦.,â ucapan yang dilontarkan dalam nada senda gurau itu, acap ditujukan pada Maria Maramis, bitnang iklan TV Digitec dan produk lainnya.
Popularitas Maria Maramis memang lantas berkibar semenjak tampil di iklan teve itu. Padahal, âSaya jadi bintang iklan hanya karena diajak Tarida Gloria,â kenangnya. Dan menjadi orang populer, memang susah-susah gampang. Setidaknya, membuat Maria Maramis sering mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Ketika bulan April 1993 lalu, ia harus masuk rumah sakit MMC di Kuningan, Jakarta, misalnya. Saat itu, selain harus menahankan rasa sakit kakinya yang terkilir, Maria juga harus repot meladeni pertanyaan para suster yang merasa pernah mengenal dan merawatnya. âIbu sering ke sini khan? Ibu pernah dirawat di sini khan?â Dan banyak lagi pertanyaan beruntun tertuju kepadanya. Hal itu, tentunya timbul karena para suster itu sering menyaksikan penampilan Maria di layar kaca (RCTI, SCTV, TPI-red). Tak heran, jika kemudian banyak yang merasa sudah akrab, dan bahkan mengaku pernah merawat Maria di MMC. Padahal, âBaru pertama kali itu saya berobat di MMC,â kenang Maria (waktu itu), tersenyum sendiri. Di jalan-jalan pun, Maria sering merasa serba salah. Maklum, kendati tak kenal, banyak orang menyapanya. âBahkan satpam-satpam pun dengan akrab menyapa saya. Ada yang memanggil ibu Maria. Tapi ada juga yang dengan bercanda memanggil dengan sebutan ibu Mooi,â lanjut Maria, yang selain menjadi bintang iklan juga mengasuh acara Aneka Profesi di TPI (Televisi Pendidikan Indonesia). âGetahâ popularitas ucapan âerg mooiâ yang melekat pada sosok Maria Maramis, agaknya jgua memberi anaknya yang nomor tiga, Astrid Maramis, yang (belakangan itu) duduk di kelas II SMP Asisi. Tatkala sang ibu jadi terkenal karena (memang) âmooiâ-nya, Astrid sering ketiban olok-olok teman sekolahnya. Temannya bahkan mengubah nama ibunya menjadi ibu Mooi. Kondisi macam itu tentu juga menimbulkan sedikit kerepotan. Bila hendak mengambil rapor Astrid, misalnya, Maria terpaksa datang lebih siang, âSaat sekolah sduah agak sepi, karena Astrid takut diledek âmooiââ¦,â ucap Maria. Istilah (Belanda) âerg mooiâ, berari bagus. Bila lidah Maria Maramis mampu melafalakn istilah itu secara pas dan fasih, hal itu disebabkan sehari-hari orangtuanya memang menggunakan bahasa Belanda. Ayahnya seorang kepala polisi dan mengajar tata upacara militer, sedang ibunya seorang guru. Maria sendiri saat masih menjadi pramugari, 1971-1974, sering berkomunikasi dengan orang asing, termasuk orang Belanda tentu saja. Toh Maria mengaku (waktu itu) masih merasa kaku jika harus ngomong Belanda. Meski berdarah Manado, sikap dan tutur kata istri Herman B.W. Maramis ini, boleh dibilang, âLebih Sunda dari orang Sunda,â aku Maria sambil tersenyum santun. Maklum, semasa masih bersama orangtuanya, Maria pernah tinggal di Sukabumi selama 14 tahun. Ihwal disiplin dan kemandirian yang tertanam dalam jiwanya, menurtu Maria, dipetik dari orangtuanya. âSaya sering melihat ayah memimpin dan mengajarkan disiplin kepada anak buahnya, sedangkan ibu tampak tegar saat tampil mengajar murid-muridnya,â kenang anak kelima dari 10 bersaudara putra pasangan Christian Dotulong Jane Posuma, yang lahir di Tebingtinggi, 43 tahun yang sebelumnya (1950-red). Lahir dan besar di kalangan militer, membuat Maria pernah bercita-cita menjadi Polwan. Tapi, âApalah daya tinggi tak sampai. Sadar bahwa tinggi badan tak memenuhi syarat, saya pun lantas tak pernah mencoba mengiktui tes,â kenang wanita bertinggi-berat (waktu itu) 156-67 ini. Kesibukan karier dan jabatannya sebagai âdirectorâ Admella Enterprise, tentu saja membuat Maria sering harus berada di luar rumah. Tapi, âDi manapun saya berada, saya selalu melapor dan berusaha berhubungan dengan suami dan anak-anak! Saya selalu mengutamakan kontak itu, supaya kami saling tahu kegiatan yang dilakukan masing-masing! Saya merasa senang, dalam berkarier ini di-âsupportâ oleh suami! Tanpa âsupportâ dan kepercayaan suami, tentunya saya tidak akan dapat melakukan apa-apa!,â tegasnya. 1993, di tengah kesibukannya, Maria Maramis menambah kesibukannya dnegan mencari resep menurunkan berat badan. (Harapan waktu itu) mudah-mudahan resep itu segera ditemukan. Kalau badan langsing, memang âmooiâ⦠Ditulis oleh: Rohadi Alamat Maria Maramis (waktu itu): Jln. Manggis I/94, Dr. Sahardjo, Jakarta Selatan. Dok. Bintang â No. 117/Th. III/minggu ketiga Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
22nd December 2023, 01:01 |
#5698
|
Mania Member
|
DENGAN KEBERANIANNYA, PESERTA DARI SURABAYA JADI JUARA
(GITA REMAJA, TVRI PROGRAMA 1 - KAMIS, 20 MEI 1993 Pkl: 21.30 WIB)
RUJAK, REKAN. Sudah banyak memang remaja daerah (era itu) yang datang sebagai peserta Gita Remaja (GR/TVRI). Kalau diperhatikan, tak banyak dari mereka yang jadi juara. Tapi Fien yang dari Surabaya ini, bisa mengalahkan Ita dan Dino, dan ini bisa dicatat sebagai suatu prestasi. Walau kemenangan Fien sendiri, boleh dibilang benar-benar bermodal nekad saja. Bayangkan, untuk bertarung dengan dua lawannya, Fien bahkan cuma mengandalkan kecpeatnanya memijit bel, tak peduli ia mampu menjawab judul lagunya atau tidak, yang penting pijit bel duluan. Yang penting lagi, dua rekannya tak punya kesempatan untuk menjawab soal itu. Tak urung, di beberapa soal babak pertama, Fein betul-betul kelihatan keteteran, lantaran tak menguasai banyak lagu. Dari enam soal yang mestinya bisa dijawab, Fien hanya mampu menambah angka 15 dari nilai awalnya 10. Jadi nilai total yang didapat Fien di babak itu cuma 25. Padahal, kalau saja Fien bisa menjawab semuanya, nilainya melonjak jadi 70. Habis, walau tangkas memijit bel, Fien kerap keasyikan mendengarkan potongan lagu itu sampai bel berdering. Dan itu dilakukan tidak hanya sekali, tapi sampai tiga kali. Sebetulnya sayang, kesempatan bagus dibuang begitu saja. Di babak kedua, kenekadan dan keberaniannya memijit bel masih saja dilakukan Fien. Untungnya, nilai Fien bisa bertambah lima. Kalau tidak, maka Ita-lah yang punya kans untuk melaju. Tapi nampaknya persaingan memang ketat. Mengakhiri babak kedua, rata-rata nilai tiga peserta masih berimbang. Yah, beda-beda dikitlah. Nah, di babak ketiga atau penentuan siapa yang boleh melaju ke babak bonus inilah yang seru. Soalnya, di babak pengetahuan umum itu, empat pertanyaannya kerap menyulitkan peserta. Lagian, ini khan babak yang bisa memperlihtakan tingkat kepintaran peserta akan soal-soal pengetahuan umum. Tidak cuma âgapeâ di soal musik saja. Untungnya, baik Fien, Ita maupun Dino mampu menjawab soal-soal itu dengan benar. Tapi karena lagi-lagi Fien yang memijit belnya dua kali, dan kebetulan juga jaabannya benar, yah nilai Fien-lah yang paling tinggi. Dan Fien yang berhak maju di babak bonus itu, setelah sebelumnya mengantongi 700 ribu rupiah. Sayangnya, di babak bonus yang bisa menambah rupiah yang harusnya bisa dibawa pulang Fien, tidak bisa dipergunakannya dengan baik. Dari tujuh soal, Fien hanya mampu menjawab tiga dengan betul, selebihnya Fien kelihatan tergagap-gagap, apalagi di soal pengetahuan umum. Tidak heran kalau banyak pendukung yang kecewa. Bagaimanapun, Fien bisa menambah uang sakunya 150 ribu lagi. Total yang diterimanya 850 ribu rupiah, sangat lumayan untuk mentraktir teman makan rujak cingur. Paling tidak, Fien pun mestinya bangga bisa mengalahkan dua lawannya. Oh ya, di paket ini peserta dan penonton juga dihibur oleh bintang tamu yang sudah tak asing lagi. Seperti tiga peserta, bintang tamu ini pun (waktu itu) masih remaja juga, Nike Ardilla. Ditiulis oleh: Turlukitaningdyah Dok. Bintang â No. 117/Th. III/minggu ketiga Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
22nd December 2023, 02:44 |
#5699
|
Mania Member
|
SIARAN DALAM BAHASA OSING DI RADIO BANYUWANGI
BUDAYA, BAHASA. Radio di Banyuwangi, baik yang bergelombang FM maupun AM, seperti Radio RKPD (radio khusus pemerintah daerah) dan radio swasta seperti Radio Mandala, Radio Sritanjung Setia, Radio Tawang Alun dan Radio Genta Bawana Sakti FM, semua mempunyai program acara yang menyajikan budaya Banyuwangi Osing.
Selain untuk melestarikan budaya dan bahasa Banyuwangi Osing, acara ini juga untuk menghibur masyarakat Banyuwangi yang suka lagu-lagu Banyuwangi Osing, baik yang beriramakan Kendang Kempul, Kundaran, maupun Gandrung dan Angklungan. Pendengarnya bukan saja masyarakat Banyuwangi Osing, tapi meliputi wilayah di luar Banyuwangi seperti Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Bali. Padahal, daerah-daerah ini kultur budaya dan bahasanya lain. âMungkin mereka tak mengerti. Namun, karena lagu itu sifatnya universal, maka bisa dinikmati segala lapisan budaya,â ujar Tutus Suciati, âprogrammerâ serta penyiar Radio RKPD yang juga penyanyi lagu-lagu daerah Banyuwangi Osing yang (sampai saat itu) sudah merilis enam buah album. Radio RKPD tidak hanya menyajikan lagu-lagu Banyuwangi Osing saja, tapi juga menghadirkan kebudayaan Banyuwangi Osing lainnya, seperti Aljin, Damar Ulan dan juga mendatangkan penyanyi Kendang Kempul dan penari Gandrung untuk memandu acara yang berkaitan dengan budaya Banyuwangi Osing. RKPD juga melaksanakan lomba yang berkaitan dengan budaya Banyuwangi Osing, seperti lomba peragaan busana daerah Banyuwangi Jebeng Tolek, lomba patrol, dan lomba mengarang dan membacakan Wangsalan dan Basanan (seperti puisi pantun). âDalam setiap lomba, kami selalu kerjasama dengan Dewan Kebudayaan Blambangan (DKB). Hal ini juga dilakukan radio lainnya yang ada di kawasan Banyuwangi, sebab acara yang berbau Osing sangat digemari masyarakat,â kata Tutus. Tak salah memang kalau radio yang ada di Banyuwangi mempunyai program acara yang berbau Osing sebagai unggulannya. Seperti Radio Mandala Banyuawngi, yang primadona acaranya Rujak Singgul dan Joget Blambangan. Begitu pula dengan Radio Sritanjung dan Genta Bawana Sakti FM. Bahkan iklan-iklan radio juga banyak yang menggunakan bahasa Banyuwangi Osing dengan ilustrasi musik daerah Banyuwangi. Ini karena lebih mengena di hati konsumen. Masyarakat Banyuwangi Osing amat lekat dan cinta dengan budayanya. Di samping acara hiburan, juga ada acara formal yang menggunakan bahasa Banyuwangi Osing, yaitu Siaran Berita Daerah. Ini bukan hanya masyarakat Banyuwangi Osing tidak mengerti bahasa Indonesia. Sebab masyarakat Banyuwangi Osing di kota Banyuwangi memiliki tingkat pendidikan dan ekonomi yang tinggi. Tidak seperti penduduk asli di daerah lainnya, yang tergeser oleh kaum pendatang. âDan amat keliru kalau orang menganggap bahasa Banyuwangi Osing bahasa pasaran. Bahasa Banyuwangi Osing itu menggunakan bahasa Sansekerta dan bahasa Jawa kuno dengan sastra tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Banyuwangi Osing keturunan kasta tinggi,â tambah Tutus. Acara primadona Radio RKPD yang berbau budaya Osing adalah sandiwara bahasa Osing, yang ditangani oleh seniman kawakan dan budayawan Banyuwangi, Hasnan Singodimayan yang juga ketua dewan kebudayaan Blambangan. Sandiwara ini bahkan mengalahkan acara yang menarik dari TVRI dan SCTV (Surya Citra Televisi Indonesia), baik dari stasiun Surabaya maupun Denpasar. âAcara ini dimulai pada tahun 1970 hingga sekarang (1993-red) masih bertahan. Ceritanya diangkat dari kejadian sehari-hari yang ada di masyarakat. Kalau nggak percaya? Datang saja ke Banyuwangi dan dengarkan cerita sandiwara bahasa Osing atau melihat tari Gandrung, pasti akan gandrung dengan budaya Banyuwangi, seperti masyarakat Banyuwangi Osing yang gandrung dengan budaya dan bahasanya,â tutur Tutus Suciati menutup pembicaraan. Dok. Bintang â No. 117/Th. III/minggu ketiga Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
22nd December 2023, 02:48 |
#5700
|
Mania Member
|
GARA-GARA LAUT MATI, KUIS BERSERI MENGUKIR PRESTASI (RCTI/SCTV) DIGUGAT PESERTANYA
LAUT, LAWAN. Saat syuting Kuis Berseri Mengukir Prestasi (RCTI/SCTV) yang dipandu Kris Biantoro pada Kamis, 18 Februari 1993, grup Burhanuddin Abe, Mia, dan Arie beradu pengetahuan dengan grup lawannya. Pertarungan kedua grup berlangsung ketat dan seru sehingga kedudukan seimbang. Untuk menentukan pemenang, akhirnya Kris Biantoro melontarkan sebuah pertnayaan yang harus dijawab peserta.
Pertanyaannya adalah, âLaut apa yang tidak bisa dilayari karena kadar garamnya tinggi?â Pertanyaan ini dijawab oleh grup Burhanuddin Abe dengan jawaban Laut Hitam. Saat itu juri dan pembawa acara membenarkan jawaban tersebut, sehingga grupnya Burhanuddin Abe keluar sebagai pemenang, dan berhak atas hadiah dari sponsor. Tapi hadiah (waktu itu) belum diterima datang telepon dari PT Scorta (produser kuis ini) yang membatalkan kemenangan tersebut dengan alasan jawaban itu salah. Jawaban yang benar adalah Laut Mati, bukan Laut Hitam. âJawaban yang benar memang Laut Mati, tapi salah seorang anggota grup itu ngotot dan mengatakan kalau Laut Hitam adalah Laut Mati. Kris Biantoro terpengaruh dan menganggap menang,â jelas K. Suprapto, âproduction managerâ dari Scorta. âTapi Kris Biantoro dan kami tidak yakin, lalu kami buka peta dan akhrinya terbukti kalau Laut Hitam berada di daerah Rusia dan Turki, sedangkan Laut Mati di Yordania,â jelasnya lebih lanjut. âKemudian, kami hubungi kelompok Burhanuddin Abe untuk menginformasikan hal ini. Kami nyatakan kelompoknya mereka kalah dan yang menang adalah grup yang satunya,â ungkap K. Suprapto. Selanjutnya, pihak Scorta melakukan âeditingâ untuk megnhilangkan adegan tersebut, sehingga pemirsa RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia)/SCTV (Surya Citra Televisi Indonesia) tidak melihat debat tentang Laut Hitam dan Laut Mati di layar kaca saat ditayangkan pada hari Minggu, 9 Mei 1993 jam 17.30 WIB. Tapi, pihak Burhanuddin Abe tidak puas dengan keputusan tersebut dan meminta Scorta mengulangi bagian akhir dari kuis itu. âTapi mereka menolak karena terbentur biaya produksi yang cukup besar untuk syuting ulang adegan itu,â jelas Burhanuddin Abe. Untuk merekam ulang, memang cukup memakan biaya. Jadi, PT Scorta memutuskan untuk mengedit bagian itu, kemudian masuk adegan Kris Biantoro mengumumkan jawaban yang benar serta pemenangnya. Lalu kenapa hal itu bisa terjadi? âSaya kebetulan ada pada saat syuting dan sudah ragu-ragu atas keyakinan kelompok tersebut. Malam harinya, kami bongkar peta dan mencari tahu mana jawaban yang benar. Setelah kami peroleh, segera kami hubungi kelompok tersebut. Itu saja masalahnya,â jelas Suprapto lebih lanjut. Bagaimana dengan hadiah? âPemenang tetap mendapat hadiah utama dari sponsor kami. Tapi kelompoknya Burhan khan sudah kalah. Ya, memang tidak memperoleh hadiahnya, bukannya dibatlakan! Kelompok mereka tidak memenangkan kuis ini!,â tegas K. Suprapto, yang merangkap produser pelaksana kuis ini. âNamun, sayangnya kelompok Burhan menganggap acara ini ibarat pertandingan olahraga! Bila juri atau wasit menyatakan menang, otomatis mereka pemenangnya! Acara ini khan memerlukan jawaban yang absolut! Tidak bisa menyamakan jawaban Laut Mati dengan Laut Hitam! Jadi terpaksa kami buat acara ini menurut aturan yang kami buat! Seandainya Burhan kecewa atas peristiwa ini, kami beri kesempatan lagi pada mereka untuk tampil lagi di acara ini, dan mengadu kepintaran dengan kelompok yang mengalahkan mereka!,â tandas K. Suprapto. Bagaimana, (waktu itu) mau coba lagi? Ditulis oleh: Ludiyanto Hasibuan Dok. Bintang â No. 117/Th. III/minggu ketiga Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
detikHot
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer