|
|
3rd March 2009, 17:09
|
|
Mania Member
Join Date: Jun 2008
Location: ----------------
-------------
Posts: 6,560
|
Quote:
Originally Posted by bramgreenday
[IMG]http://3.bp.********.com/_D7gelUZCDS0/SPXTk45cj_I/AAAAAAAAAFA/PvQLmaKWQxM/s400/golfrog.jpg[/IMG]
Pernahkah anda melihat katak sebesar ini? Pasti jawabannya belum, Namanya Goliath Frog (Conraua goliath). Habitatnya di Sungai Benito, Cameroon, Afrika Barat (dekat Gabon). Panjangnya bisa mencapai 33 cm (tanpa kaki yang dipanjangkan) dan beratnya bisa mencapai 3,3 kg. Kalau sedang duduk akan terlihat sebesar kucing. Anak-anak di Afrika tampaknya sudah akrab dan mungkin saja jadi binatang kesayangan dan peliharaan. Wow, di Indonesia binatang peliharaannya kucing atau anjing. Di Afrika binatang peliharaannnya katak raksasa.
[IMG]http://3.bp.********.com/_D7gelUZCDS0/SPXTuQUmxNI/AAAAAAAAAFI/n98DP0S8JnM/s400/goliath02.jpg[/IMG]
Namun Jumlah mereka semakin berkurang, karena perusakan habitat dan kebanyakan dari mereka di awetkan untuk menjadi hiasan atau tukar menukar hewan peliharaan. Sekitar 300 goliath, di ekspor ke luar negeri setiap tahunnya.
Nama Ilmiah : Conraua goliath
[IMG]http://1.bp.********.com/_D7gelUZCDS0/SPXT2yy28UI/AAAAAAAAAFQ/hxdmhmPCm2U/s400/2006112113343984.jpg[/IMG]
|
Gede banget Om Bram..
Katak lokal yg gede sebenarnya ada disumatra, mudah2an ja selamat dari kebakaran hutan tiap tahun.. katak raksasa (Limnonectes blythii) asal Sumatera. Ukurannya merupakan yang terbesar kedua di dunia. Ada fotonya ngga Om Bram..
ne beritanya..
Katak raksasa Sumatera
Quote:
Katak Langka dan Khas Sebaiknya Jadi Maskot Daerah
Jumat, 27 Februari 2009 | 22:38 WIB
BANDUNG, JUMAT - Keanekaragaman dan keunikan katak di Indonesia mungkin sebaiknya diublikasikan lebih luas sebagai lambang daerah. Hal tersebut juga akan membantu menyelamatkan berbagai jenis katak dari kepunahan.
Demikian dikatakan Herpetolog (peneliti katak) dari Sekolah Ilmu Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Djoko Tjahjono Iskandar dalam workshop tentang katak di Kebon Binatang Bandung, Jumat (27/2).
Menurut Djoko, selain, memiliki peranan penting dalam rantai makanan, katak adalah indikator perubahan iklim dan cuaca. Cacat atau hilangnya jenis katak tertentu di suatu tempat bisa menjadi indikasi kerusakan lingkungan atau perubahan iklim di sekitarnya.
"Berbagai macam cara bisa dilakukan untuk melindungi sekitar 400-500 spesies katak yang terdata di Indonesia. Paling depan tentu konservasi lingkungan tapi ada hal lain bisa menjadi alternatif, yaitu mempublikasikan keragaman dan keunikan spesies katak di Indonesia," katanya.
Menurut Djoko, sejatinya katak di Indonesia memiliki banyak keunikan. Di antaranya warna, ukuran, hingga struktur tubuh. Hal itu, diyakini Djoko bisa dipublikasikan sebagai maskot daerah atau taman nasional. Diharapkan setelah dikenal masyarakat, ekosistem dan keberlangsungan hidupnya bisa terjaga.
Djoko mengatakan, beberapa katak itu antara lain katak raksasa (Limnonectes blythii) asal Sumatera. Ukurannya merupakan yang terbesar kedua di dunia. Panjangnya bisa mencapai 25 sentimeter dan berat 1,5 kilogram.
Selain itu, ada katak darah dari Gunung Halimun, yaitu katak merah (Leptophryne cruentata). Katak ini satu-satunya di Indonesia yang berwarna merah darah.
Djoko juga menyebutkan satu-satunya katak di Indonesia yang tidak memiliki paru-paru yaitu katak kepala pipih kalimantan (Barbourula kalimantanensis). Usianya diperkirakan lebih dari 50 juta tahun dan di Indonesia hanya ada satu spesies. Di Indonesia, katak yang bernafas menggunakan kulitnya ini hanya ditemukan di Taman Nasional Baka Bukit Raya, Kalimantan Barat.
Penelitian kurang
"Selain minimnya perhatian atau kesadaran mempublikasikan kekhasan katak, kurangnya tenaga ahli dan peneliti katak ikut memengaruhi tidak dikenalnya keragaman katak Indonesia," katanya. Menurut Djoko, Indonesia hanya memiliki sekitar 20 orang herpetolog. Akibatnya data mengenai jenis katak di Indonesia belum lengkap.
Sangat sedikit data mengenai keberadaan katak di Indonesia untuk dipublikasikan. Diperkirakan, saat ini masih banyak katak di Indonesia yang belum diberi nama atau diketahui keberadaannya.
Ia membandingkan dengan perkembangan penelitian katak di daratan Eropa yang jumlah spesiesnya hanya sekitar 50 jenis katak. Di setiap negara di Eropa, bisa ditemukan minimal satu ahli katak. Mereka memiliki data lengkap mengenai perkembangan katak di negaranya.
Minimnya data juga dikatakan Kepala Urusan Reptil Kebon Binatang Bandung, Ada Suryana. Menurut Ada, hingga kini data mengenai katak sangat minim, baik itu yang dilindungi atau tidak. Baik itu, informasi mengenai spesies, ekosistem, reproduksi, atau jenis makan. Akibatnya, pihaknya sulit untuk mendapatkan jenis katak yang dilindungi untuk disimpan sebagai salah satu koleksi Kebon Binatang Bandung.
"Hingga kini belum ada jenis katak yang dilindungi disimpan di Kebon Binatang Bandung," katanya.
CHE,NAS
|
|
|
Code:
Telah tiba saat waktu kau tinggalkan kami
Kerana takdir yang Maha Esa telah menetapkan
Sedih rasanya hati ini bila mengenangkan
Kau sahabatku kau teman sejati
|
3rd March 2009, 17:11
|
|
Mania Member
Join Date: Sep 2008
Location: Jump_bee city
Posts: 4,387
|
Iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiih..seyem benel..
gede bgt gilaaaaaaaa...
|
|
Nothing Special...
|
3rd March 2009, 17:24
|
|
Mania Member
Join Date: Nov 2007
Posts: 9,744
|
Quote:
Originally Posted by aguzaa
Gede banget Om Bram..
Katak lokal yg gede sebenarnya ada disumatra, mudah2an ja selamat dari kebakaran hutan tiap tahun.. katak raksasa (Limnonectes blythii) asal Sumatera. Ukurannya merupakan yang terbesar kedua di dunia. Ada fotonya ngga Om Bram..
|
Malayan Giant Frog Limnonectes blythii
Interesting Facts: One of the largest frogs in Southeast Asia. Hinged teeth can be seen protuding out from the front part of the lower jaw, particularly large in males.
Size: 17.5cm
Diet: Adults feed on a variety of large prey including crabs and even frogs.
Activity: Nocturnal
Habitat: Forest, living along the banks of streams.
References: A Guide to the Amphibians & Reptiles of Singapore - Kelvin K P Lim
Frogs of Sabah - Robert F. Inger, Robert B. Stuebing
|
|
"It doesn't matter how beautiful your theory is, it doesn't matter how smart you are. If it doesn't agree with experiment, it's wrong." Richard P. Feynman
|
3rd March 2009, 17:24
|
|
Mania Member
Join Date: Jun 2008
Location: ----------------
-------------
Posts: 6,560
|
@cumie_liem
Cari tuh Cumie di Jump_Be, katak raksasa sumatra.. Kali ja ada yg nyasar di kebon coklatnya..
Beda apa sama ya.. ?? Tadi dari berita Kompas katak raksasa (Limnonectes blythii) selain di sumatra juga ada di Thailand dan semenanjung malaya ..
Ini berita Gatra nama kataknya katak batu (rana macrodon), katak raksasa yg ada di Sumatra, Jawa, Kalimantan
Katak Kedua Terbesar di Dunia Terancam Punah
Quote:
LINGKUNGAN
Katak Kedua Terbesar di Dunia Terancam Punah
Bogor, 3 Mei 2004 15:42
Pengetahuan masyarakat tentang satwa jenis amfibi, khususnya katak dirasakan masih kurang, akibat kurangnya studi dan penelitian atas hewan ini, sehingga berpengaruh terhadap ancaman kepunahan satwa ini.
"Padahal di Indonesia, ada habitat endemik katak di Sumatera bernama katak batu (rana macrodon), yakni satu dari 450 jenis katak dan kodok di Indonesia yang ukurannya nomor dua terbesar di dunia setelah Afrika," kata tiga anggota Tim peneliti katak dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan (DKSH) Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor, Senin.
Tiga peneliti tersebut adalah Dr Ir Ani Mardiastuti, peneliti katak yang juga pengajar di DKSH Fahutan-IPB, dan dua peneliti lainnya, masing-masing Anisa Fitri dan Hijrah Utama, yang memberikan penjelasan di sela lomba menggambar dan mewarnai bertema katak untuk anak-anak usia 4 tahun (TK) hingga 10 tahun (SD) yang dikemas dalam acara "Sahabat Katak".
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Gedung Konservasi Kebun Raya Bogor (KRB) mulai pukul 08:00 WIB sampai 12:30 WIB.
"Untuk jenis katak batu seperti yang ada di sungai-sungai di Sumatera saat ini sudah amat sulit untuk ditemukan, dan diduga terancam punah. Kalau toh ada, sudah mengalami degradasi fisik menjadi lebih kecil," kata Ani Mardiastuti.
Sementara itu, menurut Anisa Fitri, untuk jenis Katak Batu yang semula dikenal dengan nama ilmiah rana macrodon itu, dalam perkembangan taksonimonya kemudian mengalami nama yang berbeda-beda pada habitat alam di berbagai daerah.
Ia menjelaskan, di pulau Sumatera, katak tersebut dikenal dengan nama limnonectes blythii, di pulau Jawa dikenal dengan limnonectes macrodon, sedangkan di pulau Kalimantan disebut limnonectes leporinus.
Karena studi maupun penelitian mengenai katak dan kodok di Indonesia sangat minim --tidak seperti konservasi satwa lainnya seperti burung atau mamalia besar--maka indikasi kian berkurangnya habitat seperti katak batu itu--sampai kemungkinan ancaman kepunahannya pun baru diketahui pada jenis yang ada di Sumatera seperti di Padang, Sumatera Barat di mana masih ditemui, namun ukuran fisiknya menurun.
Jenis katak tersebut, panjang badannya pernah ditemui mencapai 25 sentimeter dengan berat badan sekitar 1,5 kilogram.
"Kini yang masih bisa ditemui bahkan tidak sampai setengah ukuran panjang maupun berat badannya," kata Ani Mardiastuti, sekaligus menambahkan bahwa di DKSH Fahutan IPB masih mempunyai jenis katak batu, namun sudah dalam bentuk diawetkan guna kepentingan penelitian.
"katak batu yang sudah diawetkan itu pun koleksi orang-tua saya sekitar 30 tahun lalu. Kala itu masih banyak terdapat di sungai-sungai di Sumatera," katanya.
Bioindikator lingkungan
Sementara itu, Hijrah Utama --yang sering terlibat dalam banyak penelitian katak--menambahkan bahwa kondisi masih sedikitnya studi dan penelitian mengenai katak juga berpengaruh pada peningkatan kesadaran akan pentingnya konservasi katak di Indonesia.
"Keberadaan amfibi ini dapat dijadikan bio-indikator untuk mengetahui tingkat pencemaran lingkungan," katanya
Sayangnya, kata dia, sebagian besar masyarakat Indonesia masih beranggapan bahwa katak atau kodok merupakan hewan amfibi yang berbahaya, menjijikkan, dan beracun, dan hanya mengenal sedikit saja jenisnya, padahal satwa amfibi ini jenisnya beranekaragam, unik dan bahkan cantik.
Ia mengemukakan bahwa hewan amfibi seperti katak diketahui memiliki manfaat bagin manusia dan lingkungannya, baik sebagai bahan makanan yang diekspor ke mancanegara, hewan peliharaan dan bahkan dijadikan bahan percobaan di bidang medis dan kimia.
"Studi yang dilakukan (Whitten et al, 1999) mencatat bahwa satu jenis kodok penggali liang mampu memproduksi kelenjar yang bisa dijadikan perekat sebagai pengganti jahitan pascaoperasi pembedahan," katanya.
Sedangkan dari sisi ekologi, satwa jenis Amfibi berfungsi sebagai "pengatur keseimbangan alam", dan keberadaannya di alam merupakan salah satu pendukung penting dalam siklus mata rantai makanan.
"Beberapa jenis amfibi yang hidup di sawah berfungsi sebagai predator pada rayap dan jenis hama pertanian lainnya," katanya.
Dalam konteks bio-indikator lingkungan, Ani Mardiastuti menambahkan, pada negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Eropa dan Kanada, eksistensi katak kini menjadi parameter utama untuk melihat baik atau buruknya kondisi lingkungan hidup mengingat satwa tersebut reaksinya sangat peka terhadap perubahan.
"Bila katak bentuk fisiknya sudah aneh-aneh seperti ada yang buntung, kakinya enam dan tanda-tanda tidak normal lainnya, itu berarti kondisi lingkungan di sekitarnya sudah buruk," katanya.
Ia mengungkapkan bahwa meskipun di Indonesia belum cukup signifikan ditemui adanya degradasi fisik pada katak dalam jumlah besar, namun apa yang ditemui di Eropa, AS dan Kanada itu harus menjadi sinyal serius untuk diantisipasi di Indonesia.
Fenomena terjadinya keanehan-keanehan pada katak semacam itu, katanya, benar-benar harus dijadikan peringatan dini karena tragedi di Minamata, Jepang di mana kawasannya mengandung merkuri yang akhirnya berakibat pada degradasi pada manusia, gejala masalahnya mirip dengan yang terjadi pada katak.
Menurut dia, meski negara seperti AS, Kanada dan Eropa maju dalam bidang pertanian, namun puluhan tahun silam di negara-negara tersebut menggunakan pestisida dalam pertaniannya dalam jumlah besar.
"Tidak mustahil, reaksi pada katak-katak yang mengalami bentuk fisik aneh dari keadaan normalnya itu adalah karena residu dari pestisida-pestisida puluhan tahun silam dan reaksinya baru dirasakan atau terjadi sekarang," katanya.
Guna menanamkan nilai-nilai perlunya menjaga keseimbangan lingkungan sejak dini, maka diperlukan upaya-upaya lebih awal kepada generasi muda.
Salah satu upaya yang dilakukan, kata dia, adalah mengadakan lomba menggambar bertema katak untuk anak-anak usia 4 tahun hingga 10 tahun yang dikemas dalam acara "Sahabat Katak" itu.
"Kita berharap, dengan upaya sejak dini ini generasi muda dapat mengerti akan arti pentingnya sebuah lingkungan hidup secara menyeluruh dari hal-hal kecil di sekitarnya," katanya. [Tma, Ant]
|
Apa katak ukurannya mengecil gara2 kurang gizi, sehingga perlu BLT atau terjadi seleksi alam ya, yg ukuran gede pada punah ditangkap sehingga tersisa yg ukuran lebih kecil..
|
|
Code:
Telah tiba saat waktu kau tinggalkan kami
Kerana takdir yang Maha Esa telah menetapkan
Sedih rasanya hati ini bila mengenangkan
Kau sahabatku kau teman sejati
Last edited by aguzaa; 3rd March 2009 at 17:30..
|
3rd March 2009, 17:28
|
|
Mania Member
Join Date: Nov 2007
Posts: 9,744
|
Quote:
Originally Posted by siMbah
kalau dalam bahasa daerahku dibedakan menjadi kodok dan bangkong
|
oiya mbah..
ada artikel menarik tentang perbedaan nya lagi. tp ini sedikit lebih ilmiah.
|
|
"It doesn't matter how beautiful your theory is, it doesn't matter how smart you are. If it doesn't agree with experiment, it's wrong." Richard P. Feynman
|
3rd March 2009, 17:40
|
|
Mania Member
Join Date: Jun 2008
Location: ----------------
-------------
Posts: 6,560
|
Quote:
Originally Posted by bramgreenday
Malayan Giant Frog Limnonectes blythii
Interesting Facts: One of the largest frogs in Southeast Asia. Hinged teeth can be seen protuding out from the front part of the lower jaw, particularly large in males.
Size: 17.5cm
Diet: Adults feed on a variety of large prey including crabs and even frogs.
Activity: Nocturnal
Habitat: Forest, living along the banks of streams.
References: A Guide to the Amphibians & Reptiles of Singapore - Kelvin K P Lim
Frogs of Sabah - Robert F. Inger, Robert B. Stuebing
|
Wadooh Ne katak makannya kepiting, gimana ngunyahnya tuh, apa ga di capit ntar..
|
|
Code:
Telah tiba saat waktu kau tinggalkan kami
Kerana takdir yang Maha Esa telah menetapkan
Sedih rasanya hati ini bila mengenangkan
Kau sahabatku kau teman sejati
|
3rd March 2009, 17:49
|
|
Mania Member
Join Date: Nov 2007
Posts: 9,744
|
Quote:
Originally Posted by aguzaa
Wadooh Ne katak makannya kepiting, gimana ngunyahnya tuh, apa ga di capit ntar..
|
mungkin makan nya sup kepiting kali...
[IMG]http://tbn2.google.com/images?q=tbn:Bf86VVSAskzYZM:http://4.bp.********.com/_lI40RvuRgeM/R6qrwbDWzbI/AAAAAAAAAHE/RRrWJD9XJ10/s320/SUP%2BKEPITING.jpg[/IMG]
hehehe.....
The Crab-eating Frog occurs in a range of habitats including coastal scrub, marshes, disturbed forests and mangroves where it can tolerate brackish water. This species, along with the Blyth's Giant Frog Limnonectes blythii, is favoured for its eating quality and is often farmed for its edible legs.
karena biasa nya habitat mereka dekat pantai. kepiting yg dimakan adalah kepiting2 kecil.
[IMG]http://4.bp.********.com/_YKpiq-pyWb8/R3yLGauE09I/AAAAAAAAAEA/HCF0USXPWKI/s400/6DSC00040.jpg[/IMG]
|
|
"It doesn't matter how beautiful your theory is, it doesn't matter how smart you are. If it doesn't agree with experiment, it's wrong." Richard P. Feynman
|
3rd March 2009, 19:44
|
|
Medal Winner
Join Date: Nov 2007
Location: KM 24
Posts: 18,857
|
hadoh.. syerem2 amat.. :confused:
|
|
|
3rd March 2009, 20:32
|
|
Mania Member
Join Date: Mar 2008
Posts: 5,764
|
Quote:
Originally Posted by -i-
hadoh.. syerem2 amat.. :confused:
|
ada beberapa yang cute kok sis...
|
|
|
3rd March 2009, 20:56
|
|
Mania Member
Join Date: Jun 2008
Location: ----------------
-------------
Posts: 6,560
|
Quote:
Originally Posted by Kiba
ada beberapa yang cute kok sis...
|
Bener tuh uni -i, katak yg bisa bikin Teh Kiba pingsan tuh cute abiss...
|
|
Code:
Telah tiba saat waktu kau tinggalkan kami
Kerana takdir yang Maha Esa telah menetapkan
Sedih rasanya hati ini bila mengenangkan
Kau sahabatku kau teman sejati
|
detikNews
........
|