HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Kamis, 2024/06/06 12:42 WIB
Hadiri Sidang Cerai Perdana, Anji dan Wina Kompak Hitam-hitam
-
Jumat, 2024/06/07 16:16 WIB
Selain Ayu Ting Ting, Artis Indonesia Ini Masuk 100 Wanita Tercantik Dunia 2024
-
Rabu, 2024/06/05 11:55 WIB
Tak Larang Leya Pacaran, Ferry Maryadi Beri Peringatan ke Rizwan Anak Sule
-
Kamis, 2024/06/06 19:16 WIB
Akhirnya Tengku Dewi Putri Gugat Cerai Andrew Andika
-
Selasa, 2024/06/04 11:43 WIB
Diduga Lakukan Penggelapan, Tiko Aryawardhana Suami BCL Dilaporkan Eks Istri
-
Rabu, 2024/06/05 11:20 WIB
Meggy Wulandari Nge-gas Disebut Dapat Aset Usai Bercerai dari Kiwil
|
Thread Tools |
13th September 2008, 22:50 |
#1
|
Mania Member
|
Banyak Kekayaan Budaya Indonesia Hilang
Solo (ANTARA News) - Pada zaman “edan” ini baik secara fisik maupun bentuk budaya warisan kekayaan budaya bukan saja menghilang, tetapi ada yang pelan-pelan telah berpindah menjadi milik bangsa lain sehingga hal ini sangat menyakitkan.James F Sundah Ketua Bidang Apresiasi Seni Budaya Nasional dan Pengembangan Teknologi Informasi PAPPRI( Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia) mengatakan hal itu dalam dialog seni tradisi Solo Internasional Ethnic Music (SIEM) 1-5 September 2007, di Solo, Jateng, Rabu.
Dalam dialog yang berjudul “Persimpangan di Zaman Edan,” dia mengatakan, lepasnya pulau Sipadan Ligitan menjadi teritorial Malaysia dan bertambah luasnya wilayah Singapura gara-gara ekspor pasir dari Indonesia yang sekaligus melenyapkan pulau-pulau milik Indonesia. “Kemampuan kita menguasai teknologi di bawah negara-negara jiran ini. Ternyata mereka lebih dahulu bisa memanfaatkan akulturasi dan transisi budaya industri secara efektif sudah hampir merata dalam kehidupan,” katanya. Ia mengatakan, tidak cuma `merebut` wilayah fisik, ekspansi kedua negara ini juga sudah merambah ke beberapa kekayaan budaya dan kesenian lokal Indonesia. Menurut dia, seperti yang dialami oleh I La Galigo sebuah traditional property etnis Bugis, Batik dari Jawa, angklung bambu Sunda, Kolontang Minahasa, Kesenian Dayak (yang mayoritas berada di wilayah Indonesia) dan masih banyak lagi warisan budaya yang mulai `terganggu` kepemilikannya. “Saat ini dalam perang digital semua kekayaan warisan leluhur kita telah menjadi rancu siapa pemiliknya. Dalam waktu tidak lama lagi mungkin akan berpindah menjadi milik mereka,” katanya. Dalam ajang kompetisi global yang mengandalkan dunia teknologi informatika, katanya, Indonesia memang jauh tertinggal. Ironisnya semua fakta-fakta ini tidak banyak disadari oleh para petinggi dan penentu kebijakan di negeri ini karena ada beberapa faktor penyebabnya. Ia mengatakan, semua itu kemungkinan disebabkan selain sibuk mengejar kekuasaan politik juga keterbatasan anggaran pembangunan menyebabkan perlindungan dan pelestarian warisan budaya.(*) |
|
13th September 2008, 22:55 |
#2
|
Mania Member
|
Semakin Banyak Bahasa Daerah yang Punah
Sebagian Kekayaan Budaya Mulai Hilang Jakarta, Kompas - Bahasa daerah yang menjadi bahasa ibu bagi sebagian warga Indonesia terancam punah sehingga perlu perlindungan. Kepunahan bahasa sekaligus menandai hilangnya sebagian budaya dan peradaban. Hal itu terungkap dalam Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2008 di Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Senin (25/2). Peringatan itu dihadiri Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan) Arief Rachman, Duta Besar Banglades Salma Khan, Duta Besar Sri Lanka Nanda Mallawaarachchi, serta perwakilan dari Kedutaan Besar India dan Pakistan di Indonesia. Kepala Pusat Bahasa Depdiknas Dendy Sugono mengatakan, bahasa ibu dengan penutur sedikit cenderung kian punah. ”Fenomena tersebut terjadi di seluruh dunia. Sekitar 50 persen dari 6.700 bahasa di dunia mengalami kepunahan dalam satu abad terakhir. Anak-anak muda meninggalkan bahasa ibunya dan ini tak lepas dari kuatnya pengaruh globalisasi,” ujar Dendy. Di Indonesia, menurut catatan Pusat Bahasa, sejumlah bahasa daerah tak lagi digunakan. Sebagai contoh, di Papua terdapat sembilan bahasa yang punah. Sedangkan di Maluku Utara ada satu bahasa yang punah. ”Itu baru di sebagian wilayah Indonesia Timur yang kami teliti, belum lagi di kawasan barat dan tengah. Penelitian kami diperkirakan baru selesai Agustus tahun ini,” ujarnya. Summer Institute of Linguistics (SIL), lembaga swadaya masyarakat internasional yang mendokumentasikan bahasa-bahasa yang hampir punah di dunia, mencatat, di Sumatera dari sebanyak 52 bahasa pada tahun 2000, yang tersisa kini hanya tinggal 49 bahasa atau sebanyak tiga bahasa hilang. Di Papua, dari 271 bahasa yang ada, dua di antaranya sudah menjadi bahasa kedua. Di Maluku, dari 132 bahasa, hanya 129 yang aktif dituturkan dan tiga bahasa lainnya hilang. Bahasa yang hilang tersebut bisa saja hilang bersama dengan penggunanya. |
|
17th September 2008, 18:17 |
#7
|
Groupie Member
|
|
17th September 2008, 19:32 |
#8
|
Mania Member
|
Kita perlu membungkus budaya Indonesia dengan lebih menarik.
Kita bisa mencontoh Jepang, mereka membuat film & anime yang menggambarkan budaya mereka dengan menarik. Misalkan "ninja" dibungkus dengan keren melalui film naruto dari anak-anak sampai remaja akan tertarik. Image "ninja" menjadi keren.. coba bayangin tentara bambu runcing kita bisa dibuat seperti ini. Kata-kata populer Jepang yang sering dipakai juga populer terutama untuk mereka yang suka nonton film jepang. Seperti "arigato", "konichiwa", "watashi", "itekimasu", dll.. Di China, kungfu yang merupakan ilmu bela diri juga dibungkkus dengan keren dalam film-film nya. Siapa yang gak tau jet lee, jacky chan yang jago kungfu. Bandingkan dengan pencak silat kita yang terkesan deso.. |
What do I believe? I believe in peace, harmony & loving kindness. And I hope you believe the same thing |
18th September 2008, 10:19 |
#9
|
Mania Member
|
kebudayaan indonesia? apa kebudayaan di indonesia?
bahasa daerah kita punah kan karena digantikan bahasa indonesia? dan ini kebijakan pemerintah tho? kebudayaan indonesia aja belum terdefinisikan, udah mau punah aja hehehe kalo masalah pengaruh globalisasi, apa berarti semua aksen dari luar indonesia harus diilangin? ky cinta laura gak boleh ngomong gaya dia lagi, atau habib yg sering di tivi pake jam tangan mahal itu juga jangan ngomong ky nelen ludah mlulu. Atau lebih spesifik ky misalnya motif perak bali yg dipatenkan di prancis? berarti kita ngomongin karya seni sebagai bentuk dari kreasi suatu kebudayaan? berarti ngomongin masalah hukum dong? kan berkaitan dengan hak paten...harusnya negara melindungi rakyatnya, bukan jadi centeng seniman prancis di dalam menggrebek seniman bali tho? |
18th September 2008, 10:20 |
#10
|
|
Mania Member
|
kalo orang gak bangga sama budayanya sendiri pasti ancur. orang bangga bisa bahasa inggris, mandarin, jepang, arab, tapi ada gak yg bangga masih bisa bahasa daerahnya sendiri? pake baju kebarat2an, ala harajuku, pake cheongsam, pake baju arab, tapi yang ada malah anjuran kalo baju adat masuk museum aja. berusaha belajar bisa maen gitar, drum, sitar, tapi ada yang masih mau belajar angklung, gamelan? sering ada perlombaan cheerleader, break dance, dance aneh2, tapi gak pernah gw liat perlombaan tarian daerah.
satu2nya budaya yang orang indonesia masih demen cuma satu: makanannya. Quote:
ide bagus nih. coba kalo ada komik yang jagoannya bisa pencak silat, masuk turnamen dunia lalu menang ato komik yang menceritakan petualang yang demen jalan2 ke daerah2 nyicip makanan plus budaya daerahnya. |
|
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer