HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Selasa, 2024/06/10 13:55 WIB
91 Kendaraan Rita Widyasari Disita KPK: Termasuk 17 Mercy-14 Harley
-
Selasa, 2024/06/10 11:55 WIB
Fakta-Fakta Terbaru Polwan Briptu FN Bakar Suami di Mojokerto
-
Selasa, 2024/06/10 16:26 WIB
Kementerian BUMN Mulai Uji Coba Pegawai Kerja 4 Hari Sepekan
-
Kamis, 2024/06/06 18:41 WIB
Basuki Menyesal soal Tapera: Kalau Belum Siap, Kenapa Kita Tergesa-gesa
-
Rabu, 2024/06/05 13:50 WIB
Mahfud Merasa Mual Baca Putusan MA soal Usia Calon Kepala Daerah
-
Rabu, 2024/06/05 16:41 WIB
Amien Rais Minta Setop Cawe-cawe: Biar Prabowo Ambil Alih!
|
Thread Tools |
22nd January 2008, 09:12 |
#1
|
Addict Member
|
[Merged] Soekarano (Bung Karno)
Sulit menghapalkan satu-persatu peralatan yang digunakan oleh tim dokter untuk merawat bekas Presiden Soeharto. Faktanya, sejak dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) 4 Januari silam, Soeharto mendapat perawatan kelas satu. Bukan hanya peralatan canggih, juga perhatian ekstra dengan pengawasan dari menit ke menit.
Terlepas dari Soeharto memang berhak mendapat pelayanan terbaik karena memang membayar mahal, perlakuan istimewa itu tetap saja memunculkan pertanyaan. Mengapa, perlakuan yang sama tidak didapat Presiden Soekarno ketika jatuh sakit. Tidak sedikit saksi sejarah yang mengakui bahwa ada perbedaan mencolok antara perawatan waktu Bung Karno sakti dengan yang didapat Pak Harto sekarang. Salah satu saksi sejarah itu yakni Prof Dr Kartono Muhammad. Ia diberitahu langsung oleh Prof Mahar Mardjono yang sempat ditugaskan untuk merawat Soekarno. Dr Kartono juga pernah menulis kasus kesehatan Bung Karno dengan mewawancarai antara lain perawat yang sehari-hari menunggui Bung Karno di Wisma Yaso (tempat Bung Karno dirawat) serta Prof Mahar dan Dr Wu Jie Ping (dokter Cina yang merawat Bung Karno). "Perbedannya jelas. Dulu Bung Karno tidak diurusin, ditelantarkan. Tidak ada dokter yang diserahi tugas untuk mengawasi, tidak ada dokter spesialis seperti sekarang. Padahal ada tim dokter kepresidenan, tapi juga tidak pernah datang. Nggak kayak sekarang. Pak Harto tiap hari dirawat puluhan dokter," kata Dr Kartono mengisahkan kembali apa yang pernah diketahuinya pada 1967 silam. Kakak kandung pendiri Majalah Tempo Goenawan Muhammad ini mengaku sesak napasnya jika mengingat apa yang telah menimpa Soekarno. Padahal, kata dia, perlakuan tidak sepantasnya itu diberikan ketika Bung Karno masih menjabat presiden. Sebab, Soeharto waktu itu masih menjabat sementara sebagai presiden karena belum diangkat oleh MPR untuk jadi presiden. Menurutnya, ditelantarkannya Bung Karno kala itu tidak lepas dari kebijakan penguasa waktu itu. Sebab, kenang dia, kebijakan dari penguasa waktu itu, jika dokter akan ke Wisma Yaso, harus ada izin dari Pangdam. "Kalau ada dokter mau memeriksa harus ada surat izin. Tidak ada dokter tiap hari, obat juga tidak diberikan, kan namanya ditelantarkan, " kenangnya. Padahal, lanjut dokter yang pernah menjabat ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini, tiap-tiap dokter itu sudah mengucap sumpah. Mereka tidak boleh membiarkan pasiennya terlantar. Kata Kartono, jangankan seorang presiden, rakyat biasa, atau musuh sekalipun, seorang dokter harus merawatnya dengan baik. "Kewajiban dokter untuk tidak membedakan siapa pasiennya. Tapi dokternya memang tidak bisa berbuat apa-apa karena adanya intervensi dari penguasa. Dan penguasa waktu itu adalah Pak Harto. Jadi perlakuan mikul duwur mendem jero itu dimana ?," tanya Kartono. Filosofi mikul duwur mendem jero itu pernah identik dengan sikap Soeharto. Namun, kata Kartono, perlakuan yang diberikan terhadap Bung Karno menjadi penegas apakah Soeharto telah melaksanakan filosofi tersebut atau tidak. "Nggak terbukti, karena buktinya dibiarkan terlantar. Kalau nerapin filosofi itu harusnya diperhatikan dong," kata dia. Meski menyesalkan perlakuan terhadap Soeharto, Dr Kartono menuturkan bahwa Soeharto layak mendapat perlakuan istimewa. Menurutnya, siapapun pasiennya, harusnya mendapat perawatan yang terbaik. "Over atau tidak tergantung dari kondisi penyakitnya. Tapi pemberitaan dan perhatiannya yang over. Perhatian yang diberikan luar biasa, tiap menit diperiksa, diawasi terus menerus," lanjutnya. Sementara sejarawan Indonesia, Prof Dr Taufik Abdullah menegaskan bahwa, jika dilihat dari sudut pandang historis, perbedaan bangsa ini memperlakukan Soekarno dan Soeharto yang sedang tergolek sakit, tidak lepas dari apa yang terjadi kala itu. Menurut Taufik, 71, ketika Soekarno sakit pada tahun 1967, suasana kala itu belum stabil. Ia menyebut, orde baru masih melakukan konsolidasi untuk memapankan kekuasaan. Sementara Soekarno yang tengah sakit, masih memberikan pengaruh yang besar di masyarakat dengan aliran Soekarnoisme-nya. Dalam bahasa Taufik, Soekarno meninggalkan ideologi. Bagi penguasa orba, ada dua agenda utama yang harus dilakukan kala itu. "Selain menghancurkan kelompok yang melawan seperti PKI, juga menggerogoti kekuatan Soekarnoisme. Itu karena posisi-posisi penting baik di AD, AL, waktu itu masih dipegang orang yang pro Soekarno. Inilah yang digarap pemimpin Orde Baru. Yakni bagaimana menyingkirkan mereka. Sebut saja, Ibrahim Aji didutabesarkan," kata Taufik saat ditemui di kantornya di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta. Menurutnya, waktu itu Soeharto sebagai pemimpin, mencoba menerapkan falsafah mikul dhuwur mendem jero dengan 'menyimpan' Soekarno yang sakit, agar jangan sampai terhina. Sebab, waktu itu, lanjut Taufik, tuntutan agar Soekarno diadili karena dianggap terlibat Gestapu sangat besar. "Tapi, selain disimpan agar tidak terhina, Bung karno juga dianggap ancaman karena orde baru waktu itu tengah melakukan konsolidasi. Dan perlakuan terhadap Bung Karno akhirnya yah seperti yang telah dicatat sejarah" lanjut Taufik dengan suara lantang. Sementara untuk sakitnya Soeharto sekarang, kata Taufik, terjadi setelah 10 tahun dia lengser keprabon, ketika bangsa tidak dalam keadaan labil. Apalagi, tidak ada tinggalan isme-isme (ideologi) dari Soeharto yang mengancam pemerintahan sepert era Soekarno dulu. "Masalah Pak Harto itu murni masalah hukum, baik itu kasus dugaan korupsi dan pelanggaran HAM. Selain itu, untuk perawatannya, keluarganya kan juga bayar sendiri," katanya. Namun, terlepas dari siapa yang membiayai, Taufik menyesalkan kondisi Soekarno yang disebutnya diterlantarkan. Yang jelas, ketika Soekarno meninggal, Taufik mengakui bahwa waktu itu adalah momen paling menyedihkan bagi bangsa Indonesia. Ia mengatakan, perasaan kehilangan tidak hanya menimpa rakyat yang sangat mencintai proklamator RI tersebut, tapi termasuk juga golongan yang menentang Bung Karno. "Saya ingat waktu itu air mata saya juga tumpah," katanya dengan suara lirih. Dan sikap rakyat Indonesia itulah yang dianggap Taufik menjadi perbedaan antara Soekarno dan Soeharto. Meski tidak sedikit yang juga mencintai dan membenci Soeharto, tetapi menurutnya berbeda dengan pandangan orang terhadap Soekarno. "Orang tidak terlalu fanatik pada Pak Harto. Gampang saja melihatnya, istilah Soekarnoisme hingga sekarang masih kuat. Tapi kan tidak ada Soehartoisme," sebutnya. _________________________________ http://www.newinvestasi.com http://www.go-kerja.com |
25th June 2008, 17:36 |
#2
|
Mania Member
|
Bung Karno Tentang Islam, Nasionalis dan Revolusioner.
Jadi, apakah bisa dikatakan bahwa Bung Karno adalah seorang nasionalis yang
Muslim dan berhaluan fikiran kiri? Ya, tetapi bukan hanya itu saja! Dari sejarahnya sejak muda belia, nyatalah dengan jelas bahwa ia adalah seorang pejuang nasionalis yang tidak tanggung-tanggung. Dalam soal ke-nasionalisme-an, Bung Karno adalah tokoh raksasa. Dan, sebagai seorang nasionalis revolusioner, perjuangannya adalah yang paling menonjol dalam sejarah bangsa Indonesia sampai dewasa ini. Ia juga bukan seorang Muslim yang sembarangan, yang pengetahuannya tentang Islam hanya dangkal-dangkal saja, atau hanya pura-pura menganut agama Islam. Ia adalah seorang haji, yang pernah menyatakan kalau ia meninggal supaya mayatnya diselimuti dengan bendera Muhammadiyah. Ia juga seorang kepala negara yang revolusioner, yang berpandangan kiri dan tidak anti kepada marxisme dan tidak anti kepada PKI. Mengingat hiruk-pikuk tentang _sweeping_ terhadap penerbitan kiri dan hingar-bingar tentang anti-komunisme yang akhir-akhir ini menjadi _topik_ hangat dalam pers dan percakapan banyak orang, maka tulisan yang kali ini mencoba memberikan sekadar sumbangan bahan-bahan untuk pemikiran bersama dalam perdebatan publik dewasa ini. Dan karena HUT ke-100 Bung Karno akan diperingati tidak lama lagi, maka penyajiannya juga diakomodasikan dengan peristiwa ini. Sebab, menampilkan kembali berbagai fikiran Bung Karno dalam konteks yang sekarang ini, mungkin bisa menjadi bahan referensi bagi banyak orang tentang arah yang perlu kita tempuh bersama sebagai bangsa yang beradab. Sebagai _pembuka_ penyajian masalah, maka dikutip di sini bagian-bagian kecil pidato kenegaraan Bung Karno pada tanggal 17 Agustus 1960, yang diambil dari koleksi _Di bawah Bendera Revolusi_ jilid dua. Keseluruhan pidato ini agak panjang, dari halaman 395 sampai 435 (40 halaman), dan merupakan kelanjutan dari pidatonya yang amat penting setahun sebelumnya, yaitu yang terkenal kemudian dengan Manifesto Politik (Manipol). Bagi mereka yang ingin mengetahui gagasan-gagasan besar Bung Karno, adalah perlu sekali untuk mempelajari isi kedua pidato ini, di samping pidato-pidatonya yang lain. Sebab, dengan membaca karya-karya aslinya dan mendengarkan pidato-pidatonyalah _yang dipadukan dengan memperhatikan praktek-prakteknya - kita bisa menilai betapa pentingnya ajaran-ajarannya mengenai berbagai masalah besar bangsa. AKIBAT PERANG DINGIN : KOMUNISTO-PHOBI Bagian kecil pidatonya tahun 1960 itu adalah sebagai berikut: _ Beberapa tahun sesudah Proklamasi Kemerdekaan kita, maka terjadilah di luar negeri, - kemudian juga meniup di angkasa kita -, apa yang dinamakan _perang dingin_. Perang dingin ini sangat memuncak pada kira-kira tahun 1950, malah hampir-hampir saja memanas menjadi perang panas. Ia amat menghambat pertumbuhan-pertumbuhan progresif berbagai negara. Tadinya, segera sesudah selesainya Perang Dunia yang ke-II, aliran-aliran di mana-mana mulailah berjalan pesat. _Tetapi pada kira-kira tahun 1950, sebagai salah satu penjelmaan daripada perang dingin yang menghebat itu, aliran-aliran progresif mudah sekali dicap _Komunis_. Segala apa saja yang menuju angan-angan baru dicap _Komunis_. Anti-kolonialisme _ Komunis. Anti exploitation de l_homme par l_homme _ Komunis. Anti-feodalisme _ Komunis. Anti kompromis _ Komunis. Konsekwen revolusioner _ Komunis. _Ini banyak sekali mempengaruhi fikiran orang-orang, terutama sekali fikirannya orang-orang yang memang jiwanya kintel. Dan ini pun terus dipergunakan (diambil manfaatnya) oleh orang-orang Indonesia yang memang jiwanya jiwa kapitalis, feodalis, federalis, kompromis, blandis, dan lain-lain sebagainya. _Dus : Orang-orang yang jiwanya negatif menjadilah menderita penyakit _takut kalau-kalau disebut kiri_, _takut kalau-kalau disebut Komunis_. Kiri-phobi dan komunisto-phobi membuat mereka menjadi konservatif dan reaksioner dalam soal-soal politik dan soal-soal pembangunan sosial-ekonomis. Dan, orang-orang yang jiwanya memang objektif ingin menegakkan kapitalisme dan feodalisme, mengucapkan selamat datang kepada peng-capan kiri dan peng-capan Komunis yang dipropagandakan oleh satu fihak daripada perang dingin itu. _Sampai sekarang masih saja ada orang-orang yang tidak bisa berfikir secara bebas apa yang baik bagi rakyat Indonesia dan apa keinginan Rakyat Indonesia, melainkan _ priori telah benci dan menentang segala apa saja yang mereka sangka adalah kiri dan adalah _Komunis_. _Dua sebab subjektif dan objektif itu membuat beberapa golongan dari Rakyat Indonesia menjadi konservatif dan reaksioner, anti-progresif dan anti-revolusioner _ (kutipan dari halaman 406 dan 407).. Para pembaca yang budiman. Mohon dicatat bahwa pidato ini diucapkan 5 tahun sebelum terjadinya peristiwa G30S, dan setahun sesudah diucapkannya pidato Manifesto Politik (Manipol) dan juga setahun sesudah Kongres PKI ke-6, yang resepsinya dihadiri oleh Bung Karno (tentang hal ini ada catatan tersendiri. Pen.). Waktu itu, Bung Karno sudah mengecam, memperingatkan, bahkan _memarahi_ orang-orang yang anti-Marxisme atau anti-Komunis. Kalau dibaca karya-karyanya atau didengar pidato-pidatonya, maka akan nyatalah bahwa hampir dalam semua pidatonya itu tercermin keinginannya yang menyala-nyala (atau cita-citanya yang paling diidam-idamkannya), yaitu : tergalangnya persatuan revolusioner dari seluruh potensi bangsa, termasuk golongan komunis. PERSATUAN REVOLUSIONER DAN GOTONG ROYONG Hal yang demikian itu juga nampak jelas sekali dalam bagian lain pidatonya yang itu juga, yang berbunyi sebagai berikut: _Di Indonesia ini memang telah ada ada tiga golongan-besar _revolutionaire krachten_, yaitu Islam, Nasional, dan Komunis. Senang atau tidak senang, ini tidak bisa dibantah lagi! Dewa-dewa dari Kayanganpun tidak bisa membantah kenyataan ini! Jikalau benar-benar kita hendak melaksanakan Manifesto Politik-USDEK, jikalau kita benar-benar setia kepada Revolusi, jikalau benar-benar kita setia kepada jiwa Gotong Royong, jikalau benar-benar kita tidak kekanak-kanakan tetapi sedar benar-benar bahwa Gotong Royong, Persatuan, Samenbundeling adalah keharusan dalam perjuangan anti imperialisme dan kapitalisme, maka kita harus mewujudkan persatuan antara golongan Islam, golongan Nasional, dan golongan Komunis itu. Maka kita tidak boleh menderita penyakit Islamo-phobi, atau Nasionalisto-phobi, atau Komunisto-phobi! _Janganlah mengira bahwa saya ini orang yang sekarang ini memberi _angin_ kepada sesuatu fihak saja. Tidak! Saya akan bersyukur kepada Tuhan kalau saya mendapat predikat revolusioner. Revolusioner di masa dulu, dan revolusioner di masa sekarang. Justru oleh karena saya revolusioner, maka saya ingin bangsaku menang. Dan justru oleh karena saya ingin bangsaku menang, maka dulu dan sekarang pun saya membanting tulang mempersatukan semua tenaga revolusioner, - Islamkah dia, Nasionalkah dia, Komuniskah dia! _Bukalah tulisan-tulisan saya dari zaman penjajahan. Bacalah tulisan saya panjang-lebar dalam majalah _Suluh Indonesia Muda_ tahun 1926, tahun gawat-gawatnya perjoangan menentang Belanda. Di dalam tulisan itupun saya telah menganjurkan, dan membuktikan dapatnya, persatuan antara Islam, Nasionalisme, dan Marxisme. Saya membuka topi kepada Saudara Haji Muslich, tokoh alim-ulama Islam yang terkemuka, yang menyatakan beberapa pekan yang lalu persetujuannya kepada persatuan Islam-Nasional-Komunis itu, oleh karena persatuan itu memang perlu, memang mungkin, memang dapat._ (dikutip dari halaman 414, Di bawah Bendera Revolusi, jilid dua). * * * Dapatlah dimengerti, kiranya, bahwa ada orang-orang (terutama di kalangan muda) yang _kaget_ atau termangu-mangu ketika membaca kutipan di atas. _Ungkapan_ yang demikian itu sudah hilang, tidak pernah terdengar lagi, selama lebih dari 30 tahun!!! Dan, mungkin ada juga yang bertanya-tanya dalam hati, apakah betul Bung Karno, sebagai Presiden, Kepala Negara dan Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI pernah mengucapkan hal-hal yang seperti itu? Dan, barangkali juga, ada yang bertanya-tanya mengapa Bung Karno sampai berbicara semacam itu. Kalau memang betul ada orang-orang yang sampai mempertanyakannya, itulah salah satu di antara bukti-bukti tentang betapa hebatnya _pembrangusan_ suara Bung Karno selama puluhan tahun ini oleh Orde Baru/GOLKAR. Itulah bukti juga bahwa bangsa Indonesia telah secara sengaja dibikin _lupa_ kepada sejarahnya sendiri. Bahwa bangsa Indonesia (terutama generasi muda) menjadi tidak mengenal sejarah perjuangan Bung Karno adalah dosa besar Orde Baru/GOLKAR. Bahwa dalam pelajaran sejarah di sekolah-sekolah hanya disajikan sejarahnya secara superfisial atau sepotong-potong - bahkan dengan konotasi yang negatif _ adalah sesuatu yang untuk selanjutnya di kemudian hari harus dikoreksi, dirombak, atau disusun kembali. |
Si Ganteng No.1 Siauw Shiyi Lang Sang Pendekar Berandalan |
25th June 2008, 17:37 |
#3
|
Mania Member
|
SEGALA-GALAANYA UNTUK DAN DEMI RAKYAT!
Sekarang ini, dan untuk selanjutnya, bangsa kita berhak untuk mengenal sejarah Bung Karno sebaik mungkin atau sebanyak mungkin. Oleh karena itu, buku-buku yang berisi karya-karya aslinya atau gagasan-gagasannya perlu disebar-luaskan secara bebas dan seluas-luasnya. Di samping itu, perlu dianjurkan atau didorong lahirnya berbagai tulisan tentang sejarah perjuangannya, tentang jasa-jasanya kepada rakyat dan bangsa, dan juga tentang kesalahan-kesalahannya. Dengan demikian, maka ada bahan atau sarana bagi rakyat dan bangsa untuk mengetahui bahwa rakyat Indonesia pernah mempunyai seorang pemimpin yang besar dan patut dijadikan kebangggaan rakyat. Juga, dengan demikian, rakyat kita tahu juga bahwa Bung Karno telah menjadi korban dari para pendiri sistem politik Orde Baru/GOLKAR. Rakyat perlu dan berhak tahu, bahwa pengkhianatan para pendiri Orde Baru/GOLKAR terhadap Bung Karno, pada hakekatnya adalah juga pengkhianatan terhadap rakyat. Sebab, sejarah sudah membuktikan, secara nyata pula, bahwa Bung Karno memang berjuang untuk kepentingan rakyat banyak, terutama _rakyat_ kecil. Kalau dibaca karya-karyanya dan didengar pidato-pidatonya, maka jelas sekali bahwa titik pusat perjuangannya adalah untuk membebaskan rakyat dari segala macam penindasan dan penghisapan. Oleh karena itulah, sebagai seorang revolusioner yang ingin berjuang untuk kepentingan rakyat kecil, ia telah menciptakan Marhaenisme. Marhaenisme mengangkat masalah penghisapan dan penidasan _rakyat kecil_ yang terdiri dari kaum tani miskin, petani kecil, buruh miskin, pedagang kecil _ kaum melarat Indonesia _ yang dilakukan oleh para kapitalis, tuan-tanah, rentenir dan golongan-golongan penghisap lainnya. Ungkapan yang sering dipakai oleh Bung Karno, dan yang paling terkenal, adalah _l_ exploitation de l_homme par l_homme_ (penghisapan manusia oleh manusia). Marhaenisme, yang telah dilahirkannya dan dikembangkannya antara tahun 1930-1933 merupakan pemikiran-pemikiran kiri yang senafas dengan Marxisme. Karyanya ini, seperti banyak karyanya yang lain, menunjukkan dengan jelas bahwa baginya, kepentingan rakyat adalah tujuan akhir dari segala-galanya. Ketika dewasa ini kita sedang memperingati HUT ke-100 Bung Karno, perlu sekali menyoroti masalah satunya, atau bersatunya, atau kesatuannya jiwa Bung Karno dengan jiwa kerakyatan ini. Untuk itu, barangkali ada gunanya untuk dikutip satu bagian kecil pidatonya tahun 1957, yang berbunyi sebagai berikut : _Coba ingatkan kembali pergerakan kita dulu sebelum mencapai kemerdekaan. Dulu kita semua adalah "rakyati", dulu kita semua adalah "volks". Api pergerakan kita dulu itu kita ambil dari dapur apinya rakyat. Segala fikiran dan angan-angan kita dulu itu kita tujukan kepada kepentingan rakyat. Tujuan pergerakan kita dulu itu yalah masyarakat adil dan makmur bagi rakyat. Segala apa-saja sebagai hasil penggabungan tenaga rakyat, dulu kita pakai sebagai alat perjuangan. Segenap kekuatan perjuangan kita dulu adalah kekuatan rakyat. (Di bawah Bbendera Revolusi, halaman 285). _Sebenarnya, semua dasar-dasar daripada perjuangan kita dahulu, tetap berlaku bagi zaman sekarang. Hanya, sekarang, dalam alam kemerdekaan ini har us ditujukan kepada hal-hal yang lebih kongkrit; ditujukan kepada hal-hal yang bersangkut-paut dengan penghidupan rakyat sehari-hari. Tetapi dasar-dasarnya harus tetap. Kekuatan kita harus tetap bersumber kekuatan rakyat. Api kita harus tetap apinya semangat rakyat. Pedoman kita harus tetap kepentingan rakyat. Tujuan kita harus tetap masyarakat adil dan makmur, masyarakat _rakyat untuk rakyat_. Karakteristik segenap tindak-tanduk perjuangan kita harus tetap karakteristik rakyat, yaitu karakteristik rakyat Indonesia sendiri dan karakteristik bangsa Indonesia sendiri_ (Di bawah Bendera Revolusi, halaman 286). PENGGULINGAN BUNG KARNO : PENGKHIANATAN THD RAKYAT Itulah, Bung Karno! Karenanya, orang-orang yang anti Bung Karno (waktu itu, dan juga sekarang) tidak bisa menyerang Bung Karno dengan tuduhan bahwa ia membohongi rakyat, atau menindas rakyat, atau merugikan kepentingan rakyat. Bung Karno tidak bisa diserang dengan dalih bahwa apa yang ia ucapkan adalah berbeda dengan apa yang ia laksanakan. Justru sebaliknya, ia diserang justru karena ia menyuarakan hati nurani rakyat. Ia dimusuhi karena ia bersatu dengan rakyat. Oleh karena itu, penggulingan Bung Karno oleh para pendiri Orde Batu/GOLKAR adalah sesungguhnya pengkhianatan terhadap Amanat Penderitaan Rakyat. Pengalaman selama Orde Baru lebih dari 32 tahun, yang akibat-akibatnya masih bisa disaksikan sampai sekarang, adalah buktinya. Dewasa ini diperkirakan ada 40 juta orang yang menganggur dan setengah menganggur, tetapi sebaliknya lapisan-lapisan tertentu masyarakat hidup dalam kemewahan yang asalnya adalah dari cara-cara yang haram atau tidak bermoral. Selama puluhan tahun selalu digembar-gemborkan bahwa Orde Baru adalah _orde pembangunan_. Adalah kenyataan yang sama-sama kita saksikan dewasa ini bahwa Orde Baru/GOLKAR adalah justru orde perusakan secara besar-besaran : semangat revolusioner bangsa sudah dipadamkan, nasionalisme patriotik mengalami erosi besar-besaran, jiwa gotong-royong dimandulkan, persatuan antar-suku diporak-porandakan, kerukunan antar-agama dirusak. Supaya lebih jelas bahwa penggulingan Bung Karno adalah pengkhianatan terhadap Amanat Penderitaan Rakyat bisa juga kita lihat dari segi-segi yang lain, antara lain : banyak para _elite_ yang bicara lantang atas nama rakyat dan demi rakyat tetapi sekaligus juga mencuri kekayaan negara secara besar-besaran. Pelaku-pelaku berat di bidang kejahatan kriminal, kejahatan politik, kejahatan ekonomi kelas kakap, dan kejahatan kemanusiaan masih bebas lenggang-kangkung saja, karena mereka bisa _membeli_ aparat-aparat negara. Para pejabat pemerintah dan para politisi (termasuk sebagian besar para pimpinan partai dan anggota _dewan perwakilan rakyat_) sudah mempersetankan missi mereka sebagai pengabdi kepentingan rakyat. Kejujuran sudah menjadi sifat yang langka. Ringkasnya, kehidupan moral sudah mengalami pembusukan secara besar-besaran. AJARAN BUNG KARNO DIMUSUHI ORDE BARU Sekarang makin jelas, bahwa ajaran-ajaran dan politik Bung Karno, yang sudah menjadi pedoman perjuangan rakyat dan bangsa selama puluhan tahun telah lama ditentang dan dirusak oleh Orde Baru, yang sebagian akibat-akibatnya tergambar seperti di atas. Maka, sekarang makin terasalah adanya kebutuhan untuk mengisi kembali kekosongan spiritual bangsa dengan ajaran-ajaran revolusioner dan kerakyatan Bung Karno. Sebab, ternyata, bahwa Orde Baru selama 32 tahun tidak bisa - dan tidak mungkin !!! _ menciptakan pedoman spiritual dan moral bagi rakyat dan bangsa. Bahkan sebaliknya, pedoman yang sudah ada pun telah dicampakkannya. Pancasila pun yang disajikan sebagai _plagiat_ selama puluhan tahun, telah diisi oleh Orde Baru dengan praktek-praktek yang justru bertentangan sama sekali dengan jiwa asli Pancasilanya Bung Karno. Kalau kita teliti karya dan sejarah Bung Karno, maka jelaslah bahwa ajaran-ajaran atau gagasan-gagasan Bung Karno mengenai kehidupan bangsa dan negara adalah revolusioner dan kiri dan mengangkat kepentingan rakyat sebagai panglima. Justru karena itulah maka amat penting untuk menampilkan kembali ajaran-ajarannya pada dewasa ini, demi kepentingan rakyat dan kebaikan kehidupan bangsa sebagai keseluruhan. Menampilkan ajaran Bung Karno dewasa ini mungkin akan ada gunanya bagi para _elite_ di berbagai kalangan, supaya mereka ingat kepada tugas dan tanggungjawab mereka masing-masing terhadap kepentingan rakyat. Mungkin ada gunanya juga untuk mengingatkan _mereka_ yang sedang _memerangi_ buku-buku kiri dan marxist, atau yang mendirikan posko-posko anti-komunis, bahwa jalan yang mereka tempuh adalah jalan yang salah dan, juga, menyesatkan. Tetapi, mengingat masih besarnya effek racun yang sudah dicekokkan oleh Orde Baru/GOLKAR selama puluhan tahun, bisalah dimengerti bahwa pekerjaan ini tidak mudah, dan akan mengalami rintangan atau menghadapi perlawanan dari mereka-mereka yang ingin tetap meneruskan praktek-praktek rezim militer Suharto dkk. Namun, mengingat akan besarnya kerusakan-kerusakan yang telah dibikin oleh Orde Baru/GOLKAR, maka mau tidak mau, rakyat dan bangsa kita perlu dibangkitkan kembali untuk bisa menempuh jalan yang benar. Dalam rangka inilah penyebaran kembali ajaran-ajaran Bung Karno mungkin akan bisa memberikan sumbangan besar untuk pendidikan bangsa. Kalau untuk tujuan yang luhur ini masih ada saja yang menentang - melalui berbagai cara dan bentuk-, maka hal yang demikian itu membuktikan bahwa sisa-sisa fikiran dan praktek-praktek Orde Baru (yang telah membodohkan banyak orang!) masih tetap meracuni benak mereka. Karenanya, perjuangan untuk melawan fikiran-fikiran terbelakang semacam ini perlu digelar terus-menerus bersama-sama, demi pendidikan politik dan moral bagi rakyat dan demi peningkatan peradaban dan kebudayaan berfikir bangsa |
Si Ganteng No.1 Siauw Shiyi Lang Sang Pendekar Berandalan |
7th August 2008, 21:36 |
#4
|
Mania Member
|
Soekarno dimata DUNIA!
Indonesia mungkin banyak orang luar negeri yang gak tahu indonesia itu apa dan ada dimana...memalukan memang! saat ini indonesia bukan negara yang berarti bagi dunia, namun lain dulu lain sekarang. Indonesia memang bukan apa apa bagi dunia tapi Soekarno adalah Bintang cemerlang yang tidak lekang dimakan waktu. tidak salah bila banyak orang luar tidak kenal indonesia tapi lebih kenal soekarno founding father.
kita. Forum ini kita berbicara mengenai Soekarno dimata dunia! gebrakannya, gaya berpidatonya, keplayboyannya memang ada sisi negatif dari soekarno, namanya juga manusia tapi....tanpa Soekarno apalah artinya indonesia! Soekarno memberitahu Tito. |
Si Ganteng No.1 Siauw Shiyi Lang Sang Pendekar Berandalan Last edited by shiyilang; 7th August 2008 at 22:03.. |
7th August 2008, 21:40 |
#5
|
Mania Member
|
Riwayat singkat Bung Karno!
Ir. Soekarno1 (6 Juni 1901 - 21 Juni 1970) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 - 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia menerbitkan Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial itu, yang konon, antara lain isinya adalah menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga kewibawaannya. Tetapi Supersemar tersebut disalahgunakan oleh Letnan Jenderal Soeharto untuk merongrong kewibawaannya dengan jalan menuduhnya ikut mendalangi Gerakan 30 September. Tuduhan itu menyebabkan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang anggotanya telah diganti dengan orang yang pro Soeharto, mengalihkan kepresidenan kepada Soeharto. Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929, dan memunculkan pledoinya yang fenomenal: Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931. Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hassan. Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI,Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan moment tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan tanggal turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP.Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada dimana 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap. Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu. (dibawah Inggris) meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jendral A.W.S Mallaby. Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi negara lainnya. Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi kemerdekaan,sistem pemerintahan berubah menjadi semi-presidensiil/double executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis. Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda. Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya. Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat dikalangan rakyat dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal sebagai "kabinet semumur jagung" membuat Presiden Soekarno kurang mempercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara. Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasa Sila. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang merubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia. Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRT). Masa-masa kejatuhan Soekarno dimulai sejak ia "bercerai" dengan Wakil Presiden Moh. Hatta, pada tahun 1956, akibat pengunduran diri Hatta dari kancah perpolitikan Indonesia. Ditambah dengan sejumlah pemberontakan separatis yang terjadi di seluruh pelosok Indonesia, dan puncaknya, pemberontakan G 30 S, membuat Soekarno di dalam masa jabatannya tidak dapat "memenuhi" cita-cita bangsa Indonesia yang makmur dan sejahtera. |
Si Ganteng No.1 Siauw Shiyi Lang Sang Pendekar Berandalan Last edited by shiyilang; 7th August 2008 at 22:08.. |
7th August 2008, 21:41 |
#6
|
Mania Member
|
Soekarno dikenal di dunia dengan nama Ahmed Soekarno!!!
Achmed Soekarno Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, "Siapa nama kecil Soekarno?" karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama keluarga. Entah bagaimana, seseorang lalu menambahkan nama Achmed di depan nama Soekarno. Hal ini pun terjadi di beberapa Wikipedia, seperti wikipedia bahasa Ceko, bahasa Wales, bahasa Denmark, bahasa Jerman, dan bahasa Spanyol. Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed di dapatnya ketika menunaikan ibadah haji. Dan dalam beberapa versi lain, disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Sukarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab. |
Si Ganteng No.1 Siauw Shiyi Lang Sang Pendekar Berandalan Last edited by shiyilang; 7th August 2008 at 22:01.. |
7th August 2008, 21:58 |
#7
|
Mania Member
|
Soekarno dan Mao...
-Edit by moderator-
Mohon di resize dulu yes. Kasian rekan˛ kita yg menggunakan koneksi inet yg pas˛an |
Si Ganteng No.1 Siauw Shiyi Lang Sang Pendekar Berandalan Last edited by ybneb; 14th August 2008 at 16:26.. |
7th August 2008, 22:39 |
#8
|
Mania Member
|
Pertamax euy hehehe.....
mang soekarno itu gak malu maluin gw juga bikin trid mengenai pemerintah kuba bikin perangko gambar soekarno...gilae ya...hehe |
Selama bangsa ini hanya Boneka Amerika sampe mampus kita gak akan maju!!! |
8th August 2008, 09:08 |
#9
|
Mania Member
|
Gak bisa pertamax, pake avtur juga gpp deh
Setelah thread ini, mungkin TS juga bisa melainjukan dengan membuat sebuah thread mengenai "Dunia di mata Soekarno". Di mana di dalam thread tsb kita bisa melihat cara pandang Soekarno terhadap bangsa-bangsa yang lain, dan kemudian kita bandingkan dengan cara pandang tokoh-tokoh lainnya dari negara ini. Sudah tentu pembahasannnya dalam konteks kedaulatan dan kedignitasan negara Republik Indonesia. Dunia di mata Soekarno dan Soekarno di manta dunia; kelihatannya keren abizz deh. |
8th August 2008, 09:57 |
#10
|
Registered Member
|
Sukarno yang dapat menciptakan kepercayaan diri bangsa. Lihat saja tokoh2 pada masa orde lama. Mereka memiliki rasa nasionalisme sangat tinggi. Bangga sebagai bangsa Indonesia. Hanya sukarno yang saya kenal mampu menciptakan spirit Indonesia. Memilih bangsa ini kerja keras, miskin, berpuasa, tanpa mau mendapatkan iming2 bantuan negara barat sebelum kita mandiri. Dia sangat menghargai pendidikan. Itu semua kunci kesuksesan. Kerja keras, mempertahankan diri, mau belajar untuk maju.
Lain halnya masa orde baru. Suharto dengan suport dari Barat yang memberikan segalanya saat itu, melesat tinggi membawa kemajuan bangsa ini. Tapi itu hanya kemajuan fisik. Tidak ada kemajuan spirit bangsa. Terlena dengan perut kenyang. Padahal segala yang di dapat dari bantuan itu adalah hutang. yang harus dikembalikan oleh keturunannya. Nasionalisme bobrok. Yang kaya hanya segelintir orang dan menjadi kapitalisme murni. Padahal yang dorong2an antri BLT sampe pingsan msh seabrek. Sebagai bangsa saya rendah diri dengan kondisi ini. Kita keluar negeri hanya sebagai TKI (pembantu, budak). Dengan malaysia aja kita ini dipandang sebelah mata. Sebagai negara, kita ini adalah pasar yang nyaman bagi kapitalis2 brengsek. Kita ini sebagai bangsa Indonesia hanya sebagai buruh, dapat gaji tiap bulan, buat cicilan barang2 import. Makan ala kadarnya. Yang mendapatkan gaji dolar hanya segelintir orang (emang gue pikirin bangsa yang melarat ini, yg penting gue kipas2 dolar... katanya). NASIONALISME INDONESIA = NOL BESAR Bangsa kita ini sudah terlanjur borokan. kalau mo ditambal perlu waktu yang mungkin mustahil. Mau langsung meng-cut kapitalis, tidak mungkin. karena itu sudah menjadi mata rantai yang di dalamnya ikut bermain politik antar negara. Kita ini negara miskin meski kaya SDA. Di sini saya hanya mau menyimpulkan SUKARNO = PEMBANGUN BANGSA SUHARTO = PEMBANGUN ******* SELANJUTNYA = ******* KUAT AKHIRNYA= BANGSA KIAMAT Saya sebenarnya menyesalkan juga yang telah dilakukan Sukarno di saat2 terakhir jabatannya. Sebenarnya dia tahu resiko bangsa ini dengan lengsernya dia. Yang dia perjuangkan selama ini akan sia2 dia sudah tahu. Mungkin dia emang sdh tidak berdaya dengan Barat yang antek2nya adalah musuh dalam selimut. Bro, lanjutin topik ttg SUKARNO ini. Kita harus jadi Reinkarnasi SUKARNO. |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer