HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Rabu, 2024/06/05 13:50 WIB
Mahfud Merasa Mual Baca Putusan MA soal Usia Calon Kepala Daerah
-
Kamis, 2024/06/06 18:41 WIB
Basuki Menyesal soal Tapera: Kalau Belum Siap, Kenapa Kita Tergesa-gesa
-
Rabu, 2024/06/05 16:41 WIB
Amien Rais Minta Setop Cawe-cawe: Biar Prabowo Ambil Alih!
-
Minggu, 2024/06/03 12:38 WIB
Ahmad Dhani Sebut Fadli Zon Calon Menlu RI, Begini Kata Gerindra
-
Selasa, 2024/06/04 12:38 WIB
All Eyes on Papua Juga Digemakan di Sosial Media, Apa yang Terjadi?
-
Rabu, 2024/06/05 18:36 WIB
Kris Dayanti Buka-bukaan Alasan Maju Calon Wali Kota Batu
|
Thread Tools |
27th January 2009, 12:14 |
#1
|
Mania Member
|
[Merged] All About Hidayat Nur Wahid
Kedepankan Moral dan Dakwah
Ia politisi, ustadz dan cendekiawan yang bergaya lembut serta menge-depankan moral dan dakwah. Sosoknya semakin dikenal masyarakat luas setelah ia menjabat Presiden Partai Keadilan (PK), kemudian menjadi Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai ini memperoleh suara signifikan dalam Pemilu 2004 yang mengantarkannya menjadi Ketua MPR 2004-2009. Kepemimpinnya memberi warna tersendiri dalam peta perpolitikan nasional. Setelah terpilih menjadi Ketua MPR, dia pun mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum DPP PKS, 11 Oktober 2004. Majelis Surya DPP PKS memilih Tifatul Sembiring menggantikannya sampai akhir periode (2001-2005). Sudah menjadi komitmen partainya, setiap kader tidak pantas merangkap jabatan di partai manakala dipercaya menjabat di lembaga kenegaraan dan pemerintahan (publik). Hal ini untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan jabatan. Sekaligus untuk dapat memusatkan diri pada jabatan di lembaga kenegaraan tersebut. Dosen Pasca Sarjana UAIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini tidak pernah bercita-cita jadi politisi. Namun setelah memasuki kegiatan politik praktis namanya melejit, bahkan dalam berbagai polling sebelum Pemilu 2004 namanya berada di peringkat atas sebagai salah seorang calon Presiden atau Wakil Presiden. Namun dia mampu menahan diri, tidak bersedia dicalonkan dalam perebutan kursi presiden kendati PKS dengan perolehan suara 7 persen lebih dalam Pemilu Legislatif berhak mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden. Dia menyatakan akan bersedia dicalonkan jika PKS memperoleh 20 persen suara Pemilu Legislatif. Bagaimana kiprah beliau selanjutnya...... ? |
Kemuliaan sesungguhnya adalah bila Alloh ridho kepada kita walau seluruh manusia membenci. Tapi bila Alloh murka, pasti celaka walau manusia memuji.
|
27th January 2009, 12:15 |
#2
|
Mania Member
|
Beberapa tahun kemudian setelah kesuksesannya memimpin PKS, namanya muncul sebagai salah satu dari delapan kader PKS yang dianggap layak, berdasarkan hasil rapat Majelis Syuro PKS sebagai pemimpin nasional.
Walaupun tidak secara eksplisit menyebutkan posisi pemimpin nasional yang dimaksud bagi HNW, tapi banyak pihak yang meyakini bahwa posisi RI-1 atau RI-2 adalah posisi yang cukup pantas bagi beliau. Dan ketika hal tersebut dikonfirmasikan kepadanya, beliau menyatakan bahwa seluruhnya, sebagaimana tradisi PKS, menyerahkan sepenuhnya kepada keputusan Majelis Syuro. Toh juga telah menjadi kesepakatan sebelumnya, bahwa PKS akan mengambil sikap terkait pilpres setelah perolehan suara PKS di pemilu legislatif diketahui hasilnya. Musyawarah Majelis Syura Sikap politik PKS ........................................... Sidang pleno Majelis Syuro PKS ke-10 menetapkan kandidat pemimpin Nasional dari kader PKS sebagai berikut : 1. DR. H.M. Hidayat Nur Wahid 2. Ir. H. Tifatul Sembiring 3. DR. H. Salim Segaff Al Jufri 4. H.M. Anis Matta Lc. 5. Prof. DR. H. Irwan Prayitno 6. H. Suharna Surapranata M.T. 7. DR. H. Sohibul Iman MSc. 8. DR. H. Surahman Hidayat, M.A. Jakarta, 26 Syawal 1429 H / 26 Oktober 2008 |
Kemuliaan sesungguhnya adalah bila Alloh ridho kepada kita walau seluruh manusia membenci. Tapi bila Alloh murka, pasti celaka walau manusia memuji.
|
27th January 2009, 12:23 |
#3
|
Mania Member
|
Mulai dari diri sendiri....
Ekonomi Tiga Dimensi HNW, Ekonomi Bersahaja
Bagi sebagian pejabat, hidup bersahaja bisa jadi merupakan sebuah kebiasaan. Itulah kebiasaan yang hendak ditularkan oleh Hidayat Nur Wahid (HNW), Ketua MPR kita yang baru. Ia bukan tak tahu nikmatnya naik Volvo atau tidur di penthouse. Dia tidak sedang berkampanye antikemewahan. Yang dia tolak adalah menggunakan uang publik untuk bermewah-mewah. Kalau itu uang sendiri, ya monggo wae. Kita bisa memandang gerakan tersebut bukan hanya sebagai suatu upaya penghematan anggaran, tapi lebih jauh lagi dan yang paling penting adalah proses pelibatan moral dalam kebijakan publik. Buat kalangan ekonom, gerakan moral HNW setidaknya bisa dilihat dari tiga dimensi. Dimensi yang pertama dan yang paling mudah dipahami publik adalah penghematan anggaran pemerintah. Kita bisa menghitung dengan mudah berapa fasilitas yang dinikmati oleh pejabat negara yang berhubungan dengan jabatannya. Dari situ kita bisa mengeluarkan program penghematan, misalnya anggaran untuk mobil dinas dan biaya perjalanan dinas bisa ditekan habis. Tapi mungkin penghematan yang terjadi tidaklah signifikan jika dibandingkan dengan total anggaran nasional. Namun, dampak tidak langsungnya justru mungkin jauh lebih besar. Penghematan yang dilakukan tidak hanya untuk fasilitas jabatan, tapi secara lebih luas lagi bisa diadopsi sebagai program penghematan di berbagai bidang. Inilah yang dalam istilah ekonomi disebut efisiensi anggaran. Anggaran dikatakan efisien jika setiap aktivitas dibiayai dengan prinsip the least possible cost. Terlalu banyak contoh untuk disebutkan satu per satu yang menunjukkan betapa struktur anggaran kita tampak terlalu boros. Kita tentu sering menjumpai birokrat mengadakan rapat di hotel bintang lima padahal di kantornya terdapat fasilitas rapat berstandar internasional. Itu hanya satu contoh. Dimensi yang kedua dan yang paling penting adalah social opportunity cost. Landasan moral yang paling berharga dan menarik untuk disimak dari pernyataan HNW adalah bahwa perekonomian negara belum sepenuhnya pulih sehingga sewajarnya anggaran lebih diprioritaskan untuk mengatasi permasalahan pokok ekonomi, terutama pengangguran dan kemiskinan. Di sini HNW berbicara dari kacamata moral. Dalam literatur ekonomi, secara teknis ungkapan moral ini sebetulnya menggunakan konsep social opportunity cost. Melalui konsep ini, kita bisa mengukur sejauh mana korban sosial yang ditimbulkan akibat suatu kebijakan tertentu. Contohnya sebagai berikut. Kalaulah negara mengalokasikan anggaran untuk suatu kegiatan tertentu, kita bisa mengukurnya sebagai kesempatan yang hilang untuk pengentasan rakyat miskin. Kalau seandainya anggaran yang dialokasikan untuk membiayai sebuah kegiatan atau proyek adalah Rp 100 miliar, dan kalau biaya untuk mengentaskan satu keluarga miskin adalah Rp 1 juta, biaya proyek tersebut ekuivalen dengan pengentasan 100 ribu keluarga miskin. Melalui analogi seperti ini, jika manfaat dari proyek ini kurang dari manfaat program pengentasan rakyat miskin bagi 100 ribu keluarga, proyek itu bisa dianggap kurang bermanfaat secara sosial. Jika semua penyelenggara negara berpikir dan bertindak dengan menggunakan framework seperti di atas, negara ini akan memiliki birokrat yang punya tanggung jawab sosial yang teguh. Setiap keputusan dan kebijakannya akan selalu dilandasi oleh pemikiran mengenai dampak sosial dari kebijakan tersebut. Jika birokrat telah memiliki moral sosial seperti ini, kita tidak usah lagi berpolemik mengenai pemberantasan korupsi dan berbagai bentuk kebocoran. Akuntabilitas sosial memang merupakan inti dari penyelenggaraan negara yang bersih. Dimensi yang ketiga adalah efektivitas anggaran. Jika prasyarat social opportunity cost sudah terpenuhi, tugas selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan efektivitas anggaran. Dalam hal ini, prioritas anggaran tidak hanya menyangkut mana yang lebih penting dan mana yang dapat lebih memberikan manfaat sosial, tapi juga menyangkut bagaimana setiap rupiah dari anggaran tersebut digunakan semaksimal mungkin untuk mencapai sasaran-sasaran yang diinginkan. Dalam bahasa yang lebih sederhana: dengan anggaran yang relatif terbatas, bagaimana kita bisa secara maksimal memecahkan permasalahan bangsa yang begitu pelik, dari masalah kemiskinan dan pengangguran sampai masalah ancaman disintegrasi bangsa. Salah satu contoh betapa tidak efektifnya anggaran kita adalah menyangkut pemanfaatan utang luar negeri. Dari hasil kajian Indef, pengucuran pinjaman oleh kreditor asing selama 35 tahun terakhir ini ternyata tidak berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi. Artinya, akumulasi utang luar negeri tidak disertai dengan peningkatan kemampuan negara untuk melunasi utang tersebut. Kita telah masuk ke perangkap utang. Dari uraian di atas, jelas bahwa gerakan moral yang digulirkan oleh HNW tidak boleh dipandang terlalu sempit sebagai gerakan penghematan semata. Kalau gerakan ini bisa kita perluas ke seluruh jaring birokrasi negara, mungkin dampaknya bisa lebih luas dari yang pernah kita bayangkan. Orang boleh mengartikan hal ini sebagai propaganda politik ala PKS. Tapi memang kita sangat membutuhkan propaganda positif. Apa pun bentuknya, dan sekecil apa pun dampaknya. Mari kita sambut era baru dengan segala macam bentuk perubahan yang dijanjikan para politikus selama kampanye. (Iman Sugema, Direktur Indef ) |
Kemuliaan sesungguhnya adalah bila Alloh ridho kepada kita walau seluruh manusia membenci. Tapi bila Alloh murka, pasti celaka walau manusia memuji.
|
27th January 2009, 13:02 |
#9
|
|
Mania Member
Join Date: Mar 2008
Location: A lovely place
that every body
wanna be in. The
place is in the
warmth eyes of a
sweet little
angel.
Posts: 5,018
|
Quote:
@ cool, lobby mu hebat banget! bisa menggaet bung momod. thread lain mana ada, satu nama bermacam-macam thread. kabur ach, sebelum digetok momod. |
|
I may not agree with your beliefs, but I will defend you to say it. This is not about religion but only a matter of human rights. |
27th January 2009, 13:04 |
#10
|
Mania Member
|
|
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer