HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Senin, 2024/05/17 14:09 WIB
Nabung Haji Berdua Istri tapi Ditinggal, Mbah Bardan: Semoga Bersatu di Surga
-
Rabu, 2024/05/19 09:52 WIB
Yusril Resmi Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid
-
Minggu, 2024/05/16 14:33 WIB
Duuh... Suami Gerebek Istri yang Selingkuh dengan Brondong di Hotel Jombang
-
Jumat, 2024/05/20 15:18 WIB
SYL Titip Nayunda Jadi Honorer: Gaji Rp 4,3 Juta/Bulan, Setahun Ngantor 2 Kali
-
Sabtu, 2024/05/21 11:19 WIB
Hindari Anak Kecil Nyebrang Beberapa Kendaraan Tabrakan Beruntun di Tol Jagorawi
-
Minggu, 2024/05/16 12:19 WIB
Refly Pembunuh Ayah dan Pemerkosa Ibu Baru Sebulan Diangkat Jadi Anak
|
Thread Tools |
25th June 2009, 23:20 |
#1
|
Banned
|
Bung Karno
Di Palestina ada Yasser Arafat, di Indonesia ada Mohamad Hatta. Keduanya sama-sama “wadat”, berikrar tidak akan menikah sebelum negaranya merdeka. Karenanya, Bung Karno, dalam suatu kesempatan yang rileks pasca kemerdekaan, menanyakan tentang calon pasangan hidup. Setidaknya karena dua alasan. Pertama, Indonesia sudah merdeka. Kedua, usia Hatta tidak muda lagi, 43 tahun
Hatta tidak menampik topik melepas masa lajang. Terlebih, Bung Karno pun menyatakan siap menjadi mak comblang, bahkan melamarkan gadis yang ditaksirnya. Ketika Bung Karno bertanya kepada Hatta ihwal gadis mana yang memikat hatinya, Hatta menjawab, “Seorang gadis yang kita jumpai waktu kita berkunjung ke Institut Pasteur Bandung. Dia begini, begitu…. tapi saya belum tahu namanya.” Usut punya usut, selidik punya selidik, gadis Parahyangan yang ditaksir Hatta adalah putri keluarga Rahim (Haji Abdul Rahim). Maka, ketika kira-kira sebulan setelah proklamasi Bung Karno berunjung ke Bandung, ia sempatkan mampir ke rumah keluarga Rahim di Burgermeester Koops Weg, atau yang sekarang dikenal sebagai Jl. Pajajaran No. 11. Bung Karno bertamu hampir tengah malam, jam 23.00. Meski sempat diingatkan ihwal jam yang menunjuk tengah malam, tapi Bung Karno tetap keukeuh bertamu malam itu juga. Ia berdalih, tidak menjadi soal, karena ia kenal baik dengan keluarga Rahim. Persahabatan lama yang telah terjalin sejak Bung Karno kuliah di THS (sekarang ITB) Bandung. Apa lacur, setiba di rumah keluarga Rahim, ia disambut dampratan dari Ny. Rahim. Sebuah dampratan antarteman, mengingat Bung Karno datang bertamu tidak kenal waktu. Untuk mereda dampratan tadi, dipeluklah Ny. Rahim dan diutarakanlah niatnya, “Saya datang untuk melamar.” Tuan dan Ny. Rahim bertanya serempak, “Melamar siapa? Untuk siapa?” Bung Karno langsung menjawab, “Melamar Rahmi untuk Hatta.” Dalam kisah lain diceritakan, adik Rahmi, yang bernama Titi, sempat mempengaruhi Rahmi supaya menolak lamaran Bung Karno, dengan alasan, Hatta jauh lebih tua dari Rahmi. Berkat “rayuan” Bung Karno pula akhirnya Rahmi menerima pinangan tadi. Bung Karno meminta Rahmi melihat Fatmawati yang juga berbeda usia cukup jauh dengan Bung Karno, tetapi toh mereka bahagia. Alkisah, Hatta dan Rahmi resmi menikah di Megamendung pada tanggal 18 November 1945, hanya disaksikan keluarga besar Rahim, keluarga besar Bung Karno dan Fatmawati. Dari pernikahan itu, lahirlah putri pertama mereka, Meutia Farida yang lahir di Yogyakarta 21 Maret 1947. Nama Meutia datang dari neneknya yang asli Aceh. Sedangkan Farida diambil dari nama permaisuri Raja Farouk dari Mesir yang cantik jelita. Setelah itu, disusul kelahiran putri keduanya, Gemala, dan putri ketiga Halida Nuriah. (roso daras) http://rosodaras.wordpress.com/2009/...-tengah-malam/ |
|
26th June 2009, 12:55 |
#3
|
|
Addict Member
|
megamendung itu yg dekat2 puncak sana kan. wah, bung hatta telat kawin ternyata. tapi, enak dong dia dapat daun muda
tapi, di awal2 aku sempat berpikiran bung karno bakal ngembat calon istri sobatnya itu. tau sendiri kan bung karno playboy Quote:
|
|
8 penjuru mata angin & ribuan mil telah kujelajahi |
28th June 2009, 03:40 |
#6
|
Banned
|
Pidato Terakhir Bung Karno
Ini tentang sebuah buku yang saya tulis tahun 2001, berjudul Aktualisasi Pidato Terakhir Bung Karno: Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah (Never Leave History!). Buku ini –believe it or not– saya tulis dalam kurun waktu kurang dari dua minggu, dan menjadi salah satu buku dari serangkaian buku Seri Pemikiran Bung Karno yang diterbitkan Grasindo (PT Gramedia Widiasarana Indonesia) dalam rangka memperingati 100 Tahun Proklamator kita.
Dalam buku ini, saya menafsirkan dan menginterpretasikan pidato Bung Karno pada peringatan 17 Agustus 1966, serta membandingkan dengan situasi aktual ketika itu. Moralnya hanya ingin menunjukkan bahwa dalam banyak hal, pemikiran dan penuturan Bung Karno bersifat everlasting… evergreen... tak lekang dimakan waktu. Banyak wejangan Bung Karno yang terbukti relevan dengan situasi dan kondisi saat ini, dan saya yakin, hingga ke masa depan. Satu hal yang membuat saya menilai Bung Karno adalah seorang futurolog yang baik. Ihwal pidato 17 Agustus 1966 yang saya katakan sebagai pidato terakhir, dalam pengertian pidato kenegaraan yang begitu dinanti rakyat Indonesia setiap tanggal 17 Agustus. Sejarah telah mencatat, 17 Agustus 1967 dia sudah tidak lagi berkuasa, sehingga mulutnya terkunci, dan dunia tak lagi mendengar spirit progresif revolusioner dari seorang Putra Sang Fajar. Dunia tak lagi menyimak kecamannya atas hegemoni liberalisme dan kapitalisme. Selain menafsir pidato yang sering disingkat orang dengan “Jas Merah” itu, saya juga melakukan riset kecil-kecilan terkait respons media massa pada zamannya. Beberapa kali saya masuk-keluar perpustakaan nasional, membolak-balik lembar demi lembar koran tua. Beberapa artikel dan berita, saya sertakan pada epilog buku agar pembaca maklum, bahwa tahun 1966, sejumlah media memang telah memposisikan Bung Karno pada satu sudut yang sulit. Ada semacam penggalangan opini yang begitu sistematis terkait peristiwa G-30-S/PKI, sehingga Bung Karno “dipaksa” harus menerima status sebagai pihak yang harus bertanggung jawab. Di sini sebuah ironi tampak. Seorang Presiden yang hendak dikudeta, justru dituding “terlibat” (langsung atau tidak langsung) dengan kudeta itu sendiri. Nalar mana yang membenarkan seorang presiden mengkudeta dirinya sendiri? Alhasil, “pesan terakhir” Bung Karno yang berjudul “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”, saya resapi sebagai sebuah seruan yang harus terus digaungkan sepanjang zaman. Bangsa yang melupakan sejarah, akan dengan mudah tercerabut dari akar sejarah itu sendiri, dan menjadi bangsa antah berantah. Indonesia, saya katakan sebagai sebuah bangsa dan negara yang sedang dalam proses melupakan sejarah. Entah diskenariokan atau tidak, amandemen terhadap UUD 1945 oleh MPR periode 1999 – 2004 yang mengubah sistem tatanan negara, sistem politik, dan sistem demokrasi (50 + 1 boleh mambantai yang 49), telah mengakibatkan kita bukan lagi “Indonesia yang mengagungkan musyawarah gotong royong”. Perubahan pasal 33, mengakibatkan kita terjerumus pada ekonomi pasar bebas dalam keadaan kita masih teramat rapuh. Tidaklah heran jika sumber daya alam yang begitu melimpah, tak juga mampu mengangkat derajat dan kesejahteraan bangsa. Sebab, para komprador bangsa telah “menjual” Indonesia untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. (roso daras) http://rosodaras.wordpress.com/2009/...ir-bung-karno/ |
|
28th June 2009, 04:31 |
#8
|
Addict Member
|
Mantap Bung !, Thanks
|
|
28th June 2009, 04:36 |
#9
|
Addict Member
|
Seru Juga Yah ..gan !
|
|
28th June 2009, 04:38 |
#10
|
Banned
|
Pesan Bung Karno tentang Pemilu
PEMILIHAN UMUM
Djangan mendjadi tempat pertempuran, perdjuangan kepartaian jang dapat memetjah persatuan bangsa INDONESIA. Demikian bunyi salah satu poster Pesan Bung Karno kepada rakyat Indonesia tanpa kecuali dalam menghadapi Pemilu. Rakyat pemilih, maupun rakyat yang dipilih. Bung Karno, satu-satunya Presiden Republik Indonesia yang secara konsisten berdiri di atas semua pihak. Saat ia terpilih menjadi Presiden, saat itu juga dia bukan lagi milik partai. PNI dan Partindo adalah dua partai yang pernah dibidani dan menjadi kendaraan politik Sukarno. Akan tetapi, sebagai seorang Presiden, ia kemudian tidak lagi berpartai. Ia menaungi seluruh partai politik. Ia menjadi bapak bangsa. Ini yang tidak pernah ditiru oleh para penerusnya, baik Soeharto (Golkar), Habibie (Golkar), Gus Dur (PKB), Megawati (PDI-P), Susilo Bambang Yudhoyono (Partai Demokrat). Mereka tidak pernah melepaskan diri dari partainya, karenanya, tidak ada satu presiden pun (setelah Bung Karno) yang benar-benar berdiri di atas semua golongan, menjadi pengayom bagi seluruh rakyatnya. (roso daras) http://rosodaras.wordpress.com/2009/...entang-pemilu/ |
|
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer