|
|
28th October 2008, 07:09
|
|
Mania Member
Join Date: Sep 2007
Location: Jakarta
Posts: 4,986
|
Pertarungan antara Pui Po-giok vs Pek Ih-jin:
Quote:
Sinar pedang mirip dua ekor naga yang saling gubat dan berkelahi saling cakar dengan seru, dua bayangan putih berlompatan di tengah lingkaran cahaya pedang, sukar dibedakan mana Pui Po-giok dan siapa Pek Ih-jin.
Tapi setelah terjadi benturan keras yang menimbulkan dencing suara yang ramai dari beradunya kedua pedang, sinar pedang yang menggugur gunung itu pun mendadak sirna, pedang di tangan mereka masih teracung di udara, ujung pedang beradu dan saling tindih.
Pek Ih-jin berhadapan dengan Pui Po-giok, tapi mereka bukan lagi manusia melainkan lebih mirip dua bongkah batu es yang dingin! Tapi juga mirip dua gumpal bara yang menyala. Mata mereka saling tatap, satu sama melotot pada yang lain, mata itu juga tidak mirip mata manusia, tapi lebih mirip mata binatang, mata serigala atau mata elang.
Dada hadirin seperti mendadak tersumbat, napas menjadi sesak, perasaan mereka tertekan dan rasanya hendak meledak. Entah berapa lama kemudian, kaki Pui Po-giok mendadak bergerak, mundur dan mundur terus, sebaliknya Pek Ih-jin mendesak maju dan terus maju, jarak mereka tetap ketat, pedang di tangan Po-giok sudah tertekan turun ke bawah. Banyak lutut hadirin mulai goyang, telapak tangan berkeringat, badan pun basah dan gemetar.
Mendadak secepat kilat Po-giok menyurut mundur empat langkah, mendadak pula tubuhnya ambruk ke depan dengan kaku, ambruk mencium pasir tepat di depan kaki Pek Ih-jin.
Kalau pedang Pek Ih-jin diturunkan, maka kepala Pui Po-giok akan terpenggal putus dari badannya. Tapi perbuatan Po-giok seperti di luar dugaannya, sedetik pedang panjangnya merandek di udara. Karena dengan cara demikian, betapapun ia tidak mungkin menusuk mati Po-giok tepat di tengah kedua alisnya, karena bumi nan luas telah melindungi muka Po-giok.
|
Selanjutnya silahkan di baca di "Misteri Kapal Layar Panca Warna"
|
|
Last edited by Dmitri; 28th October 2008 at 07:43..
|
28th October 2008, 08:01
|
|
Mania Member
Join Date: Nov 2007
Location: 6°11'10.28"
;S -
106°48'22.68&qu
ot;E
Posts: 3,993
|
Quote:
Originally Posted by Dmitri
Pertarungan antara Pui Po-giok vs Pek Ih-jin:
Selanjutnya silahkan di baca di "Misteri Kapal Layar Panca Warna"
|
OMG...!!! Untung cm sebagian yg ditulis, gw dah beli bukunya (yg tebel be-eng) tapi blon sempet baca euy.... Rugi bener klo dibahas habis......
|
|
~ we're all need heroes but even the biggest one are far from perfect ~
|
28th October 2008, 08:38
|
|
Mania Member
Join Date: Jul 2008
Location: Konoha
Posts: 2,172
|
Quote:
Originally Posted by Dmitri
Pertarungan antara Yan Capsa vs Cia Siauhong, ketika Cia Siauhong harus menghadapi jurus ke-15 dari Yan Capsa
Hasil pertarungannya silahkan baca "Pedang Tuan Muda Ketiga"
|
Quote:
Originally Posted by Dmitri
Pertarungan antara Pui Po-giok vs Pek Ih-jin:
Selanjutnya silahkan di baca di "Misteri Kapal Layar Panca Warna"
|
Memang Dmit-heng salah satu Taihiap dari serial Gu Long... salut.. Pei Fu..Pei Fu..
|
|
|
29th October 2008, 09:50
|
|
Addict Member
Join Date: Aug 2008
Posts: 552
|
Pertarungan antara Ci-ih-hou vs si baju putih
Quote:
Jago pedang akan bertanding di pantai timur. Jago pedang nomor satu zaman ini, Ci-ih-hou, akan bertanding dengan tokoh misterius berbaju putih yang berulang membinasakan puluhan tokoh Kangouw, berita ini dalam waktu singkat telah tersiar ke mana-mana.
|
Quote:
Beratus, bahkan beribu pasang mata sama memandang ke tengah laut sana. Sang surya sudah hampir terbenam, cahaya senja gemilang menyinari permukaan laut dan memantulkan cahaya berwarna-warni. Kedua sampan semakin mendekat.
Ci-ih-hou mengangkat pedangnya dengan kedua tangan dan berucap, "Silakan!"
Si baju putih juga angkat pedang dan menjawab, "Silakan!"
Serentak terdengar suara pekikan serupa naga meringkik, di bawah cahaya senja mendadak bertambah dua jalur cahaya pedang yang menyilaukan mata.
Oh Put-jiu masih terus mendayung, tangan pun penuh keringat karena tegangnya. Ia coba memandang ke depan, terlihat si baju putih yang berada di haluan perahu berdiri tegak lurus dengan ujung pedang lurus miring ke depan.
Ci-ih-hou di haluan perahu depan sana juga berdiri tenang dengan pedang terhunus, meski sampan bergoyang-goyang, namun ujung pedangnya tampak mantap.
Jarak kedua perahu semakin dekat, sinar mata kedua orang sama menatap tajam pihak lawan tanpa menghiraukan lain lagi. Muka Ci-ih-hou tambah pucat, sorot mata si baju putih yang penuh semangat semakin membara.
Sekonyong-konyong kedua sampan lewat bersimpang, pedang Ci-ih-hou menebas lurus ke depan.
Jurus serangan ini tiada sesuatu yang istimewa, hanya ujung pedang kelihatan gemerdep, dalam sekejap saja bergetar berpuluh kali sehingga berpuluh Hiat-to di tubuh si baju putih terkurung di bawah sinar pedangnya. Akan tetapi gerak pedang tidak diteruskan, jelas gerak serangan, ternyata sesungguhnya adalah jurus bertahan yang paling menakjubkan di dunia ini.
Pergelangan tangan si baju putih berputar, pedang pun sekaligus berubah puluhan tempat, akan tetapi juga tidak berani melancarkan serangan di bawah jurus pedang Ci-ih-hou itu.
Tiba-tiba ombak mendampar, kedua sampan terpencar.
Setelah bergebrak satu jurus itu, Ci-ih-hou dan si baju putih kembali pada sikap tenang semula. Ketegangan para penonton pun ikut terempas lega.
Oh Put-jiu paling beruntung, karena dapat menyaksikan pertarungan itu dari dekat. Ia merasa jurus serangan Ci-ih-hou itu meliputi intisari berbagai Kungfu perguruan ternama, semuanya merupakan jurus serangan yang paling ampuh. Bahwa dalam satu jurus saja Ci-ih-hou dapat mengembangkan inti berbagai jurus serangan lihai itu, sungguh sukar dimengerti cara bagaimana dia menciptakannya.
Ketika ombak mendampar lagi, kedua perahu berpapasan pula. Sekali ini pedang Ci-ih-hou terangkat tinggi tanpa bergerak. Gaya ini jelas gaya bertahan belaka. Tapi sikap si baju putih lebih prihatin daripada tadi, ia pun angkat pedang ke atas, ia tahu gaya lawan yang kelihatan bertahan itu sebenarnya mengandung gaya serang susulan yang sukar diraba.
Angin menderu, ombak mendebur, sampan bergoyang, namun si baju putih sedikit pun tidak bergerak. Sebab ia menyadari, sedikit salah gerak dan memperlihatkan peluang tentu sukar lagi lolos di bawah pedang Ci-ih-hou.
Jadi keduanya tetap berdiri tegak serupa patung di atas sampan masing-masing. Oh Put-jiu sampai melongo dan menahan napas saking tegangnya, sukar lagi baginya untuk mendayung, sedikit merandek sampan lantas terhanyut mundur sehingga jarak Ci-ih-hou dan si baju putih terpisah beberapa tombak jauhnya.
Setelah dua gebrakan ini, Oh Put-jiu merasa hasil pertarungan ini sangat besar kemungkinannya dimenangkan Ci-ih-hou, sebab ilmu pedangnya jelas sudah sangat sempurna, jika ada ilmu pedang lain yang dapat mengalahkan dia, maka hal ini sukar untuk dipercaya.
Diam-diam Oh Put-jiu merasa lega, juga merasa pedih. Meski si baju putih ini dirasakan sebagai musuh bersama setiap orang persilatan, namun jiwa dan perilaku orang ini pun pantas dipuji dan dihormati.
Karena termenung sejenak, ia lupa mendayung. Begitu juga lelaki yang menjadi tukang perahu Ci-ih-hou pun melongo dan lupa mendayung sampannya. Waktu ombak mendampar lagi, jarak kedua sampan tambah jauh.
Ci-ih-hou dan si baju putih masih tetap berdiri dengan gaya semula tanpa bergerak. Sungguh Oh Put-jiu ingin kedua sampan ini terhanyut terpisah untuk selamanya dan tidak kembali lagi, agar pertarungan kedua tokoh misterius itu selamanya tidak diketahui kalah dan menang. Sebab siapa yang kalah atau menang tetap merupakan pukulan baginya.
Mendadak terdengar suara "brak" disertai guncangan sampan. Ternyata sampannya telah patah menjadi dua, haluan sampan tempat berdiri si baju putih telah berpisah dengan badan sampan.
Rupanya si baju putih menjadi tidak sabar menunggu, diam-diam ia mengerahkan Lwekang untuk menggetar patah sampan itu.
Tampaknya Ci-ih-hou juga berpikir sama, sampan yang ditumpanginya juga kelihatan patah menjadi dua.
Oh Put-jiu dan lelaki itu tidak sanggup menahan keseimbangan sampannya lagi, ketika ombak mendampar, mereka sama tercebur ke dalam laut.
Kejadian ini membuat gempar para penonton.
Sementara itu keadaan bertambah tegang, Ci-ih-hou dan si baju putih sama-sama membawa sebagian haluan sampan yang patah itu dan terapung di atas ombak, jarak keduanya semakin dekat.
Mendadak berkelebat pula cahaya perak di tengah gemilapan cahaya senja, hanya dalam sekejap saja pedang Ci-ih-hou dan si baju putih sudah saling serang berpuluh kali.
Para penonton hanya melihat sinar pedang berkelebat dan sukar membedakan serangan siapa. Sekonyong-konyong terdengar lengking nyaring menggema angkasa.
|
Siapakah yang melengking?siapakah yang menang dan siapakah yang asor?
Silahkan baca lanjutannya di "Misteri Kapal Layar Panca Warna"..
|
|
|
29th October 2008, 10:08
|
|
Addict Member
Join Date: Aug 2008
Posts: 552
|
Quote:
Originally Posted by Miao Ji
A Fei (Pisau Terbang)
Jin Wu Ming (Pisau terbang)
Samurai berbaju putih(Kapal layar pancawarna)
Bok Tojin(4 Alis)
Setitik merah dari tiongguan (Pendekar harum)
|
Sekilas tentang A-Fei, jagoan pedang yang masih berusia muda di "Pendekar Budiman"
Parasnya:
Quote:
Alisnya sangat tebal, matanya besar, bibirnya yang tipis terkatup rapat, hidungnya yang mancung itu membuat wajahnya kelihatan lebih lonjong dan kurus. Raut wajah ini mudah mengingatkan orang kepada batu karang yang keras, kukuh dan dingin, tidak menaruh perhatian terhadap urusan apa pun, bahkan terhadap dirinya sendiri. Tapi wajah ini pun wajah yang paling cakap yang pernah dilihat Li Sun-hoan seumur hidup, meski tampaknya masih terlalu muda, belum cukup masak, tapi sudah mempunyai semacam daya tarik yang kuat.
|
Senjatanya:
Quote:
Bicara secara benar sesungguhnya senjata anak muda itu memang tak dapat dianggap sebagai pedang, tapi lebih tepat dikatakan lempengan besi sepanjang tiga-empat kaki. Tidak ada mata pedang, juga tidak ada pelindung pegangan, bahkan tangkai pedang juga tidak ada, hanya dua potong kayu mengapit pangkal lempengan besi, dan itulah yang dianggap sebagai tangkai pedang.
|
Kecepatan pedangnya dan kedinginannya:
Quote:
Kiranya sekali tabas tadi pedangnya telah membuat lilin itu putus menjadi tujuh bagian.
"Nah, terhitung cepat tidak tebasan pedangku ini?" tanya si ular putih dengan bangga.
Wajah anak muda itu tidak memperlihatkan sesuatu emosi, jawabnya, "Ya, sangat cepat."
"Bagaimana? Kau sanggup?" tanya si ular putih sambil menyeringai.
"Pedangku tidak kugunakan untuk menabas lilin," kata anak muda itu.
"Memangnya besi rongsokanmu itu digunakan untuk apa?" ejek si ular putih.
Tangan anak muda itu sudah meraba tangkai pedangnya, jawabnya sekata demi sekata,
"Untuk membunuh orang!"
"Membunuh orang?" si ular putih menegas dengan terkekeh-kekeh, "Memangnya siapa yang dapat kau bunuh?"
"Kau!" baru sepatah kata itu diucapkan, pedang anak muda itu pun sudah menyambar ke depan. Padahal pedang itu masih terselip pada ikat pinggangnya dan setiap orang melihat jelas pedang itu. Tapi mendadak pedang itu sudah menembus leher si ular putih. Setiap orang juga menyaksikan dengan jelas ujung pedang sepanjang tiga kaki itu menembus leher, tapi tiada seorang pun yang melihat jelas cara bagaimana pedangnya menusuk dan menembus leher si
ular putih. Darah tidak mengalir, sebab darah belum sempat menetes.
"Nah, pedangmu lebih cepat atau pedangku yang lebih cepat?" tanya anak muda itu sambil melotot. Tenggorokan si ular putih berbunyi "krak-krok", kulit daging mukanya juga berkejang, lubang hidungnya berkembang-kempis, mulut ternganga dan lidah terjulur. Maka darah pun merembes keluar melalui ujung lidahnya. Pedang si ular hitam sudah terangkat, tapi tidak berani menusuk, sebaliknya keringat dingin membasahi dahinya, pedang yang dipegangnya juga bergemetar. Mendadak anak muda tadi menarik pedangnya, darah segar lantas menyembur keluar dari tenggorokan si ular putih bagai air mancur, ia sempat meraung, "Kau ...." hanya satu kata saja ia bersuara, lalu roboh tersungkur dan jiwa melayang.
|
|
|
|
29th October 2008, 10:19
|
|
Mania Member
Join Date: Nov 2007
Location: 6°11'10.28"
;S -
106°48'22.68&qu
ot;E
Posts: 3,993
|
Quote:
Originally Posted by Dmitri_08
Sekilas tentang A-Fei, jagoan pedang yang masih berusia muda di "Pendekar Budiman"
|
BTW masih bingung, knp namanya ditulis A Fei yah ??
Bukannya klo pake dialek hokkian harusnya jadi A Hui ??
|
|
~ we're all need heroes but even the biggest one are far from perfect ~
|
29th October 2008, 10:26
|
|
Addict Member
Join Date: Aug 2008
Posts: 552
|
Quote:
Originally Posted by orangindo
BTW masih bingung, knp namanya ditulis A Fei yah ??
Bukannya klo pake dialek hokkian harusnya jadi A Hui ??
|
Kurang ngerti juga Ori-heng..tapi si A-fei ini tidak bisa tahan melihat paras siluman rase.
Quote:
Sembari bicara ia terus mendekati A Fei, ia melangkah dengan perlahan, tapi langkah yang mantap, seperti sudah membulatkan tekad. Angin menderu, cahaya lampu bergoyang. Gemerdep cahaya lampu menyinari wajah Sian-ji
yang cantik tapi pucat itu, menyinari kerlingan matanya yang menggetar sukma. Ia tatap A Fei dengan termangu, sampai lama sekali, dengan perasaan hampa ia berkata, "Kutahu kau datang untuk membunuhku, betul tidak?" Tangan A Fei terkepal, mulut terkancing rapat. Mendadak Sian-ji menarik bajunya sehingga kelihatan dadanya yang putih mulus. Ia tuding hulu hati sendiri dan berkata, "Kau bawa pedang, mengapa tidak lekas turun tangan?.... Di sini, kuharap kau tusuk bagian sini!" Tangan A Fei telah memegang tangkai pedang.
Mata Sian-ji terpejam, ucapnya dengan lembut, "Lekas kau turun tangan saja, bisa mati di tanganmu hatiku rela."
Dadanya yang putih halus itu tampak naik-turun, seperti rada gemetar. Bulu matanya yang panjang terkatup dan terhias dua butir mutiara air mata. A Fei tidak berani memandang pedang sendiri. Pedang yang tidak kenal ampun, dingin lagi tajam.
A Fei menggereget, katanya kemudian, "Jadi engkau mengakui seluruhnya?"
Perlahan Sian-ji membuka matanya dan menatapnya lekat-lekat. Sorot matanya penuh perasaan pedih dan hampa, penuh rasa cinta dan juga penasaran. Di dunia ini pasti tidak ada
sorot mata yang terlebih menggetar kalbu daripada pandangan Lim Sian-ji ini.
Tersembul secercah senyuman pedih pada ujung mulut Sian-ji, ucapnya pula dengan sendu,
"Engkaulah yang kucintai selama hidupku ini, jika engkau pun tidak percaya lagi padaku, apalah artinya hidup ini bagiku? ...."
Tangan A Fei terkepal terlebih erat, sampai ruas jari pun pucat, urat hijau pun merongkol di punggung tangannya.
Sian-ji masih tetap menatapnya dengan melekat, katanya dengan rawan, "Asalkan kau anggap aku ini Bwe-hoa-cat, bila kau anggap aku memang perempuan yang jahat itu, maka silakan kau bunuh saja diriku, aku ... pasti tidak menyesali dirimu."
Tangan A Fei terasa mulai gemetar. Pedang tidak kenal ampun, tapi bagaimana manusianya? Masa manusia tak berperasaan?
Lampu dipadamkan. Dalam kegelapan kecantikan Lim Sian-ji yang tidak ada taranya ituterlebih menggiurkan. Dia tidak bicara lagi, di tengah kegelapan, suara napasnya serupa bisikan lembut dan keluhan yang memabukkan. Adakah kekuatan lain di dunia ini yang terlebih besar daripada kekuatan cinta?
Sanggupkah A Fei menusukkan pedangnya?
|
|
|
|
29th October 2008, 16:54
|
|
Mania Member
Join Date: Jul 2008
Location: Konoha
Posts: 2,172
|
Quote:
Originally Posted by Dmitri_08
Kurang ngerti juga Ori-heng..tapi si A-fei ini tidak bisa tahan melihat paras siluman rase.
|
Dmit-heng knapa ganti ID ya?? :confused:
|
|
|
29th October 2008, 17:31
|
|
Mania Member
Join Date: Nov 2007
Location: 6°11'10.28"
;S -
106°48'22.68&qu
ot;E
Posts: 3,993
|
Quote:
Originally Posted by Dmitri_08
Kurang ngerti juga Ori-heng..tapi si A-fei ini tidak bisa tahan melihat paras siluman rase.
|
A-Fei sih tahan, Dmit, A-nu yg gak tahan.........
Quote:
Originally Posted by Ogu
Dmit-heng knapa ganti ID ya?? :confused:
|
Itu ID dia waktu kena masalah detik-ID
|
|
~ we're all need heroes but even the biggest one are far from perfect ~
|
29th October 2008, 17:34
|
|
Mania Member
Join Date: Jul 2008
Location: Konoha
Posts: 2,172
|
Quote:
Originally Posted by orangindo
A-Fei sih tahan, Dmit, A-nu yg gak tahan.........
Itu ID dia waktu kena masalah detik-ID
|
Kena masalah apa Ori-heng? Apa ada hubungan dengan Rase??
|
|
|
detikNews
........
|