HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Sabtu, 2024/05/21 11:19 WIB
Hindari Anak Kecil Nyebrang Beberapa Kendaraan Tabrakan Beruntun di Tol Jagorawi
-
Senin, 2024/05/17 14:09 WIB
Nabung Haji Berdua Istri tapi Ditinggal, Mbah Bardan: Semoga Bersatu di Surga
-
Rabu, 2024/05/19 09:52 WIB
Yusril Resmi Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid
-
Sabtu, 2024/05/21 14:14 WIB
Menkes Mau Datangkan Dokter Asing, Tiru Naturalisasi ala Timnas Bola, Pendapat Kamu?
-
Minggu, 2024/05/16 14:33 WIB
Duuh... Suami Gerebek Istri yang Selingkuh dengan Brondong di Hotel Jombang
-
Sabtu, 2024/05/21 11:37 WIB
Bima Arya Dengar PAN Dapat 4 Kursi di Kabinet Prabowo-Gibran
|
Thread Tools |
11th October 2008, 13:01 |
#11
|
Mania Member
|
Apa itu Gas Rumah Kaca ?
Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah "gas rumah kaca". Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnyapun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. Energi dari matahari menghangatkan bumi. Bumi menyerap panas dari matahari, dan meradiasikannya kembali ke ruang angkasa dalam bentuk radiasi inframerah. Sekitar satu persen dari atmosfer bumi terdiri dari gas rumahkaca, misalnya uap air, karbondioksida, ozon, metan, dan nitrogen oksida. Gas-gas tersebut memantulkan ulang panas ke bumi, sehingga tidak semua panas langsung terlepas ke ruang angkasa, dan kehangatan bumi tetap terjaga pada kisaran suhu tertentu. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panas matahari. Sebagai perbandingan, planet mars yang memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki temperatur rata-rata -32 derajat Celcius. Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah Karbon Dioksida (CO2), Metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan dalam jaringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbeda-beda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh sebuah molekul metan menghasilkan pemanasan 23 kali dari molekul CO2. Molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon. |
Last edited by Perseverence; 11th October 2008 at 13:59.. Reason: memperbaiki terjemahan |
11th October 2008, 18:20 |
#12
|
Mania Member
|
BAHAYA MENCAIRNYA METHANE HYDRATES
Satu lagi berita buruk, pemanasan global juga membawa satu potensi bencana besar bagi planet kita, yaitu mencairnya methane hydrates : metana beku yang tersimpan dalam bentuk es. Jumlahnya cukup mencengangkan: 3.000 kali dari metana yang saat ini ada di atmosfer. Planet bumi menyimpan metana beku dalam jumlah yang sangat besar; disebut dengan methane hydrates atau methane clathrates. Methane hydrates banyak ditemukan di kutub utara dan kutub selatan, dimana suhu permukaan air kurang dari 0 derajat Celcius, atau dasar laut pada kedalaman lebih dari 300 meter, dimana temperatur air ada di kisaran 2 derajat Celcius. Methane hydrates juga ditemukan di danau-danau yang dalam, seperti danau Baikal di Siberia. Metana adalah gas dengan emisi rumah kaca 23 kali lebih ganas dari karbondioksida (CO2), yang berarti gas ini kontributor yang sangat buruk bagi pemanasan global yang sedang berlangsung. Berita buruknya adalah pemanasan global membuat suhu es di kutub utara dan kutub selatan menjadi semakin panas, sehingga metana beku yang tersimpan dalam lapisan es di kedua kutub tersebut juga ikut terlepaskan ke atmosfer. Para ilmuwan memperkirakan bahwa Antartika menyimpan kurang lebih 400 miliar ton metana beku, dan gas ini dilepaskan sedikit demi sedikit ke atmosfer seiring dengan semakin banyaknya bagian-bagian es di antartika yang runtuh. Anda bisa membayangkan betapa mengerikannya keadaan ini : Bila Antartika kehilangan seluruh lapisan esnya, maka 400 miliar ton metana tersebut akan terlepas ke atmosfer! Ini belum termasuk metana beku yang tersimpan di dasar laut yang juga terancam mencair karena makin panasnya suhu lautan akibat pemanasan global. Sekali terpicu, siklus ini akan menghasilkan pemanasan global yang sangat parah sehingga mungkin dapat disetarakan dengan kiamat. Apakah ini fantasi yang dibuat-buat oleh aktifis lingkungan dan ilmuwan-ilmuwan paranoid ? Sayangnya tidak. Bukti-bukti geologi yang kuat menyatakan sedikitnya sudah dua kali planet kita mengalami kejadian ini. Para ahli geologi menemukan bahwa malapetaka besar ini pernah terjadi kurang lebih 55 juta tahun lalu yang disebut oleh para ilmuwan sebagai Paleocene-Eocene Thermal Maximum (PETM). Saat itu semburan metana naik ke permukaan sehingga mengakibatkan pemanasan planet dengan sangat cepat dan menyebabkan kematian massal, kemudian menggangu iklum bumi hingga 100.000 tahun kemudian. Selain PETM, malapetaka besar ini juga pernah terjadi 250 juta tahun lalu, pada akhir dari periode Permian, dimana semburan metana menyapu bersih hampir seluruh kehidupan di planet bumi. Lebih dari 94% spesies laut yang sekarang kita jumpai sebagai fosil mengalami kepunahan mendadak karena turunnya level oksigen. Lebih dari 500.000 tahun kemudian, beberapa spesies yang tersisa berjuang untuk bertahan di lingkungan yang tidak bersahabat tersebut. Lalu bagaimana dengan keadaan kita sekarang ? Dengan deposit metana beku yang luarbiasa banyak, dengan makin besarnya wilayah es abadi di kutub yang mencair, dengan makin panasnya suhu lautan, dan dengan ditemukannya beberapa titik dimana metana beku mulai menyembur ke permukaan bumi. Maka kita sangat patut untuk kuatir. Sudah saatnya bagi kita untuk turut andil dalam usaha menghentikan pemanasan global yang terus terjadi. Sudah dibuktikan bahwa kita manusialah penyebab/kontributor utama pemanasan global yang dialami planet kita. Marilah kita segera bertindak. Jangan sampai kita mengulangi sejarah geologi yang kelam yang pernah dialami planet ini. |
11th October 2008, 20:15 |
#13
|
Mania Member
|
EGOISME : PENYEBAB KERUSAKAN ALAM & LINGKUNGAN
Apa hubungan egoisme dengan kerusakan lingkungan ? Ada. Egoisme dan ketidakpedulian kita adalah penyebab timbulnya segala permasalahan lingkungan yang kita alami hari ini. Banyak dari kita yang hanya memikirkan kenyamanan pribadi tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi pada lingkungan sekitar kita maupun lingkungan global secara keseluruhan. Hanya karena merasa punya uang, kita tidak mengindahkan peringatan dan himbauan untuk melakukan penghematan energi. "Ah, saya mampu membayar berapapun tagihan listrik yang ada. Jadi terserah saya dong untuk memakai listrik sesuka hati saya. Saya sanggup membeli BBM berapapun yang saya mau, jadi terserah saya dong mau beli mobil yang borosnya kayak apa." Renungkanlah : Berapa banyak energi dan sumber daya yang harus terbuang sia-sia hanya karena orang-orang ingin menikmati kenyamanan yang sesungguhnya tidak benar-benar mereka perlukan. Berapa banyak energi dan sumber daya yang terbuang sia-sia hanya karena mereka ingin terlihat tampil bergengsi. Orang-orang seringkali membeli hal-hal yang tidak mereka perlukan, mengganti barang-barang yang semestinya masih bisa digunakan hanya karena alasan bosan. Kita tidak pernah memikirkan berapa banyak tenaga dan sumber daya planet ini yang rusak untuk memenuhi kebutuhan egois kita tersebut. Camkanlah satu hal : Uang kita memang bisa membeli berliter-liter BBM, tetapi uang tersebut tidak dapat mengembalikan tiap liter BBM yang telah kita ambil dari alam. Butuh jutaan tahun untuk menghasilkan BBM yang kita nikmati tersebut. Janganlah memikirkan kenyamanan hidup kita sendiri. Setidaknya mari kita pikirkan keadaan generasi pneerus kita, mereka harus menjalani hidupnya dengan segala sumber daya yang sangat terbatas karena ulah orang tua, kakek nenek, dan nenek moyangnya di masa lalu. Lalu kita akan berpikir, tetapi bukankah kita memiliki energi alternatif seperti bio fuel, hidrogen, dan lain-lain ? Benar. Tetapi semua itu tidak gratis, selalu ada yang harus dikorbankan. Untuk biofuel, kita memerlukan lahan yang tidak sedikit untuk penanaman tanaman bahan bakar tersebut, yang kadang juga mengorbankan lingkungan. Hidrogen masih mahal dan belum dapat diproduksi dengan efisien. Kita berpacu dengan waktu. Jangan sampai kerusakan bumi ini sudah sedemikian parah, padahal kita belum dapat menikmati kenyamanan teknologi alternatif tersebut. Begitu banyak orang di belahan dunia lainnya yang sangat membutuhkan tiap tetes BBM yang kita nikmati, tiap tetes air bersih yang kita nikmati, dan hal-hal mendasar lainnya untuk mendukung kehidupan mereka. Berhematlah dalam segala bentuk yang anda bisa. Lakukanlah untuk dunia, lakukanlah untuk generasi penerus kita. |
12th October 2008, 10:57 |
#14
|
Mania Member
|
ADAKAH SOLUSINYA ?
Melihat rentetan fakta-fakta menyeramkan dampak dari pemanasan global, kita sampai pada pertanyaan yang terpenting : Adakah solusi dari semua permasalahan ini ? Kabar baik untuk kita semua : ada solusi untuk menghentikan global warming, dan saat ini kita masih mempunyai kesempatan untuk melakukannya. Yang kita butuhkan hanyalah kemauan yang kuat untuk berubah. Pada dasarnya, yang harus kita lakukan adalah mengurangi semaksimal mungkin segala aktivitas yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. 1. Batasilah emisi karbon dioksida. Bila memungkinkan, carilah sumber-sumber energi alternatif yang tidak menghasilkan emisi CO2 seperti tenaga matahari, air, angin, nuklir, dan lain-lain. Bila terpaksa harus menggunakan bahan bakar fosil (yang mana akan menghasilkan emisi CO2), gunakanlah dengan bijak dan efisien. Hal ini termasuk menghemat listrik dan energi, apalagi Indonesia termasuk negara yang banyak menggunakan bahan bakar fosil (minyak, batubara) untuk pembangkit listriknya. Matikanlah peralatan listrik ketika tidak digunakan, gunakan lampu hemat energi, dan gunakanlah panel surya sebagai energi alternatif. 2. Gunakan alat transportasi alternatif untuk mengurangi emisi karbon. Penelitian yang dilakukan Universitas Chicago menunjukkan bahwa beralih dari mobil konvensional ke mobil hibrida dapat menghemat 1 ton emisi per tahun. Mengkonsumsi makanan produk lokal akan mengurangi emisi dalam jumlah yang cukup signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Iowa State University pada tahun 2003 menemukan bahwa makanan non-lokal rata-rata menumpuh 1.494 mil sebelum dikonsumsi, bandingkan dengan makanan lokal yang hanya menempuh 56 mil. Bayangkan betapa banyak emisi karbon yang dihebat dengan perbedaan 1.438 mil tersebut. Gunakan sepeda sebanyak yang kita bisa sebagai metode transportasi. Selain menghemat banyak energi, bersepeda juga merupakan olah raga yang menyehatkan. "Saya berusaha untuk menggunakan sepeda untuk pergi ke tempat kerja sesering yang saya bisa untuk menghemat energi" - Margot Wallstrom, Wakil Presiden dari Komisi Uni Eropa. 3. Berhenti atau kurangilah makan daging. Dalam laporannya yang berjudul Livestock's Long Shadow: Environmental Issues and Options (dirilis November 2006), PBB mencatat bahwa 18% dari pemanasan global yang terjadi saat ini disumbangkan oleh industri peternakan, yang mana lebih besar dari efek pemanasan global yang dihasilkan oleh seluruh alat transportasi dunia digabungkan. PBB juga menambahkan bahwa emisi yang dihitung hanya berdasarkan emisi CO2 yang dihasilkan, padahal selain sebagai kontributor CO2 yang hebat, industri peternakan juga merupakan salah satu sumber utama pencemaran tanah dan sumber-sumber air bersih. Sebuah laporan dari Earth Institute menegaskan bahwa diet berbasis tanaman hanya membutuhkan 25% energi yang dibutuhkan oleh diet berbasis daging. Penelitian yang dilakukan Profesor Gidon Eshel dan Pamela Martin dari Universitas Chicago juga memberikan kesimpulan yang sama : mengganti pola makan daging dengan pola makan vegetarian 50% lebih efektif untuk mencegah pemanasan global daripada mengganti sebuah mobil SUV dengan mobil hibrida. 4. Tanamlah lebih banyak pohon. Tanaman hijau menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam jaringannya. Tetapi setelah mati mereka akan melepaskan kembali CO2 ke udara. Lingkungan dengan banyak tanaman akan mengikat CO2 dengan baik, dan harus dipertahankan oleh genarasi mendatang. Peneliti dari Louisiana Tech University menemukan bahwa setiap acre pepohonan hijau dapat menangkap karbon yang cukup banyak untuk mengimbangi emisi yang dihasilkan dari mengendarai sebuah mobil selama setahun. Sebuah studi yang dilakukan oleh layanan perhutanan di Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa penanaman 95.000 pohon yang dilakukan di dua kota kecil di Chicago memberikan udara yang lebih bersih dan menghebat biaya yang berhubungan dengan pemanasan dan pendinginan udara sebesar lebih dari USD 38 juta dalam 30 tahun ke depan. 5. Daur ulang (resycle) dan gunakan ulang (reuse) Kalkulasi yang dilakukan di California menunjukkan bahwa apabila proses daur ulang dapat diterapkan hingga di level negara bagian California, maka energi yang dihemat cukup untuk memberikan suplai energi bagi 1,4 juta rumah, mengurangi 27.047 ton polusi air, dan mengurangi emisi gas rumah kaca hingga setara dengan 3,8 juta mobil. Berubahlah Satu hal lain yang sangat penting disamping lima hal yang dapat kita lakukan di atas adalah keinginan dan motivasi kita sendiri untuk berubah. Saran-saran di atas tidak akan berarti jika hanya menjadi bahan bacaan tanpa tindakan yang nyata. Kita harus benar-benar mulai mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu mengambil langkah ekstrim untuk langsung berubah hanya dalam semalam bila hal tersebut terlalu berat. Lakukanlah secara bertahap tetapi konsesten dengan komitmen kita. Jadilah contoh nyata bagi lingkungan dan orang-orang di sekitar saudara. Contoh dan praktek yang kita berikan sangat penting untuk menginspirasi banyak orang lainnya untuk berubah pula. Berikanlah informasi kepada orang-orang di sekitar kita sehingga mereka dapat mengerti mengenai konsekuensi dari pola hidup mereka. Dan berilah mereka dorongan untuk mencoba pola hidup mulia yang akan menyelamatkan planet kita tercinta ini. |
Last edited by Perseverence; 12th October 2008 at 11:03.. Reason: memperbaiki pengetikan |
12th October 2008, 21:29 |
#15
|
Mania Member
|
Krisis finansial global mengancam rencana ambisius negara-negara Eropa untuk mengurangi emisi gas rummah kaca.
So, nampaknya lebih kembali ke pribadi kita masing-masing; kita bisa mulai dari lingkup yang kecil. Beritanya bisa kita baca di sini : Krisis Finansial Ancam Agenda Perubahan Iklim Minggu, 12 Oktober 2008 - 17:45 wib BRUSSELS - Krisis finansial global mengancam rencana ambisius negara-negara Eropa untuk mengurangi emisi gas rummah kaca. Seperti dilansir AFP, Minggu (12/10/2008), Jerman menyatakan untuk tidak lagi melanjutkan agenda tersebut, dan Italia mulai menggikuti. Seperti diketahui, pemimpin-pemimpin Eropa berkomitmen terhadap agenda pengurangan emisi gas rumah kaca. Presiden Prancis Nicolas Sarkozy ingin negara Eropa untuk mengkonfirmasi tujuan yang lebih kuat terkait rencana tersebut. "Saya tidak yakin saran tersebut akan diterima," kata salah seorang diplomat Prancis tanpa mau disebutkan namanya. Salah satu pejabat senior dari Komisi Eropa melihat tidak akan ada kesimpulan yang ambisius dari rencana tersebut. "Pemerintah tengah defensif. Saat ini mereka kurang menaruh perhatian terhadap agenda tersebut dan tengah dihadapi sejumlah masalah," kata pejabat yang tidak mau disebutkan namanya itu. Sumber tersebut juga mengatakan, Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso berupaya untuk bertanya kepada negara-negara Eropa apakah mereka akan melanjutkan agenda tersebut lebih lama lagi. Jika ya, maka akan dilihat hasilnya. "Jika mereka tidak mempertahankan agenda ini maka kemungkinan rencana ini akan dihentikan," kata salah seorang negosiator. Eropa menjadi aspirasi negara-negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan menekan tingkat polusi sebesar 20 persen dari 1990 sampai 2020. Beberapa rencana tersebut telah dijalankan dengan tingkat pengurangan hingga 6 persen pada 2005. Industri berat seperti baja, pembangkit, dan petrokimia memiliki beban berat. Industri tersebut harus mengurangi emisinya hingga 21 persen dari tingkat emisi pada 2005, dan membayar denda terkait karbondioksida yang mereka hasilkan, dimulai pada 2013. (jri) |
13th October 2008, 07:39 |
#17
|
|
Registered Member
|
Quote:
http://www.detiknews.com/read/2007/1...ncam-tenggelam secara saya tinggal di Fiji (di sebuah private island resort) dari tahun 2006 sampai sekarang, kerasa banget perubahannya : 1. low tide & high tide * low tide bisa sampai 30m dari darat, sedangkan high tide sekarang became king tide sudah hampir mencapai pintu masuk resort tadinya sekitar 100m dari permukaan laut,(sekedar informasi resort berdiri sejak 1983) 2. banyak coral yang mati (pertama mungkin karena cyclone) akhirnya untuk menghindari efek climate change resort bersama dengan pelaku ecotourism dari Australia merehab kembali coral plantation didasar laut. 3. Angin yang semakin kenceng, juga bisa ilang dalam sekejap dengan begitu aja. 4. suhu udara yang pastinya makin panas antara 39-42 derajat celcius, anehnya di sini Fiji Government tidak aware dengan isu2 tersebut , justru yang bikin kampanye itu dari pihak UN , walaupun tidak terlalu ditanggapi, padahal di Kiribati (salah satu negara kepulauan di south pacific), air laut sudah mencapai daratan dan diakui oleh para ahli sebagai effect climate change ini linknya http://www.youtube.com/watch?v=yCezN...eature=related http://www.youtube.com/watch?v=gGTb9...eature=related Film tersebut juga dipromosikan ke negara2 south pacific lainnya, agar mereka aware akan climate change dan global warning. termasuk Fiji. so ya as a citizen of any countries , kita tetep harus aware dimana pun kita berada.... save our Planet!!! |
|
13th October 2008, 22:09 |
#18
|
Mania Member
|
@ bro BabyFiji, tq buat sharingnya.
Berikut ini gw copaskan berita dari Detik tsb, untuk melengkapi dokumentasi dalam thread ini : Senin, 03/12/2007 12:05 WIB Tolong! Pulau-pulau di Samudera Pasifik Terancam Tenggelam Gede Suardana - detikNews Nusa Dua - Perasaan was-was tentunya selalu menghinggapi penghuni pulau-pulau kecil di sekitar Samudera Pasifik. Bagaimana tidak, pulau mereka kerap terancam tenggelam lantaran ketinggian daratannya maksimal 12 meter. Negara-negara yang ada di kepulauan Samudera Pasifik kerap disebut sebagai Benua cair. Ancaman tenggelam itu ditengarai dampak pemanasan global. Masyarakat di Benua Cair pun menuding negara-negara maju sebagai penyebabnya. Pulau-pulau di Samudera Pasifik itu antara lain Kibiati, Samoa, Tonga, dan Fiji. Sedangkan negara-negara kecil di wilayah itu antara lain Tuvalu, Republik Marshal Island, dan Kiribati. Pulau-pulau tersebut sangat kecil, tingginya maksimal 12 meter dari permukaan air laut. Malah Tuvalu tinginya hanya 1,83 meter, dan kiribati memiliki ketinggian 2 meter dari permukaan laut. Alhasil kepulauan tersebut rawan tenggelam, apalagi jika terjadi badai yang mengakibatkan pasang. "Di Samoa yang berpopulasi 178 ribu orang, jika pemanasan global dan badai terjadi, maka masyarakatnya bisa punah," ujar salah satu masyarakat adat Samoa, Viu. Hal itu disampaikan dia dalam diskusi yang digelar 52 NGO dan masyarakat adat dari berbagai penjuru dunia di Nusa Dua, Bali, Senin (3/12/2007). Diskusi tersebut mengambil tempat sekitar 500 meter dari penyelenggaraan konferansi perubahan iklim di BICC. "Apakah ini adil. Padahal yang menyebabkan adalah negara maju yang menghasilkan banyak emisi. Solusi jual beli karbon tidak akan mengurangi produksi emisi dari negara maju, tapi justru akan terus bertambah," beber Viu. Dia lantas menceritakan pengalamannya tinggal di Pulau Samoa. Saat banjir akibat air laut pasang, terkadang air tanahnya bercampur garam. Sebagian lingkungannya pun terendam air laut sehingga aktivitas ekonomi warga terhenti. "Siapa yang bertangung jawab akibat terendamnya pulau ini. Ini menyangkut keadilan dan kesetaran iklim. Semua wajib menjaga bukan hanya negara berkembang," cetus Viu.(nvt/ana |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer