View Single Post
Old 28th June 2009, 12:40
#9  
hama
Addict Member
hama is offline

hama's Avatar

Join Date: Mar 2009
Posts: 692
hama is a new comer

Default Polinator,predator berguna tapi diburu tanpa izin

Humaniora

Kamis, 14 April 2005

Konversi Lahan Jangan Lagi Abaikan Konservasi

Jakarta, Kompas - Konversi lahan kawasan hutan menjadi permukiman penduduk, jalan raya, atau perkebunan jangan lagi mengabaikan aspek konservasi tumbuhan dan satwa liar. Pengabaian itulah yang selama ini memicu konflik antara manusia dan satwa, khususnya mamalia besar.

Beberapa peristiwa seperti gajah mengamuk di kampung pinggir hutan atau lahan karet dan kelapa sawit di Sumatera, atau orangutan dibunuh di areal perkebunan kelapa sawit di Kalimantan, adalah contoh bagaimana konversi lahan telah mengabaikan keberadaan satwa. Akhirnya pemilik atau penjaga lahan menganggap satwa-satwa sebagai hama.
"Sebenarnya itu terjadi karena konversi lahan mengabaikan aspek konservasi," kata Kepala Subdirektorat Konservasi Jenis dan Genetik Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Departemen Kehutanan Kurnia Rauf di Jakarta, Rabu (13/4).

Yang sebenarnya terjadi, lanjut Kurnia, konversi lahan selama ini mengambil atau memotong jalur migrasi rutin satwa. Ironisnya, ketidaktahuan manusia itu justru menyebabkan satwa-satwa terbunuh dan terfragmentasi. Akibatnya, daya jelajah satwa-satwa mengecil dan terkonsentrasi di kawasan-kawasan konservasi.
Kondisi itu diperburuk oleh penebangan liar di kawasan konservasi dan perburuan liar yang semakin membahayakan masa depan tumbuhan dan satwa liar (TSL).

Konversi lahan besar-besaran seperti yang terjadi di Pulau Jawa di antaranya telah memunahkan populasi harimau jawa dan lutung jawa. Di Pulau Sumatera tidak lagi dapat dijumpai populasi gajah di kawasan Sumatera Barat.

Amdal dulu

Untuk menjaga populasi TSL di Indonesia, menurut Kurnia, tidak ada jalan lain selain memperhitungkan faktor keberadaan TSL dalam analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) sebelum konversi lahan disetujui.

"Pemerintah daerah harus benar-benar memperhitungkan dampaknya, jangan hanya berorientasi pada hitungan ekonomi saat ini," kata dia. Ia pun yakin bahwa konversi lahan bisa berdampingan dengan konservasi.

Berdasarkan perhitungan Departemen Kehutanan, konversi lahan besar-besaran telah terjadi di Sumatera dan sedang terjadi di Kalimantan, menyusul kemudian Papua. Justru di hutan-hutan dataran rendah yang terancam itulah TSL tumbuh dan berkembang biak.

Pembukaan lahan kelapa sawit di Indonesia diperkirakan akan bertambah luas, seiring pernyataan empat tahun mendatang Indonesia sebagai penghasil minyak sawit mentah 15 juta ton per tahun. Hingga tahun 2003 lalu Indonesia memiliki 4,9 juta hektar lahan kelapa sawit dengan produksi 10 juta ton per tahun.

Willie Smits dari Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) mengungkapkan, konversi lahan sebenarnya tidak harus membahayakan keberlanjutan hidup satwa liar di habitatnya.

Persoalannya, bagaimana pemilihan lahan dan cara membukanya. Diakuinya, yang terjadi selama ini membuka lahan hutan justru membahayakan TSL karena terkait harga jualnya yang tinggi. Salah satu yang dikhawatirkan adalah rencana pembuatan jalan Ladia Galaska di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).

Berdasarkan pengalaman, pembukaan jalan di tengah hutan akan diikuti maraknya penebangan liar dan fragmentasi satwa mamalia besar. (GSA)

Nah loh...kalau sudah urusan duwit.dan disebut hama kelapa sawit(perburuan liar jual gading gajah) dan produksi kelapa sawit yang 10 juta per tahun.......TSL dilupakan...apoalagi sudah terkonsentrasi hewan liarnya seperti monyet dan ayam alas di tepi sungai/lebung yang gak mungkin ditanam kelapa sawit...tambah mudah bagi pemburuan plus anjing buru mengepung...

[Http://dishut.jabarprov.go.id/index....ri=417&idMenu] url = [/ url]
[Url]www.ditjenphka.go.id/peraturan_file/kepmen/1997_kepmenhut_544.pdf

Last edited by hama; 3rd July 2009 at 16:30..
Reply With Quote