DetikForum

DetikForum (http://forum.detik.com/index.php)
-   Seni & Budaya (http://forum.detik.com/forumdisplay.php?f=205)
-   -   [Wayang] Karna Tidak Tergoyah Rayuan Ibunya (http://forum.detik.com/showthread.php?t=895)

ebet kadarusman 19th September 2007 22:02

[Wayang] Karna Tidak Tergoyah Rayuan Ibunya
 
Namanya Cukup dikenal sebagai seorang Adipati yang gagah perkasa dari negeri Awangga bawahan kerajaan Astinapura. Ia memiliki sebuah senjata tumbak yang sangat ampuh bernama Konta. Karena ampuhnya senjata ini hanya dapat digunakan sekali saja, kemudian akan kmbali kepada pemiliknya yakni Batara Indra.

Ketika bayi ia diketemukan oleh Rada, istri Adirata kusir kereta serta diakui sebagai anaknya dan diberi nama Karna Radea, artinya Karna anak Rada.

Setelah dewasa Karna sering menonton Kurawa dan Pandawa berlatih menggunakan senjata panah dibawah asuhan gurunya, Dorna. Ia sangat tertarik dengan pelajaran ilmu menggunakan senjata panah dan sangat ingin menjadi siswa perguruan itu. Tetapi ia sadar bahwa itu tidak mungkin, karena ia hanya anak seorang kusir kereta, sedang Kurawa dan Pandawa adalah keluarga kerajaan.

Karena keinginan untuk menjadi seorang pemanah yang mahir tetap menggelora di dalam jiwanya, maka secara iam-diam ia menonton sambil mempelajari cara-cara melepas anak panah seperti diajarkan Dorna kepada siwa-siswanya. Berkat kemauan yang keras ditunjang kecerdasan yang luar biasa, akhirnya karna mahir menggunakan senjata, bahkan melebihi kepandaian kaum Kurawa atau sejajar dengan Arjuan yang merupakan siswa terbaik dalam perguruan itu.

Suatu hari perguruan mengadakan ujian praktik bagi siswa-siswanya, di mana kedua golongan yang masih bersaudara itu harus mengadu kemahiran menggunakan senjata panah. Ternyata dalam adu kemahiran itu, Pandawa tampak lebih unggul dari kaum Kurawa.

Waktu itu Sakuni adik Gandari ibunda Kurawa tengah berusaha menanamkan benih-benih kebencian kaum Kurawa kepada Pandawa mengenai hak pemilikan tahta kerajaan Astina agar tidak jatuh ke tangan Pandawa. Sedangkan udhistira telah ditetapkan oleh Dewa sesepuh kerajaan sebagai calon raja Astina. Karena itu kebencian Kurawa semakin menjadi manakala setiap adu kemahiran anak-anak Gendari itu selalu dikalahkan oleh anak-anak Kunti.

Karna yang waktu itu turut menonton sudah tidak tahan lagi ingin turut dalam pertandingan. Maka tanpa pikir panjang lagi, ia nyelonong masuk gelanggang minta kepada Dorna supaya diperkenankan ikut bertanding dan sanggup mengalahkan Arjuna. mendengar kata-kata sombong itu, Bima naik pitam dan mencaci maki karna: "Hei, kau anak yang tidak diketahu ibu bapaknya, tidak pantas ikut bertanding. Kau hanya anak pungut kusir kereta lebih pantas pgang cambuk dan memandikan kuda," bentaknya. Caci maki itu sangat menyakitkan hatinya, hampir-hampir ia jatuh pingsan karena malu dicaci di hadapan orang banyak.

Karena itu Duryudana melihat potensi dan keberanian si anak kusir demikian hebat lalu dibelanya dan ketika itu juga Karna diangkat menjadi Adipati di negeri Awangga. Pengangkatan itu beresifat politis, karena potensi Karna dapat dijadikan andalan dalam menghadapi Pandawa, sekaligus menambah kekuatan dalam kampanye merebut tahta kerajaan Astina. Tentu saja si anak kusir itu sangat gembira dan dengan spontan di hadapan Duryudana ia bersumpah akan membela Kurawa samapi tetes darah yang penghabisan.

Sementara itu Dewi Kunti yang hadir mnyaksikan pertandingan hatinya senang bercampur seih melihat anak yang dulu dihanyutkan di sungai masih hidup dan telah menjadi seorang ksatria yang gagah dan tampan. Sedih karena tidak dapat menemui karena takut rahasianya diketahui. Yang lebih merisaukan hatinya, Kunti mendengar sumpah karna akan memebela Kurawa. Timbul kekhawatiran bahwa kedua anak kandungnya akan saling bermusuhan. Kekhawatiran itu menjadi kenyataan dengan akan terjadinya pertumpahan darah antara Pandawa dan Kurawa dalam perang Baratayudha. Segera Kunti berunding dengan Kresna untuk mencegah Karna terlibat memerangi saudara kandungnya sendiri. Satu-satunya jalan Kunti harus membuka rahasia kepada Karna, bahwa dialah ibunya dan Pandawa adalah saudara kandungnya. Maka bergegaslah Kunti menemui Karna, di mana sebelumnya Kresna pun telah menemui Adipati Karna.

Kunti : "Raden, engkau adalah anakku, darah dagingku yang ketika bayi ibu hanyutkan di sungai, hingga ibu menemukannya kembali, tatkala engkau masuk gelanggang pertandingan menantang Arjuna."

Karna : "Hamba sudah mendengar dari kanda Kresna, bahwa ada seorang anak bernasib buruk dibuang oleh ibunya untuk menghindari malu."

Kunti : "Maafkan ibu nak. Ketika itu tak ada jalan lain. Tetap ibu pun tidak mengerti mengapa harus melahirkan engkau. Semua itu rahasia Dewa," kilahnya.

Karna : "Lho, mengapa ibu harus minta maaf kepada hamba? Antara kita tak ada hubungan sama sekali dengan peristiwa dibuangnya si bayi itu. Hama anak ibu Rada dan ayahanda Adira kusir kereta desa."

Kunti : "Ibu memang tak ada hak atas dirimu. Tapi bagaimanapun engkau adalah darah dagingku, raden. Dan Pandawa adalah adik-adikmu sekandung. Hati ibu akan hancur menyaksikan anak-anak kandungku saling membunuh," katanya dengan suara sendu.

Karna : "Andaikan benar hamba putra kandung ibu, mengapa ibu begitu tega membuang hamba bagai sampah tak berharga. Itu berarti ibu telah menyerahkan hamba kepada masa lalu dan tiadak hak memiliki hamba. Karena itu janganlah berharap keinginan ibu akan terpenuhi. Hamba telah bersumpah di hadapan Duryudana, bahwa hamba akan membela Kurawa hingga tetes darah yang penghabisan. Seorang satria harus memegang teguh kata-katanya."

Kunti menangsi tersedu dengan penyesalan yang tiada hingga. Tetapi air mata tak mampu meluluhkan hati Karna. Dia seorang ksatria yang teguh memeggang janji dan sumpah. Sementara itu Karna pun tak kurang sedihnya melihat Kunti terluka hatinya. Kemudian dia berkata:

Karna : "Terlepas engkau ibu kandungku atau bukan, yang pasti hamba berterima kasih bila ibu mengakui hamba sebagai putra kandung ibu. Akan halnya hamba dibuang ketika masih bayi, itu adalah sudah kehendak Dewata semata-mata. Bukankah tadi ibu mengatakan tidak mengerti mengapa melahirkan hamba? Tetapi kini ibu masih dapat bertemu dengan hamba."

Kunti : "Oh Raden, ibu gembira mendengar pengkauanmu dan harus dengan cara apa, ibu harus berterima kasih kepada ibu Rada dan bapak Adiratam hanya Dewatalah yang mampu membalas kebaikan mereka. Tapi satu hal yang masih mengusik hati ibu, ialah kau akan berperang dengan adik-adikmu Raden."

Karna : "Apabila hamba harus lari dari kenyataan meninggalkan Duryudana yang telah berbaik hati kepada hamba, makan hamba akan tercatat sebagai orang yang berprilaku buruk , karena tidak menepati janji dan sumpahnya. Hamba mengakui bahwa hamba berada di pihak yang berwatak angkara, tetapi akan lebih buruk lagi diri hamba apabila ingkar janji, Dalam perang nanti, hamba akan merasa bahagia apabila mati di tangan adik-adik hamba sendiri. Pertarungan yang akan terjadi nanti, bukan pertarungan karena soal pribadi, melainkan kesemua itu telah diatur oleh pihak yang berkuasa yang tidak mungkin dapat ditarik kembali," tukas Karna.

Ringkas cerita pertemuan itu berakhir dengan tidak tercapainya keinginan Kunti. Tetapi setidaknya Kunti merasa lega dengan pengakuan si anak yang hilang itu. Menurut Mahabharata baik Karna maupun Pandawa tidak saling mengetahui mereka masih saudara sekandung. Tapi setelah usai perang, barulah Pandawa mengetahui, bahwa karna adalah saudara kandungnya sendiri. Dalam perang itu, Karna gugur di tangan adiknya sendiri, Arjuna.

joan-joan-gerald 13th January 2009 10:30

Kita bicara wayang aja daripada pusing ....

bakaSHINJI 13th January 2009 11:28

Quote:

Originally Posted by joan-joan-gerald (Post 6104704)
Kita bicara wayang aja daripada pusing ....

Hehehehe ... kalau dianalisa lebih lanjut, lebih mumet mbahas filsafat yg ada di wayang lho. :D

Btw, Adipati Karna karakter favorit gw. Teguh dalam pendiriannya dgn mendasarkan pada logikanya sendiri, walah dianggap "salah" oleh yg lain.

BunyikSanjaya 13th January 2009 11:34

Quote:

Originally Posted by bakaSHINJI (Post 6105996)
Hehehehe ... kalau dianalisa lebih lanjut, lebih mumet mbahas filsafat yg ada di wayang lho. :D

Btw, Adipati Karna karakter favorit gw. Teguh dalam pendiriannya dgn mendasarkan pada logikanya sendiri, walah dianggap "salah" oleh yg lain.

yup setuju bgt.

josella 13th January 2009 12:06

Gue suka crita yg beginian. Dari SD sdh baca critanya.
Ada crita yg lainnya gak ?? Mau dunkz baca lagi.... :)

cahnakal 13th January 2009 13:09

Karna itu teladan moralitas prajurit, sumpah setia harus dibela, terlepas bahwa 'sistem politik' yang dibela (Kurawa) mungkin 'salah' (dalam konteks perebutan kekuasaan dengan Pandawa).

Pandawa ini kisah Mahabaratha, dalam kisah Ramayana mungkin yang sepadan adalah Kumbakarna ya, seorang raseksa yang berkata bahwa dia berjuang dan mati di medan laga bukan untuk membela kesewenang wenang an Rahwana, sang kakak yang dihormati sekaligus dibenci, tetapi untuk mempertahankan negeri yang dicintai nya dari invasi sang Rama, yang mana sang Rama juga membela keyakinan politik yang menurut nya benar karena menuntut balik Dewi Sinta.

Moral story keprajuritan ini adalah, pahlawan tidak harus selalu ber perang dengan penjahat, dalam banyak medan laga, pahlawan berbunuh bunuhan dengan sesama pahlawan. Masing masing memegang sumpah dan janji serta kebenaran nya sendiri...

upi_cantik 13th January 2009 13:13

dulu pernah baca buku Mahabharata....soal karna ini,ada yang berpendapat....jika pandawa hilang satu,Arjuna yang waktu itu di kawatirkan kalah dari karna....maka pandawa tetap 5,karna sebagai ganti arjuna.....mana yg benar nggak tau dah,karena saat itu wayang juga ada yg pakem jawa atau yg pakem india :sweatdrop:

upi_cantik 13th January 2009 13:15

Quote:

Originally Posted by cahnakal (Post 6108237)
Karna itu teladan moralitas prajurit, sumpah setia harus dibela, terlepas bahwa 'sistem politik' yang dibela (Kurawa) mungkin 'salah' (dalam konteks perebutan kekuasaan dengan Pandawa).

Pandawa ini kisah Mahabaratha, dalam kisah Ramayana mungkin yang sepadan adalah Kumbakarna ya, seorang raseksa yang berkata bahwa dia berjuang dan mati di medan laga bukan untuk membela kesewenang wenang an Rahwana, sang kakak yang dihormati sekaligus dibenci, tetapi untuk mempertahankan negeri yang dicintai nya dari invasi sang Rama, yang mana sang Rama juga membela keyakinan politik yang menurut nya benar karena menuntut balik Dewi Sinta.

Moral story keprajuritan ini adalah, pahlawan tidak harus selalu ber perang dengan penjahat, dalam banyak medan laga, pahlawan berbunuh bunuhan dengan sesama pahlawan. Masing masing memegang sumpah dan janji serta kebenaran nya sendiri...



setuju......

dia dia angkat panglima oleh kurawa,dari hanya anak kusir...jadi dia memang harus membela negaranya :thatsrite:

Atiratha 17th September 2009 13:32

Karna versi Vyasa asli
 
Salam kenal, untuk bahan perbandingan, berikut saya tuliskan tentang Karna versi asli Mahabharata karya Vyasa.


Karna adalah raja kerajaan Anga, salah satu kerajaan kecil wilayah bawahan Hastinapur. Ia memperoleh senjata panah thunderbolt dari Indra, dewa petir (dibaca tanpa a, Inder-->thunder) karena ketulusannya memberikan body armor Kavacha anugrah Surya ayahnya kepada Indra yang menyamar sebagai Brahmin. Meski keras dan tega terhadap lawan, Karna justru dermawan pada Brahmin, ia berjanji akan memberikan apa saja yang mereka minta. Malu karena menipunya melepaskan armor, Indra memberikannya panah halilintar. Khawatir akan nasib putranya Arjun(Pandava musuh bebuyutan Karan) di perang besar nanti, Indra membagi sebagian dirinya untuk lahir sebagai putra Bhima dan rakshasi Hidimbi, yaitu Ghatotkacha, yang direncanakan sebagai penangkal senjata hebat itu.

Karena keinginannya belajar olah senjata, Karna justru datang kepada Brahmin Parasurama, tokoh sakti berumur panjang yang merupakan inkarnasi Vishnu sebelum Rama dan Krishna. Sebelum Karna, sesepuh hastinapur Bhisma dan bahkan guru Drona sendiri merupakan murid Parasurama, yang konon hanya mau menerima murid dari kasta non kshatriya. Drona adalah Brahmin, Bhisma meskipun kshatriya tapi menjalankan hidup sebagai Brahmacarin, dan Karna, tidak tahu asal usulnya, mengira dirinya kasta Sudra. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa Bhisma, Drona, Karna, dan Arjun murid kesayangan Drona akan memiliki kemampuan panah diatas rata2 kshatriya lain pada masa itu, karena berasal dari 1 guru, Parasurama. Seperti pada Bhisma dan Drona, pada Karna pun Parasurama memberi wejangan memanggil senjata Brahmastra, panah pemusnah dari Hyang Brahma sendiri.

Suatu saat Parasurama tidur di pangkuan Karna, seekor kalajengking menyengat paha Karna. Kasihan kepada gurunya yang kelelahan, Karna tidak bergerak sedikitpun menahan rasa sakit. Parasurama justru terbangun karena terkena darah Karna. Parasurama berpendapat hanya kasta Kshatriya mampu menahan sakit demikian. Jadi Karna dianggapnya menipu dan dikutuknya bahwa pada saat kritisnya Karna tidak mampu mengingat cara memanggil senjata Brahmastra untuk merasuk ke panahnya. Demikian nasib Karna yang malang, saat memperbaiki roda kereta di pertempuran Kurukshetra nanti, Arjun dalam hasutan Krishna tega menembak Karna pada posisi tidak bertempur. Karna yang memiliki senjata Brahmastra harusnya mampu menangkal senjata Arjun, yaitu Pashupastra anugrah Tuhan Shivah. Tapi karena lupa mantranya seperti dinubuatkan Parasurama, kepala Karna putus terbabat panah bermata bulan sabit tersebut.

Sekali lagi di versi Jawa terdapat banyak perbedaan yang terlalu mendiskreditkan Kaurav, terutama Duryodhan. Waktu terjadi hampir tanding antara Karan vs Arjun di alun2 istana Hastinapur itu, Duryodhan justru sangat girang dan bangga melihat pemuda yang mampu mempraktikkan seluruh ketrampilan Arjun hingga menjangkau target2 yang paling sulit sekalipun. Dengan tulus ikhlas dipeluknya pemuda Karna, diangkatnya saudara, diberi kerajaan Anga, bahkan Duryodhan bilang Karna harusnya memerintah seluruh dunia. Karna dan Duryodhan seperti kakak adik tak terpisahkan. Mereka juga bersama2 Sakuni merencanakan segala plot untuk mengalahkan Pandava. Saat Karna gugur di Kurukshetra, Duryodhan menangis sejadi2nya, semangatnya luntur. Ia katakan Bhisma, Drona, bahkan adiknya Duhsasana gugur perasaannya tidak sehancur saat Karna gugur. Jadi Duryodhana versi asli lebih jujur dan tulus terhadap persahabatannya dengan Karna.

Karna mulai dikenal luas oleh kerajaan2 di tanah Hindustan setelah Campaign nya atas nama Raja Duryodhan menaklukkan seluruh kerajaan dari 4 penjuru angin di tanah Hindustan. Prestasi ini sungguh hebat mengingat Pandava melakukannya dengan membagi tugas, Arjun ke utara, Nakul ke timur, Sahadev ke selatan, dan Bhima ke barat sebelum Yudhisthir melakukan upacara Rajasuya.

Menurut Vyasa, Karna beberapa kali diberitahu tentang kelahirannya, selain Kunti, Krishna bahkan menjanjikan Karna, jika mau bergabung dengan Pandava, Draupadi istri 5 Pandava akanlah juga jadi istri Karna. Kunti sendiri yang telah meminta Karna pindah pun dapat hadiah dari Karna, yaitu tidak akan membunuh 4 Pandava lain kecuali Arjuna. Dengan mulia Karna melarang Kunti atau Krishna memberitahukan pada Pandava tentang dirinya yang merupakan kakak tertua Pandava, agar mereka tetap perang dengan sepenuh hati. Konon dikatakan setelah peristiwa itu, hati Karna yang penuh kebencian pada Pandava justru menyaingi Bhisma dalam kasih sayang kepada Pandava.

Karna yang mengetahui kebenaran akan menang mengatakan apapun hasil akhir Karna vs Arjun, putra Kunti akan tetap 5, dengan salah satu dari ia atau Arjun akan hidup. Hal ini dibuktikannya dengan hanya mempermalukan Pandava lain saat ia berhasil mengalahkan mereka di medan perang. Meskipun begitu kemenangannya atas Bhima diperoleh dengan perngorbanan nyawa banyak Kaurava yang dikirim Duryodhan untuk melindungi Karna dari amukan Bhima yang mengerikan. Bhima bahkan berhasil lompat ke kereta Karna dan dapat dibayangkan akibatnya bertempur jarak dekat dengan gajah Pandava tersebut. Bhima yang luka2 dikeroyok Kaurava akhirnya dikalahkan Karna dan ia menyentuhkan busurnya ke wajah Bhima tanpa membunuhnya.

Paham akan dahsyatnya panah halilintar Karna yg diperoleh dari raja para dewa, Krishna berkali-kali sebagai kusir Arjun melarikan keretanya menjauhi Karna. Krishna justru memerintahkan rakshasa Ghatotkacha menghadapi Karna dan Kaurava. Pada hari ke 14 setelah gugurnya Jayadhrata di luar jam perang biasanya (perang harusnya berakhir sebelum maghrib), perang justru berlanjut hingga malam hari. Pada kegelapan malam itu Karna harus menghadapi Ghatotkacha yang menyerang dari udara. Frustasi karena terus menerus dalam posisi defensif dan terpengaruh kepanikan Duryodhan akan porak porandanya pasukan mereka dibawah amukan Ghatotkacha, Karna pun terpaksa melepas senjata Dewa Inder pada putra Bhima tersebut. Seperti disambar petir, putra Bhima pun jatuh gugur kena panah Karna. Sesuai skenario Krishna, Karna kehilangan senjata andalannya sebelum melawan Arjun.

Meskipun pada pertemuan mereka sebelumnya, yaitu perang di negri Matsya, Arjun mempermalukan Karna dengan ledakan panah gas obat bius nya yg menumbangkan Karna dan seluruh Kshatriya besar Hastinapur lainnya, pada final battle melawan Arjun, Karna justru berkali-kali diatas angin. Hal ini memaksa Tuhan Krishna sendiri untuk mempengaruhi Arjun menembak di saat kereta Karna terperosok lumpur (konon cuaca hujan saat itu, dimana sinar matahari menembus awan mendung hanya untuk menyorot Karna, sebagai simbol pertempuran putra Surya vs putra Indr). Arjun yang berjiwa kshatriya besar tidak ingin melakukannya, tapi Krishna meracuni pikirannya dengan pembunuhan Abhimanyu dan penelanjangan Draupadi oleh Kaurava. Karna sebenarnya telah memanggil Arjuna kedalam dharma, untuk menghentikan pertempuran saat ia mengangkat roda kereta yang terperosok. Tapi pengaruh Krishna lebih kuat, hingga Pashupastra melesat menebas kepala Karna, membiarkan tubuhnya yang jangkung berdiri beberapa saat tanpa kepala.

http://img89.imageshack.us/img89/7239/87162829.jpg

Di akhir perang, Kunti menangisi jenazah Karna, menimbulkan pertanyaan pada Pandava sendiri. Kunti akhirnya mengakui status Karna pada putra2nya. Yudhisthir yang berhati bersih menangis tersedu2 dan mengutuk perempuan selamanya tidak lagi bisa simpan rahasia.

Demikian sedikit kisah tentang Karna, kshatriya matahari yang berperang dipihak wangsa rembulan Hastinapur.

dap-bus 17th September 2009 14:31

Lanjutkan lagi bro......


All times are GMT +8. The time now is 21:02.


Powered by vBulletin
Copyright © 2000 - 2006, Jelsoft Enterprises Ltd.