DetikForum

DetikForum (http://forum.detik.com/index.php)
-   Seni & Budaya (http://forum.detik.com/forumdisplay.php?f=205)
-   -   [Wayang] Oluka, Caraka Kurawa Menguji Ketahanan Mental Pandawa (http://forum.detik.com/showthread.php?t=896)

ebet kadarusman 19th September 2007 22:04

[Wayang] Oluka, Caraka Kurawa Menguji Ketahanan Mental Pandawa
 
Namanya pendek, Oluka. Tapi pemunculannya di arena pewayangan cukup menarik. Dia anak Sakuni yang urakan, pembual pandai memperolok orang. Bualnya menyebalkan dan bila mengejek sanggung membuat orang menjadi kesal. Sifat-sifat ini menarik perhatian Suyudana untuk dimanfaatkan menghadapi perang dengan Pandawa. Lalu disusun taktik perang urat syaraf, yaitu mengintimidasi, mencaci maki atau mengejek musuh disertai gerak dan gaya yang menyebalkan untuk menjatuhkan mental Pandawa. Setelah diberi latihan bagaimana cara mengejek orang dan pesan-pesan yang harus disampaikan, berangkatlah ia ke perkemahan Pandawa dengan predikat Caraka atau Duta yang memiliki kekebalan diplomatik sehingga akan terhindar dari gangguan fisik.

Kebetulan saat itu Pandawa sedang mengadakan musyawarah dengan para raja membahas persiapan perang. Di saat itulah Oluka muncul ke tengah persidangan. Dengan gaya dibuat-buat jalan terbungkuk-bungkuk kemudian duduk bersimpuh di hadapan Yudhistira seraya berkata: "Duh gusti manusia berbudi luhur, hamba adalah Caraka Kurawa diutus Prabu Duryudana untuk menyampaikan pesan beliau ke hadapan gusti dan para satria Pandawa," ujarnya.

"kedatanganmu kuterima dengan senang hati. Adakah engkau membawa surat dari gustimu?" "Ampun gusti, tak sehelai pun hamba bawa, kecuali pesan lisan yang harus hamba sampaikan melalui mulut hamba," katanya mengundang rasa heran. Pesan apa gerangan yang ingin disampaikan Duryudana menjelang perang? Kresna yang sejak tadi curiga bertanya: "Apakah pesan itu bersifat terbuka? "Siapa pun boleh mendengarkan," katanya dengan suara parau dibuat-buat. Kresna membisikkan sesuatu kepada Yudhistira dimana kemudian ia minta perhatian seluruh yang hadir untuk mendengarkan pesan Duryudana melalui Carakanya. Tetapi diingatkan, apabila bunyi pesan dan tingkah laku si Caraka tidak berkenan, diminta untuk tidak melakukan tindakan atau menyakiti sang Caraka. Kemudian Caraka dipersilahkan menyampaikan pesan-pesan itu.

Mula-mula ia berlaku sopan, sujud di hadapan Yudhistira, memberi hormat kepada semua yang hadir. Tetapi sejurus kemudian tak diduga, tiba-tiba ia melompat ke tengah persidangan sambil tertawa terbahak-bahak. Kedua kakinya direntangkan, tangan kiri bertolak pinggang, sedang tangan kanan menunjuk-nunjuk Yudhistira seraya berkata: "Hei, Yudhi, aku adalah Suyudana raja agung di seluruh jagat raya. Dengarkan aku ingin bicara kepadamu. Engkau keturunan raja perkasa berdarah satria, tapi mengapa engkau menjadi seorang pengecut, hah." Menyaksikan ulah si Oluka yang mendadak seperti orang gila keadaan menjadi kacau, para raja menjadi kesal dan sebal. Serentak mereka bangun dari kursinya dan berteriak-teriak histeris: "Tangkap dia, dia Caraka gila yang sengaja dikirim Suyudana untuk menghina kita. Ayo tangkap bunuh dia." Melihat gelagak tak baik segera Yudhistira berseru: "Tengan, tengan, tuan-tuan, sudah kami ingatkan bahwa seorang Duta tak boleh disakiti. Ini ujian bagi kita khususnya bagi kami kaum Pandawa. Kendalikan diri anda masing-masing. Terima kasih." Akhirnya suasana menjadi tenang kembali meskipun di sana-sini masih terdengar suara menggerutu. Kemudian Oluka dipersilahkan kembali menyampaikan pesan Suyudana. Maka Oluka melirik ke arah sang Bima dan dengan mata melotot serta telunjuk dituding-tudingkan hampir mengenai hidung Bima mulai ia mengoceh: "Naaah, sekarang giliranmu hei orang gemblung. Sejak tadi kuperhatikan kau seperti orang melamun. Rupa-rupanya kau sedang melamun ingin menjadi orang kaya jika berhasil merebut negara Astrina," ejeknya sambil tertawa terbahak-bahak. "Wah, wah, orang miskin pengen jadi kaya kemudian memimpin negara, lalu seenaknya memakai uang untuk membeli keperluan rumah tangga, ... wah celaka negara bisa bangkrut. Cisss tak tahu malu. Tapi sayang hei orang edan, keinginanmu itu tidak seimbang dengan keberanianmu. Buktinya wakt Drupadi ditelanjangi didepan orang banyak, kau hanya menggeram-geram saja seperti orang sedang sakit meriang, ha ha haaa ... lalu, oya ... kau pernah mengancam akan membunuh adikku Dursasana, oouhh, lucu, karena sebelum kau sempat melakukannya, tubuhmu yang besar tapi tak bergizi itu sudah kulemparkan ke dalam lumpur di Tegal Kuru, ha.. ha.. haaa....," ejeknya.

Begitu selesai Oluka memaki, meloncatlah Bima memburu berusaha menjambak rambut Oluka. Untunglah Arjuna dan Nakula Sadewa yang sudah menduga Bima takkan tahan menerima ejekan, telah bersiap-bersiap menghadang. Sementara para raja berteriak-teriak mendukung Bima: "Bunuh dia, cekik dia, gantung dia...." mendengan suara dukungan Bima semakin bernafsu hendak membanting si Caraka, tetapi tiba-tiba ia mendengar suara lembut tapi berwibawa: "Sena, elinglah dik. Kita sedang diuji Dewata. Penjarakan nafsumu, kau tak akan terkenal dengan membunuh dia, lagi pula dia hanyalah seorang Caraka, dik," ujar Yudhistira minta pengertian. Bima hanya bisa menggeram-geram sambil mencoba memulihkan kesadarannya. Tapi sebagai ganti melampiaskan amarhnya, ia salurkan lewat mulutnya: "Hei anak ******** licik penipu judi, sampaikan pesanku kepada si ******* Suyudana, bahwa apabila wakti itu aku tidak menolong Drupadi, bukan karena aku takut, tetapi aku tunduk kepada saudaraku Yudhistira. Sebaliknya kalau saja tak dihalang-halangi,kepala si ******* Suyudana pasti sudah kuhancurkan rata dengan tanah," katanya geram. Oluka mengira Bima sudah selesai memaki ditambah perasaan takut yang tak kepalang, ia beranjak hendak kembali ke tempat semula, tetapi tiba-tiba: "Diam," bentak Bima hingga Oluka semakin gemetaran dibuatnya. "Aku belum puas ngomong goblok. Dengarkan dan katakana kepada suyudana, bahwa saatnya akan segera tiba di mana aku telah bersumpah, di medan perang nanti pahanya akan kuremukkan dengan gadaku dan kulitnya akan ku beset-beset hingga kelihatan dagingnya, mengerti, hah?" Oluka menjawab: "Me, me, me, mengerti gusti.....," sahutnya gemetaran. "Sudahlah kang," bujuk Arjuna. "Diam," Arjuna pun kena bentak hingga tertunduk. "Sampaikan juga kepada si Dursasana, bahwa perutnya akan ku odet-odet sampai keluar isinya darahnya akan kuminum serta sebagian lagi untuk keramas Drupadi," tukasnya sambil balik ke tempatnya.

Demikianlah berturut-turut pesan Suyudana itu disampaikan oleh Oluka masing-masing kepada Arjuna dan Kresna dengan gaya dan kata-kata yang menyebalkan, tetapi dijawab dengan kata-kata yang tak kurang bernadakan ancaman dalam peperangan nanti di Tegal Kuru. Setelah selesai Oluka berkata: "Duh gusti ratu adil paramarta, hanya kebesaran jiwa padukalah yang dapat memaafkan segala tindakan hamba tadi. Hamba hanyalah titah belaka," katanya mohon pengertian. Yudhistira pun maklum bahwa sedikitpun Oluka tidak bersalah. Yudhistira menyampaikan pesan kepada Suyudana, bahwa ia minta maaf apabila nanti di medan perang pihaknya akan bersikap keras sebagai layaknya, yang berperang. Setelah itu Oluka kembali ke kubu Kurawa.

joan-joan-gerald 13th January 2009 10:30

Kita bicara wayang aja daripada pusing ....

cindils 25th June 2014 19:53

Betul :thumbsup1:
Daripada pusing....
Enakan ngobrolin wayang

Kurawa bersaudara

cindils 25th June 2014 19:56

:nyengir: :nyengir: :nyengir:

cindils 25th June 2014 20:09

Kisah Lahirnya Kurawa

adipati destarastra (saat istrinya hamil belum menjadi raja bahkan prabu pandu masih hidup) merasa sangat bersedih hati, lebih-lebih isterinya yaitu dewi gendari. kesedihan mereka disebabkan kandungan dewi gendari yang telah mencapai usia tiga tahun lamanya. walau telah mencapai 1000 hari lebih, melampaui batas kenormalan usia hamil, akan tetapi belum juga ada tanda-tanda akan melahirkan si jabang bayi.

Selama mengandung angan-angan dewi gendari tak pernah lepas dari rasa dendam dan sakit hati kepada prabu pandu dewanata, ambisi untuk menumpas keturunan sang pandu sebagai pelampiasan dendam sakit hatinya selalu tak pernah lupa diucapkan dalam permohonan doa dewi gendari kepada dewata. akan tetapi saat itu belum juga ada dampak terkabulnya doa permintaan isteri adipati negara hastinapura ini. pagi, siang, sore hingga malam hari, hatinya senantiasa dirundung perasaan resah gelisah; gundah gulana; dan bahkan hampir putus asa, mengingat antara apa yang menjadi cita-cita dendam hatinya, maupun ingat akan kandungannya yang telah melampaui kenormalan itu, sama sekali belum membawa hasil seperti apa yang diharapkannya.

cindils 25th June 2014 20:10

Pendek kata selama masa kehamilan, dewi gendari tak pernah ada rasa ketentraman di hati puteri yang berasal dari plasajenar ini. apa lagi setelah mengetahui dewi kunti, permaisuri prabu pandu telah melahirkan puteranya yang pertama, y ang diberi nama raden puntadewa atau juga disebut raden wijakangka. bahkan dewi kunti kini telah dan hampir melahirkan puteranya yang kedua.

Kecemasan serta seribu satu macam perasaan gelisah dan tidak enak terkandung dalam hati dewi gendari ini semakin menjadi-jadi.
ketidak menentuan perasaan hati dewi gendari yang sedang berbadan dua itu, mengakibatkan tubuhnya terasa gerah dan tidak betah tinggal dalam bangsal kaputren,. dewi gendari kemudian melangkahkan kakinya, dengan langkah-langkah gontai menuruni tangga pualam di bangsalnya menulusuri jalan setapak diantara hijaunya rerumputan, menuju ke taman sari kerajaan hastinapura yang luas dan asri, diikuti oleh empat orang emban sebagai abdi pengiringnya.

Kala itu surya telah condong ke barat, saat dewi beserta empat orang abdinya menulusuri jalan setapak yang terbuat dari pualam, diantara semerbak harum aneka bunga, serta rimbunnya pohon buah-buahan yang menghiasi taman kerajaan, gerbang-gerbang sebagai batas bagian-bagian taman yang luas itu telah dilewati dewi gendari, pandangan matanya yang sayu lurus memandang ke depan seakan-akan tak peduli dengan segala keindahan taman di sekelilingnya.

Tak lama kemudian dewi gendari telah melalui gerbang taman yang ke tujuh dan merupakan bagian taman yang terakhir. dalam bagian taman ini berisi aneka macam binatang buas maupun jinak serta beragam unggas sebagai hiasannya, tak ubahnya seperti isi kebun binatang layaknya namun tampak terawat bersih dan rapi.

cindils 25th June 2014 20:11

Di tengah petamanan margasatwa ini terdapat sebuah kolam besar yang terbuat dari batu pualam dengan dihiasi kelompok bunga teratai nan mekar dengan indahnya. ikan-ikan yang berwarna-warni berlari berpasangan berkejar-kejaran d bawah warna biru jernihnya air. tanpa sepengetahuan dewi gendari bahwa kedatangannya di taman satwa itu, telah membuat seluruh binatang buas yang ada di taman menjadi beringas, sementara binatang yang jinak serta unggas seperti gelisah dan ketakutan,semua ini merupakan firasat buruk.

Hembusan angin keras membuyarkan lamunan dewi gendari, mengetahui cuaca buru, dewi gendari mengajak para emban kembali ke kaputren. Langkah dewi gendari semakin dipercepat karena renai gerimis telah mulai turun, tiba tiba saja dewi gendari yang sedang mengandung ini tersentak kaget saat mendengar suara harimau mengaum begitu keras.

Karena rasa kaget yang teramat sangat tubuh dewi gendari gemetar, wajah pucat, tak terasa dewi gendari telah melahirkan di tempat di mana ia berdiri, yaitu beberapa jengkal sebelum mencapai gerbang kaputren tempat tinggalnya. dewi gendari bukan melahirkan bayi sehat dan mungil, melainkan adalah segumpal daging yang bercampur darah mengental, berwarna merah kehitam-hitaman, daging yang baru lahir dari rahim dewi gendari itu bergerak-gerak serta berdenyut-denyut seakan-akan bernyawa.

cindils 25th June 2014 20:12

Setelah melihat dan mengetahui hal ini, bukan main marah dewi gendari, karena emosinya gumpalan daging itu diinjak injah hingga terpecah belah, lalu ditendang-tendang dengan kakinya ke arah yagn tak menentu, pecahan serta serpihan daging yang dilahirkan dewi gendari tercerai berai berserakan di atas rerumputan taman. dewi gendari merasa emosi, geram dan marah setelah itu iapun menjerit mengangis histeris lalu pingsan, lalu dibawa masuk ke kaputren tempat kediamannya.

Anehnya, setiap serpihan daging yang berserakan itu besar atau kecil tetap berdenyut dan bergerak-gerak.
atas nasehat begawan abiyasa yang telah datang secara gaib dari pertapaannya, meminta agar adipati destarasta memerintahkan para badinya untuk menutupi setiap serpihan daging itu dengan daun jati. dengan was-was serta perasaan takut yang tertahan, maka para emban serta beberapa orang prajurit pengajaga taman melaksanakan tugas yang diperintahkan adipati destarasta, menutupi serpihan daging itu dengan daun jati, jumlahnya mencapai 99 keping.

Bersamaan dengan kejadian itu, suasana taman di hastinapura berubah menjadi sangat menyeramkan, binatang buas mengeluarkan suaranya, disusul dengan lolongan anjing hutan yang berkepanjangan bersahutan, burung hantu, kelelawar, burung gagak serta binatang malam lainnya. binatang-binatang yang lelolong tak kunjung berhenti, suasana seram dan menakutkan meliputi hastinapura, banyak para emban dan prajurit penjaga malam ketakuan, wajahnya pucat, badannya menggigil, merinding bulu romanya. dewi gendari yang telah siuman dari pingsannya turun dari tempat peraduannya menuju tempat pemujaan, ia memohon kepada dewa, agar cita-citanya untuk berputera banyak, bisa terkabul.

Tiba-tiba saja batari durga muncul secara gaib dan memberitahukan, apabila lewat tengah malam mendengar tangisan bayi di taman, dewi gendari agar cepat-cepat menghampiri bayi tsb, karena itu adalah puteranya. setelah memberikan pesan batari durga pun menghilang dari hadapan dewi gendari secara gaib, kembali ke kahyangan di wukir pidikan.

cindils 25th June 2014 20:21

Hampir tiap orang pasti mengetahui kisah Baratayudha dan dapat menjawab pertanyaan “Bagaimana watak Kurawa?” dan pasti 100% akan menjawab jahat, buruk, jelek, liar dan sebagainya.
Lalu apakah itu berarti bahwa orang yang berwatak Kurawa penjahat?

Apakah saat kita berlaku seperti Kurawa disebut jahat? Ada pendapat bahwa baik dan buruk itu masalah moral, tapi ada pendapat lain bahwa baik dan jahat tergantung pada tujuan dan maksud serta hasil akhir yang terjadi. Mungkinkah pada diri Kurawa, walau sedikit, terselip hal-hal baik?

cindils 25th June 2014 20:23

Kurawa adalah anak 100 bersaudara dari Prabu Destarata yang buta dengan Dewi Gendari. Mereka lahir di negeri Hastina, tepatnya di istana Hastinapura dan merupakan saudara Pandawa. Dalam kisah pewayangan, tokoh Kurawa memiliki sifat buruk, jahat dan tidak pantas ditiru. Namun ternyata, di sisi lain Kurawa memiliki perilaku yang patut dicontoh; antara lain:

♠ Duryudana,
Adalah anak sulung dari Kurawa yang sangat bertanggung jawab terhadap adik-adiknya. Ia sudah harus berfikir dewasa pada saat usianya sebagai anak-anak. Ia harus tersadar bahwa ia memiliki adik berjumlah 99. Dan pada saat yang sama ia juga tersadar bahwa ayahnya memiliki keterbatasan tidak mampu melihat. Sementara ibunya, Gendari, seolah tidak peduli pada kehadiran anak-anaknya. Gendari terlalu sibuk dengan rasa kecewa akan hidupnya, marah dan benci atas takdir yang terjadi padanya.

Duryudana harus memikul tanggung jawab atas keberadaan adik-adiknya yang tak tersentuh sedikitpun pendidikan budi pekerti. Hingga menginjak usia dewasa pun ia masih merasa bertanggung jawab pada masa depan adik-adiknya. Dasar kecintaan dan tanggung jawab terhadap adik-adiknya diterjemahkannya sebagai upaya agar adik-adiknya dapat memiliki harta dan tahta untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ia juga berharap dapat menjadikan mereka ksatria terhormat. Sungguh upaya kakak yang berkeinginan mulia.


All times are GMT +8. The time now is 21:22.


Powered by vBulletin
Copyright © 2000 - 2006, Jelsoft Enterprises Ltd.