DetikForum

DetikForum (http://forum.detik.com/index.php)
-   Fasilitas/Pelayanan Publik (http://forum.detik.com/forumdisplay.php?f=51)
-   -   DJP (Direktorat Jendral Pajak) masih perlu kah? (http://forum.detik.com/showthread.php?t=23520)

12demons 7th February 2008 10:59

DJP (Direktorat Jendral Pajak) masih perlu kah?
 
sebenernya ngapain seh pake ada DJP? kenapa ngga' bisa langsung bayar pajak ke rekening project? kan lebih enak tuh buat rakyatnya ... bisa pilih project mana yang mo di support ... ngapain juga bayar pajak kalo kita ngga' tau juga duitnya lari kemana? ... coba kalo bisa langsung ke rekening project tertentu ... kan enak ... ownership masyarakatnya jadi lebih kuat dan project yang kurang OK (misalnya fasilitas baru untuk anggota DPR) ngga' perlu kan di finance sama rakyat ...

Gimana menurut low-low pada? soalnya kasian neh ... rakyat yang mati2an membiayai negara banyak banget yang idupnya susah ....

cc201_106 7th February 2008 11:27

Ada di DJP sajah, mayoritas rakyat Indonesia (mungkin TS termasuk didalamnya) belum memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai Undang2 yang berlaku ...

apalagi ngga ada yang ngurus, paling minim banget orang yang mau membayar pajak... bubarin aja Indonesia sekalian...

G@ptek 7th February 2008 12:29

Quote:

Originally Posted by 12demons (Post 1071639)
sebenernya ngapain seh pake ada DJP? kenapa ngga' bisa langsung bayar pajak ke rekening project? kan lebih enak tuh buat rakyatnya ... bisa pilih project mana yang mo di support ... ngapain juga bayar pajak kalo kita ngga' tau juga duitnya lari kemana? ... coba kalo bisa langsung ke rekening project tertentu ... kan enak ... ownership masyarakatnya jadi lebih kuat dan project yang kurang OK (misalnya fasilitas baru untuk anggota DPR) ngga' perlu kan di finance sama rakyat ...

Gimana menurut low-low pada? soalnya kasian neh ... rakyat yang mati2an membiayai negara banyak banget yang idupnya susah ....

Bro...sy pikir ente temasuk orang yang kikir di indonesia...itu khan maonya ente aja ga mao bayar pajak karena ga ada paksaan ya hehehe......sadar 1000X kalo ga kita yang bayar pajak emangnya siapa lagi dan sy mao tau negara mana di dunia yang make cara ente....just name it?...and its work...

? & its friends 7th February 2008 13:00

Quote:

Originally Posted by 12demons (Post 1071639)
sebenernya ngapain seh pake ada DJP? kenapa ngga' bisa langsung bayar pajak ke rekening project? kan lebih enak tuh buat rakyatnya ... bisa pilih project mana yang mo di support ... ngapain juga bayar pajak kalo kita ngga' tau juga duitnya lari kemana? ... coba kalo bisa langsung ke rekening project tertentu ... kan enak ... ownership masyarakatnya jadi lebih kuat dan project yang kurang OK (misalnya fasilitas baru untuk anggota DPR) ngga' perlu kan di finance sama rakyat ...

Gimana menurut low-low pada? soalnya kasian neh ... rakyat yang mati2an membiayai negara banyak banget yang idupnya susah ....

terdengar sangat liberal, namun tanpa perlu memutar otak terlalu lama pun saya atau siapapun yg pernah mendapat sedikit pelajaran tentang keuangan negara pasti bisa menjawab: bisa, namun inefisiensi yg ditimbulkan akan terlalu besar, sangat sangat besar.
Sebagai contoh, mungkin anda hanya mau membiayai project tertentu (entah apa yg dimaksud dgn project), misalnya pendidikan murah dan pangan murah. Hanya itu saja. Oke, tidak masalah. Tapi bila anda mau pakai jalan raya (terlepas bagaimana kondisi jalan tersebut), anda harus bayar. Anda pergi ke spbu, harap bayar dgn harga non subsidi. Dan hal2 lain.
Anda harus tahu bahwa akan sangat memakan waktu, biaya dan tenaga bila setiap project, entah pusat entah daerah, dibiayai langsung oleh masyarakat dgn model yg anda kemukakan. Dengan konsekuensi mereka yg tidak ikut membiayai harus membayar bila ingin memanfaatkan hasil dari project tersebut (atau mungkin tidak boleh ikut memanfaatkan sama sekali).
Bahkan di negara yg benar2 liberal sekalipun rasanya hal tersebut akan terdengar sangat konyol.

Mengenai rakyat yg mati2an membiayai negara.. Saya rasa anda harus mempelajari beberapa sifat pajak terlebih dahulu. Tanpa anda mempelajarinya, mustahil bagi kita untuk mencapai titik temu. Gini deh, anda hitung berapa total penghasilan anda setahun, kurangi dgn penghasilan tidak kena pajak, kalikan tarif. Ketemu hasilnya? Kalau masih belum puas, mungkin anda sudah tahu (atau belum?) bahwa angka segitu tidak dibayar serta merta, tapi diangsur selama 12 bulan dlm bentuk pph pasal 25. Apa dgn angka pajak segitu anda mati2an? Saya rasa tidak. Semakin tidak mampu seseorang, semakin kecil pajak yg harus dia bayar (atau mungkin malah tdk harus bayar sama sekali), saya yakin untuk hal ini anda sudah tahu.

Bila anda kecewa dengan hasil pembangunan yg dibiayai dengan pajak anda, jangan salahkan djp-nya. Salahkanlah pegawainya yg masih korup (bagaimana korupnya ya? Kan duitnya disetor wp langsung ke bank? Kolusi dan bermental pak ogah mungkin lebih tepat), atau salahkan oknum di bagian lain pemerintahan yg langsung menangani kerjaan proyeknya deh. Mereka yg pegang duit, mereka yg terima duit. Djp hanya pengumpul, bukan yg pegang duitnya.

Saya rasa anda udah capek bacanya, tapi saya tetep jawab: bisa, namun inefisiensi yg ditimbulkan akan terlalu besar.

O iya. Saya setuju tentang rakyat yg masih idup susah. Ada yg tidak beres dgn pemerintahan kita. Selama budaya kkn masih ada di masyarakat kita, jgn harap jumlah rakyat yg idup susah akan berkurang.

G@ptek 7th February 2008 13:06

Quote:

Originally Posted by ? & its friends (Post 1072555)
terdengar sangat liberal, namun tanpa perlu memutar otak terlalu lama pun saya atau siapapun yg pernah mendapat sedikit pelajaran tentang keuangan negara pasti bisa menjawab: bisa, namun inefisiensi yg ditimbulkan akan terlalu besar, sangat sangat besar.
Sebagai contoh, mungkin anda hanya mau membiayai project tertentu (entah apa yg dimaksud dgn project), misalnya pendidikan murah dan pangan murah. Hanya itu saja. Oke, tidak masalah. Tapi bila anda mau pakai jalan raya (terlepas bagaimana kondisi jalan tersebut), anda harus bayar. Anda pergi ke spbu, harap bayar dgn harga non subsidi. Dan hal2 lain.
Anda harus tahu bahwa akan sangat memakan waktu, biaya dan tenaga bila setiap project, entah pusat entah daerah, dibiayai langsung oleh masyarakat dgn model yg anda kemukakan. Dengan konsekuensi mereka yg tidak ikut membiayai harus membayar bila ingin memanfaatkan hasil dari project tersebut (atau mungkin tidak boleh ikut memanfaatkan sama sekali).
Bahkan di negara yg benar2 liberal sekalipun rasanya hal tersebut akan terdengar sangat konyol.

Mengenai rakyat yg mati2an membiayai negara.. Saya rasa anda harus mempelajari beberapa sifat pajak terlebih dahulu. Tanpa anda mempelajarinya, mustahil bagi kita untuk mencapai titik temu. Gini deh, anda hitung berapa total penghasilan anda setahun, kurangi dgn penghasilan tidak kena pajak, kalikan tarif. Ketemu hasilnya? Kalau masih belum puas, mungkin anda sudah tahu (atau belum?) bahwa angka segitu tidak dibayar serta merta, tapi diangsur selama 12 bulan dlm bentuk pph pasal 25. Apa dgn angka pajak segitu anda mati2an? Saya rasa tidak. Semakin tidak mampu seseorang, semakin kecil pajak yg harus dia bayar (atau mungkin malah tdk harus bayar sama sekali), saya yakin untuk hal ini anda sudah tahu.

Bila anda kecewa dengan hasil pembangunan yg dibiayai dengan pajak anda, jangan salahkan djp-nya. Salahkanlah pegawainya yg masih korup (bagaimana korupnya ya? Kan duitnya disetor wp langsung ke bank? Kolusi dan bermental pak ogah mungkin lebih tepat), atau salahkan oknum di bagian lain pemerintahan yg langsung menangani kerjaan proyeknya deh. Mereka yg pegang duit, mereka yg terima duit. Djp hanya pengumpul, bukan yg pegang duitnya.

Saya rasa anda udah capek bacanya, tapi saya tetep jawab: bisa, namun inefisiensi yg ditimbulkan akan terlalu besar.

O iya. Saya setuju tentang rakyat yg masih idup susah. Ada yg tidak beres dgn pemerintahan kita. Selama budaya kkn masih ada di masyarakat kita, jgn harap jumlah rakyat yg idup susah akan berkurang.

Kalo saya hal itu ga mungkin dilaksanakan mas....pajak yang jelas2 dipaksakan aja banyak yang ngemplang apalgi usulan nyeleneh itu hehehe...aturan mainnya gimana?...contoh ada orang kaya kikir dia ga mao keluar duit sedikitpun terus dengan berbagai alasan dia merasa semua proyek pemerintah ga berkenan di hatinya jadi gimana kalo gitu....enak dong dia...realistis aja.....saya tanya nama negara yang menggunakan cara itu dan udah berhasil belon? gampangkan........piss

? & its friends 7th February 2008 13:17

Dibaca yg lengkap dong
 
Quote:

Originally Posted by G@ptek (Post 1072605)
Kalo saya hal itu ga mungkin dilaksanakan mas....pajak yang jelas2 dipaksakan aja banyak yang ngemplang apalgi usulan nyeleneh itu hehehe...aturan mainnya gimana?...contoh ada orang kaya kikir dia ga mao keluar duit sedikitpun terus dengan berbagai alasan dia merasa semua proyek pemerintah ga berkenan di hatinya jadi gimana kalo gitu....enak dong dia...realistis aja.....saya tanya nama negara yang menggunakan cara itu dan udah berhasil belon? gampangkan........piss

makanya dibaca yg lengkap. Jawaban saya kan cara halus buat ngasih jawaban: NGGAK BISA

G@ptek 7th February 2008 13:20

Quote:

Originally Posted by ? & its friends (Post 1072696)
makanya dibaca yg lengkap. Jawaban saya kan cara halus buat ngasih jawaban: NGGAK BISA

Langsung aja mas gak bisa.....khan lebih enak kalo ngadepin orang yang berpikiran nyeleneh gak bisa dengan cara halus... Dalam mengutarakan kebenaran hanya ada dua "warna" Benar dan Salah ga ada warna lain diantaranya.....mengungkapkan pernyataan yang ga jelas dapat menjadi multi tafsir dalam membukan pelung KKN.......pisss

punah 7th February 2008 13:29

Quote:

Originally Posted by ? & its friends (Post 1072555)
terdengar sangat liberal, namun tanpa perlu memutar otak terlalu lama pun saya atau siapapun yg pernah mendapat sedikit pelajaran tentang keuangan negara pasti bisa menjawab: bisa, namun inefisiensi yg ditimbulkan akan terlalu besar, sangat sangat besar.
Sebagai contoh, mungkin anda hanya mau membiayai project tertentu (entah apa yg dimaksud dgn project), misalnya pendidikan murah dan pangan murah. Hanya itu saja. Oke, tidak masalah. Tapi bila anda mau pakai jalan raya (terlepas bagaimana kondisi jalan tersebut), anda harus bayar. Anda pergi ke spbu, harap bayar dgn harga non subsidi. Dan hal2 lain.
Anda harus tahu bahwa akan sangat memakan waktu, biaya dan tenaga bila setiap project, entah pusat entah daerah, dibiayai langsung oleh masyarakat dgn model yg anda kemukakan. Dengan konsekuensi mereka yg tidak ikut membiayai harus membayar bila ingin memanfaatkan hasil dari project tersebut (atau mungkin tidak boleh ikut memanfaatkan sama sekali).
Bahkan di negara yg benar2 liberal sekalipun rasanya hal tersebut akan terdengar sangat konyol.

Mengenai rakyat yg mati2an membiayai negara.. Saya rasa anda harus mempelajari beberapa sifat pajak terlebih dahulu. Tanpa anda mempelajarinya, mustahil bagi kita untuk mencapai titik temu. Gini deh, anda hitung berapa total penghasilan anda setahun, kurangi dgn penghasilan tidak kena pajak, kalikan tarif. Ketemu hasilnya? Kalau masih belum puas, mungkin anda sudah tahu (atau belum?) bahwa angka segitu tidak dibayar serta merta, tapi diangsur selama 12 bulan dlm bentuk pph pasal 25. Apa dgn angka pajak segitu anda mati2an? Saya rasa tidak. Semakin tidak mampu seseorang, semakin kecil pajak yg harus dia bayar (atau mungkin malah tdk harus bayar sama sekali), saya yakin untuk hal ini anda sudah tahu.

Bila anda kecewa dengan hasil pembangunan yg dibiayai dengan pajak anda, jangan salahkan djp-nya. Salahkanlah pegawainya yg masih korup (bagaimana korupnya ya? Kan duitnya disetor wp langsung ke bank? Kolusi dan bermental pak ogah mungkin lebih tepat), atau salahkan oknum di bagian lain pemerintahan yg langsung menangani kerjaan proyeknya deh. Mereka yg pegang duit, mereka yg terima duit. Djp hanya pengumpul, bukan yg pegang duitnya.

Saya rasa anda udah capek bacanya, tapi saya tetep jawab: bisa, namun inefisiensi yg ditimbulkan akan terlalu besar.

O iya. Saya setuju tentang rakyat yg masih idup susah. Ada yg tidak beres dgn pemerintahan kita. Selama budaya kkn masih ada di masyarakat kita, jgn harap jumlah rakyat yg idup susah akan berkurang.


:iagree:

TS aneh, jangan2 dia sering nggelapin pajak

G@ptek 7th February 2008 13:33

Quote:

Originally Posted by ? & its friends (Post 1072696)
makanya dibaca yg lengkap. Jawaban saya kan cara halus buat ngasih jawaban: NGGAK BISA

Temen yang nyeleneh selalu mengungkapkan pendapat dengan mengatasnamakan rakyat....padahal mereka sendiri tidak mengerti tata cara atau sistem pembayaran pajaknya, betul yang mas bilang pembayaran pajak dilakukan secara lunsum selama 12 bulan dan yang perlu diingat bahwa yang menetukan besar kecilnya pajak yang harus dibayar adalah wajib pajak sendiri yang dituangkan dalam SPT Tahunannya jadi Fiskus memberikan kebebasan seluas luasnya untuk menentukan brp pajak yang harus dibayar tapi mesti inget bahwa suatu saat atas SPT ybs bisa saja dilakukan pemeriksaan jika terdapat indikasi kecurangan baik didapat dari data pihak ketiga atau skor2 yang digunakan o/ DJP, apalagi dengan adanya SAM dapat meminimalisir kecurangan dari WP karena selalul diawasi oleh Accout Refnya.....kita mesti percaya bahwa pajak yang disetor sudah benar sepanjang belum dilakukan pemeriksaan itu inti dari self asessment yang dilaksanakan di DJP....piss

anehanto 7th February 2008 14:13

Masih......


All times are GMT +8. The time now is 01:51.


Powered by vBulletin
Copyright © 2000 - 2006, Jelsoft Enterprises Ltd.