DJP (Direktorat Jendral Pajak) masih perlu kah?
sebenernya ngapain seh pake ada DJP? kenapa ngga' bisa langsung bayar pajak ke rekening project? kan lebih enak tuh buat rakyatnya ... bisa pilih project mana yang mo di support ... ngapain juga bayar pajak kalo kita ngga' tau juga duitnya lari kemana? ... coba kalo bisa langsung ke rekening project tertentu ... kan enak ... ownership masyarakatnya jadi lebih kuat dan project yang kurang OK (misalnya fasilitas baru untuk anggota DPR) ngga' perlu kan di finance sama rakyat ...
Gimana menurut low-low pada? soalnya kasian neh ... rakyat yang mati2an membiayai negara banyak banget yang idupnya susah .... |
Ada di DJP sajah, mayoritas rakyat Indonesia (mungkin TS termasuk didalamnya) belum memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai Undang2 yang berlaku ...
apalagi ngga ada yang ngurus, paling minim banget orang yang mau membayar pajak... bubarin aja Indonesia sekalian... |
Quote:
|
Quote:
Sebagai contoh, mungkin anda hanya mau membiayai project tertentu (entah apa yg dimaksud dgn project), misalnya pendidikan murah dan pangan murah. Hanya itu saja. Oke, tidak masalah. Tapi bila anda mau pakai jalan raya (terlepas bagaimana kondisi jalan tersebut), anda harus bayar. Anda pergi ke spbu, harap bayar dgn harga non subsidi. Dan hal2 lain. Anda harus tahu bahwa akan sangat memakan waktu, biaya dan tenaga bila setiap project, entah pusat entah daerah, dibiayai langsung oleh masyarakat dgn model yg anda kemukakan. Dengan konsekuensi mereka yg tidak ikut membiayai harus membayar bila ingin memanfaatkan hasil dari project tersebut (atau mungkin tidak boleh ikut memanfaatkan sama sekali). Bahkan di negara yg benar2 liberal sekalipun rasanya hal tersebut akan terdengar sangat konyol. Mengenai rakyat yg mati2an membiayai negara.. Saya rasa anda harus mempelajari beberapa sifat pajak terlebih dahulu. Tanpa anda mempelajarinya, mustahil bagi kita untuk mencapai titik temu. Gini deh, anda hitung berapa total penghasilan anda setahun, kurangi dgn penghasilan tidak kena pajak, kalikan tarif. Ketemu hasilnya? Kalau masih belum puas, mungkin anda sudah tahu (atau belum?) bahwa angka segitu tidak dibayar serta merta, tapi diangsur selama 12 bulan dlm bentuk pph pasal 25. Apa dgn angka pajak segitu anda mati2an? Saya rasa tidak. Semakin tidak mampu seseorang, semakin kecil pajak yg harus dia bayar (atau mungkin malah tdk harus bayar sama sekali), saya yakin untuk hal ini anda sudah tahu. Bila anda kecewa dengan hasil pembangunan yg dibiayai dengan pajak anda, jangan salahkan djp-nya. Salahkanlah pegawainya yg masih korup (bagaimana korupnya ya? Kan duitnya disetor wp langsung ke bank? Kolusi dan bermental pak ogah mungkin lebih tepat), atau salahkan oknum di bagian lain pemerintahan yg langsung menangani kerjaan proyeknya deh. Mereka yg pegang duit, mereka yg terima duit. Djp hanya pengumpul, bukan yg pegang duitnya. Saya rasa anda udah capek bacanya, tapi saya tetep jawab: bisa, namun inefisiensi yg ditimbulkan akan terlalu besar. O iya. Saya setuju tentang rakyat yg masih idup susah. Ada yg tidak beres dgn pemerintahan kita. Selama budaya kkn masih ada di masyarakat kita, jgn harap jumlah rakyat yg idup susah akan berkurang. |
Quote:
|
Dibaca yg lengkap dong
Quote:
|
Quote:
|
Quote:
:iagree: TS aneh, jangan2 dia sering nggelapin pajak |
Quote:
|
Masih......
|
punya NPWP..?
sblm polemik brlanjut.., udh pd pnya NPWP blm sieh..? hehehe...:D :D :D
( gw seh udh pnya sejak thn 2002 ) :) |
Quote:
|
Selain punya NPWP, apakah sudah mengisi SPT dengan lengkap dan benar....
|
Quote:
Rakyat yg mati-matian pun, juga dibatasi penghasilannya untuk dikenakan pajak. Yg. mati-matian itu adalah pengusaha bos, pengusaha sekarang jadi lebih realistis dimana privilege sudah tidak menjamin bakal lolos kalo tidak punya kapasitas, dan ini pun merupakan kepanjangan tangan dari 'KKN' di masa lalu. Jadi harusnya kita semua yg tobat donk bos, bahwa hampir seluruh sendi masyarakat terlibat langsung atau pun tidak langsung dari 'KKN' di masa lalu. So, kita harus kerja keras nih memberantas KKN.:kiss: LUNASI PAJAKNYA, AWASI PENGGUNAANNYA:angel: |
Quote:
|
gaya bahasanya gaya pejabat nih.
apa banyak pejabat pajak baca/komen di sini? tp pertanyaan TS emang kayaknya gak mungkin deh... |
Quote:
|
Quote:
|
Quote:
Jadi inti jawabannya : DJP masih perlu Usulan yang bagus.. sayang kurang dewasa :smoking: |
Lebih Baik ZAKAT yang diperbanyak
Quote:
|
Quote:
|
Quote:
tamatan SD yah mas. klo anggapannya seperti itu berdiam diri dirumah aja, tuh jalanan yg depan rumah loe dibikinnya pake duit dari pajak, |
Quote:
|
Quote:
kita yang muda mari jadi contoh..... |
Quote:
Pemikiran yang aneh....!!! Klo bener kejadian, nanti bakalan ada daerah yang jalannya mulus banget tapi sekolahnya reyot mo ambruk (karena rame2 support ke project jalan). Atau ada yang sekolahnya gratis tapi biaya pengobatan mahal banget (karena orang2nya cuma mo support buat pendidikan). Atau okelah pada support ke pendidikan dan kesehatan tapi ga ada yg peduli sama sistem pertahanan. Pajak yang ada sekarang ga bisa dipungkiri berasal dari perusahaan2 dari kite2 yang orang pribadi mah kecil (dah kecil masih pada protes lagi...:lol:). Klo sistem itu lagi2 bener kejadian, perusahaan2 pasti bakalan milih project yang menguntungkan buat perusahaan itu sendiri (mana mo rugi :smoking:). Nah sekarang siapakah yang akan mengisi dana untuk sektor2 yang ga ada untungnya sama sekali kaya pendidikan, kesehatan, pertahanan, ngurusin museum, bikin penerangan jalan dll. Maka dari itu disitulah perlu adanya fungsi negara (DJP) untuk memungut pajak. |
DJP masih diperlukan, dan diperlukan orang yang bersih dan jujur di DJP
Quote:
|
Quote:
Jadi jangan pake istilah DJP klo mo menghujat aparat2 pajak yang ga profesional... Langsung aja sebutin nama sama NIP-nya... |
Quote:
Name tag yang dipake hurufnya digedein biar kelihatan jelas. Atau sekalian pake seragam sehingga lebih jelas namanya. Terus yang gak pake name tag bisa dikenakan sanksi administratif. Potong pendapatan kali ya... :D |
Quote:
|
Quote:
Gaji dan tunjangan-tunjangannya.. Kalo yang gak resmi, gak ikut-ikutan.. :) |
Quote:
jd pepatahny, lumbung padi hrs dijaga,dpelihara,dkelola deelel..ya pokokny bgmn ilmu manajemen yg modern,baik dan sehat lah |
Quote:
|
Quote:
|
Quote:
|
Quote:
|
Quote:
Tapi saya tidak setuju dengan kalimat anda: Rakyat yg mati-matian pun, juga dibatasi penghasilannya untuk dikenakan pajak. Yg. mati-matian itu adalah pengusaha bos, pengusaha sekarang jadi lebih realistis dimana privilege sudah tidak menjamin bakal lolos kalo tidak punya kapasitas, dan ini pun merupakan kepanjangan tangan dari 'KKN' di masa lalu. Kenapa penghasilan masyarakat harus 'dibatasi' ? Kenapa setiap pengusaha, keuntungannya juga harus dibatasi? Apa menurut anda, 'mengamankan' pemasukan negara, berarti 'membatasi penghasilan dan keuntungan' rakyat? Saya kok jadi merasa 'aneh' ya...seolah-olah rakyat itu jadi 'sapi perahan' sementara yang jadi 'tukang pungut' (sorry kalau kesannya kasar..tapi saya cuma melihat dari logika saya..) uang rakyat, kok merasa dirinya jadi pahlawan ..? Saya yang salah, atau memang dunia ini sudah terbalik? Justru bukannya sebaliknya? Begini mas, kalau menurut saya, DJP tidak dibubarkan, tapi itu namanya diganti aja...jangan menggunakan kata 'Pajak'....kenapa? Karena pajak, konotasinya 'negatif' (seperti kata preman pasar: 'loe gua pajakin, karena jualan disini)...jika tujuannya supaya rakyat berpartisipasi pada pembangunan dan rakyat dengan 'sukarela' menyumbang untuk pembangunan, sebaiknya diganti dengan DJSP (DJ Sumbangan Pembangunan) atau apapun namanya, tapi hilangkan konotasi jelek tersebut... Mungkin orang awam seperti saya bertanya...kenapa sih ada pembedaan besarnya pajak seseorang, sementara itu tidak ada kebijaksanaan untuk membedakan fasilitas terhadap orang yang membayar pajak besar dan kecil.. itu yang menyebabkan orang males berurusan dengan DJP, karena mereka merasa 'dihambat' dengan 'pajak' yang semakin besar, sementara fasilitas sama dengan orang2 yang membayar 'pajak' lebih kecil/tidak membayar pajak ...padahal, jika konsepnya dibuat seperti zakat (sorry, karena saya muslim), saya yakin justru rakyat akan dengan 'suka rela'..karena kewajiban berdasarkan keadilan itu ada dan insyaAllah barokah... Soal KKN, betul WP itu memang ada yang 'nakal', tapi coba anda lihat kasus pengendara ditilang, dalam hal ini jika Polisinya 'bersih&tegas', masyarakat tidak akan 'berani' untuk 'menyogok' bukan? Masalahnya, orangnya sudah merasa 'berat' membayar, tapi bukannya tidak mau lho...sementara itu, aparatnya justru memanfaatkan situasi dimana rakyat merasa 'terpojok' dengan aturan2 yang dibuat tanpa melibatkan mereka, dengan menawarkan sesuatu yang akhirnya disebut sebagai kolusi tsb....jadi dalam hal ini, sebetulnya yang salah siapa ya..? Aparatnya atau rakyatnya? jadi menurut saya, berantas dulu mental KKN aparat pemerintahan, karena merekalah yang dijadikan contoh buat rakyat... Satu lagi saya ingin sharing, dan saya tidak berusaha untuk men 'generalisir' permasalahan...Setiap saya ketemu kolega orang 'pajak', baik teman2 SMA, tetangga ataupun teman main, saya kok melihat mereka merasa menjadi 'Pahlawan' buat bangsa dan negara ini..(dan saya jadi menemukan bukti dari pernyataan keras seseorang dari DJP terhadap tulisan saya di threat sebelumnya) hanya karena mereka merasa 'telah menyelamatkan' uang negara dari pajak.. Padahal dari logika saya, orang pajak (sorry, sekali lagi ini tidak bermaksud men 'generalisir') itu seolah tukang pungut retribusi negara saja...dan uang itu juga uang rakyat, trus dimana letak kepahlawanannya? toh jika rakyat tidak memberikan uangnya, orang pajak juga tidak punya kontribusi..justru seharusnya rakyat yang sudah 'bersusah payah' buat pajak tersebut yang berhak merasa berjasa...(walaupun pada kenyataannya, saya yakin rakyat justru merasa berkorban daripada berjasa...). Apa benar asumsi saya tersebut? Jika benar, kenapa harus seperti itu? Bukankah seharusnya sebagai pegawai (negeri atau swasta) seharusnya bersikap 'profesional' saja, bahwa yang kita lakukan selama ini adalah bagian dari pekerjaan yang dibebankan kepada kita berdasarkan skill dan kemampuan kita? Jika sikap ini disadari dari awal, saya yakin 'perasaan berjasa' yang berlebihan akan hilang dengan sendirinya.. Segitu dulu, sorry kalau kepanjangan..dan sekali lagi, no offense please...ini demi kebaikan bersama.... :angel: |
pajak = Pemungutan Anda Jatuh Ada di Kantong
Pajak ??? pusing dah klu bisa sih ini cuman caranya ajah yang salah... sudah tahu ada kebocoran tetep ajah di pake... emang dasar orang kita memanfaatkan kebocoran. klu menurut gue sih bagus tuh pajak cuman ya itu tadi saran gue caranya di rubah. klu gak beres gini ya ganti mana yang bagus.
tapi susah si yah orang indo mencari keuntungan dalam lembaga. gak cari untung mana bisa makan enak dirumah.???? salah config ajah deh pokoknya. |
'Kenapa penghasilan masyarakat harus 'dibatasi' ? Kenapa setiap pengusaha, keuntungannya juga harus dibatasi?'
Aduh pak, kayaknya ada salah pengertian dengan kata dibatasi ya ?. Maksudnya dibatasi itu penghasilan yang dikenakan pajak dibatasi dengan adanya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), jadi tidak semua lapisan masyarakat terkena pajak. Dan besaran PTKP itupun merupakan putusan bersama setelah melalui penelitian yang dikaitkan dengan dunia perekonomian. Kalimat dilarikan ke pengusaha karena ada kalimat dari penanya yang menyatakan seluruh lapisan masyarakat pasti terkena pajak. Maksudnya dilarikan ke pengusaha karena banyak kegiatan usaha yang belum terbebas dengan sifat KKN atau belum profesional, nah inilah, biaya yang bersifat KKN itu akan dibebankan untuk mengurangi penghasilan kena pajak, itu yang harus diberantas dong. 'Mungkin orang awam seperti saya bertanya...kenapa sih ada pembedaan besarnya pajak seseorang, sementara itu tidak ada kebijaksanaan untuk membedakan fasilitas....' Komentar ini memang relatif sekali ya, ada beberapa pihak yang dengan bangga membayar pajak yang besar namun dia tidak menuntut fasilitas yang berlebihan dari negara, ada pihak yang sedikit saja membayar pajak sudah banyak tuntutan, ada beberapa macam perilaku yang semuanya relatif sekali. Jadi kalau dilihat dari definisi pajak, jelas sekali untuk memberi fasilitas yang dikaitkan dengan pembayaran pajak seseorang itu sulit dibuktikan, yang ada adalah seluruh lapisan masyarakat akan bergerak semua menuju perikehidupan yang baik. 'berantas dulu mental KKN aparat pemerintahan, karena merekalah yang dijadikan contoh buat rakyat...' Saya setuju, tapi perlu diingat mental tersebut terjadi karena peraturan lemah, dan adanya keuntungan yang timbal balik antara masyarakat dan aparat pemerintah. Nah daripada saling menunjuk lebih baik kita introspeksi diri sendiri, dan untuk menjadi pandangan Bapak, bahwa DJP secara internal sedang melakukan reformasi moral dan fasilitas atau dengan kata lain 'modernisasi' secara bertahap. Tahapan dilakukan karena pemberantasan kondisi tersebut terjadi karena iklim secara internal maupun eksternal tidak kondusif secara keseluruhan. Jadi kita sama - sama 'Berantas KKN' 'Padahal dari logika saya, orang pajak (sorry, sekali lagi ini tidak bermaksud men 'generalisir') itu seolah tukang pungut retribusi negara saja...dan uang itu juga uang rakyat, trus dimana letak kepahlawanannya?' Saya sebagai pribadi tidak pernah merasa menjadi seorang pahlawan, saya hanyalah abdi negara dan masyarakat, dan anggapan pahlawan itu tergantung dari 'oknum pajak' yang dimaksud bapak. Masalah DJP menjadi bentuk instansi apapun sepanjang merupakan keputusan bersama tentu akan diperjuangkan bersama demi kemakmuran bangsa. :angel:Bersama Membangun Bangsa:angel: |
Quote:
|
Quote:
Kata bang Napi kejahatan terjadi juga karena adanya kesempatan...... waspadalah...waspadalah... Gw kira DJP udah mulai mempersempit kesempatan itu dengan adanya yang tadi disebutin... SAM (Sistem Administrasi Modern) Gw ngerasai ada perbedaan yg cukup signifikan... Kemarin Gw abis ngurusin Pengurangan Pajak Bumi dan bangunan.... karena perusahaan bangkrut.... lumayan dapet pengurangan gede juga.... tapi orang pajaknya gw kasih 'uang terima kasih' malah nolak-nolak..... salut deh.... :clap: kalo kayak gini semua mental aparat pemerintahan gw yakin indonesia bakal maju.... Bravo |
All times are GMT +8. The time now is 16:26. |
Powered by vBulletin
Copyright © 2000 - 2006, Jelsoft Enterprises Ltd.